Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang Ganda Iran Melawan Sanksi dan Corona

AS mengeluarkan sanksi baru lagi untuk Teheran.

19 Maret 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEHERAN – Ketika Jennifer Green berbelanja ke pasar di Teheran, dia mengenakan jilbab, sepasang sarung tangan putih bersih, dan masker N95.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan warga Amerika Serikat yang tinggal di Iran itu menggunakan bak mandinya sebagai zona dekontaminasi sementara untuk bahan makanan dan barang-barang rumah tangga apa pun yang dibawa pulang oleh suaminya. Ia menyemprot paket-paket dengan campuran yodium dan air garam, serta mewajibkan keluarganya berkumur sebagai pertahanan terhadap virus corona baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keprihatinan terbesarnya bukan pada keluarganya sendiri karena tidak ada yang masuk kategori "berisiko tinggi". Dia prihatin akan orang tua, orang sakit, dan keluarga yang mungkin tidak bertahan hidup di bawah tekanan keuangan akibat isolasi diri.

"Saya juga prihatin dengan banyaknya pasien di rumah sakit dan dampaknya pada dokter dan perawat yang ada di garis depan," kata Green kepada ABC, kemarin. "Para petugas medis tidak bisa beristirahat. Berapa banyak staf medis yang akan mati dan siapa yang akan menggantikan mereka?"

Iran kemarin menyatakan 147 orang meninggal akibat virus corona baru, sehingga angka kematian menjadi 1.135 orang. Negara itu berjuang untuk menahan penyebaran virus karena ada 1.178 kasus baru yang dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir.

Sentimen senada dilontarkan seorang ilmuwan laboratorium yang bekerja di satu dari lima rumah sakit umum di Qom. "Paman saya, seorang dokter, menangis saat menelepon dari rumah sakitnya. Dia mengatakan tidak dapat mengatasinya lagi," ujar dia kepada Time melalui telepon pada Ahad lalu.

Menurut dia, selama fase awal krisis, para dokter dan perawat hanya menggunakan masker biasa tanpa sarung tangan dan pakaian pelindung. Kondisi ini dipicu oleh sanksi ekonomi yang diterapkan Amerika Serikat setelah pada Mei 2018 Iran menarik diri dari kesepakatan yang mengakhiri sanksi Iran dengan imbalan pembatasan program nuklir Teheran.

Serangkaian sanksi baru Amerika terhadap Iran menghancurkan ekonomi negara itu dan akhirnya menghambat kemampuan republik Islam tersebut untuk menangani krisis saat ini. Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif telah meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendesak Washington menghentikan sanksinya.

"Sanksi ilegal Amerika membuat Iran hampir mustahil mengimpor obat-obatan dan peralatan medis," demikian Zarif menulis kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Michael Ryan, Kepala Program Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan kepada wartawan di Jenewa awal bulan ini bahwa untuk sementara waktu, pasokan medis menipis di seluruh dunia, dan Iran yang paling terpukul. "Jelas situasi di Iran sangat serius," kata Ryan, seraya menambahkan ada kekurangan ventilator, oksigen, dan alat pelindung.

Kekurangan pasokan ini juga membatasi kemampuan Iran untuk melakukan pengujian virus secara luas. Banyak yang khawatir jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19 bisa jauh lebih tinggi daripada jumlah resmi.

Selasa lalu, Iran mengeluarkan peringatan mengerikan dengan menyatakan jutaan warganya bisa meninggal akibat virus corona. Selain karena sanksi, kondisi tersebut dapat terjadi jika warganya terus bepergian dan mengabaikan nasihat kesehatan.

Studi oleh Universitas Teknologi Sharif Teheran menawarkan tiga skenario mengenai wabah Covid-19 di Iran. Peneliti studi, Dr Afruz Eslami, menjelaskan, jika orang mulai bekerja sama sekarang, akan ada 120 ribu infeksi dan 12 ribu kematian di Iran sebelum wabah berakhir.

Namun, jika warga menolak mengikuti petunjuk apa pun, itu bisa menghancurkan sistem medis Iran yang sudah terkoyak. "Fasilitas medis tidak memadai. Akan ada 4 juta kasus dan 3,5 juta orang akan meninggal," kata dia kepada Al Jazeera.

Alih-alih melunak, Amerika justru semakin menekan Iran. Kemarin, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengumumkan sanksi baru. Setidaknya ada sembilan entitas, yang berbasis di Afrika Selatan, Hong Kong, dan Cina, juga tiga warga negara Iran, yang dijatuhi sanksi. Meski tak menyebutkan nama, Pompeo mengatakan mereka terlibat dalam "transaksi signifikan".

Pompeo juga dikatakan mendesak Iran membebaskan sejumlah warga Amerika yang ditahan di negara itu akibat corona. Meski demikian, seorang sumber yang familier dengan isu ini mengatakan Amerika mungkin akan mempertimbangkan kembali sejumlah sanksi terhadap Iran atas permintaan Cina akibat pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi dunia. AL JAZEERA | DW | ABC | TIME | SITA PLANASARI AQUADINI


Perang Ganda Iran Melawan Sanksi dan Corona

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus