Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam rapat kabinet mengatakan akan melakukan serangan militer ke wilayah Rafah. Ia akan menjalankan operasi militer di Rafah yang kemungkinan akan terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memperingatkan Netanyahu untuk membatalkan serangan darat ke Rafah, namun Israel tetap bersikeras karena menurut mereka Rafah adalah tempat dimana pejuang Hamas bersembunyi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Netanyahu mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia telah mengumumkan dengan “sangat jelas” kepada presiden AS “bahwa kami bertekad untuk menyelesaikan pemusnahan batalyon-batalyon ini di Rafah, dan tidak ada cara untuk melakukan itu kecuali dengan turun ke lapangan,” kata Netanyahu Selasa, 19 Maret 2024.
Sebelumnya, wilayah Rafah adalah satu-satunya area sebagai tempat terakhir yang masih aman setelah perang lima bulan berkecamuk antara Israel dan Hamas. Wilayah ini menjadi tempat pengungsian yang masih aman setelah Israel menghancurkan Gaza dalam serangan-serangan sebelumnya.
Dikutip dari Aljazeera lebih dari 1,5 juta orang telah berpindah dan mengungsi dari wilayah lain di Gaza yang kemudian berlindung di Rafah. Wilayah ini menjadi tempat yang masih tersedia bahan makanan dan pasokan penting langka lainnya di tengah pembatasan ketat Israel terhadap transportasi makanan, bahan bakar, air, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Francesa Albanese seorang pelapor khusus PBB untuk Palestina mengecam rencana serangan darat Israel terhadap kota tersebut.
“Rafah berdiri sebagai garis terakhir keberadaan warga Palestina di Gaza, di tengah penderitaan yang tiada henti yang dihadapi orang-orang yang terjebak di dalamnya,” kata Albanese.
Lokasi dan Sejarah Kota Rafah
Mengutip dari Britannica Rafah merupakan sebuah kota di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. Sepanjang abad ke-20 hingga 21 sebagian wilayahnya telah terbelah dengan separuh bagian timur di wilayah Gaza dan separuh bagian barat di Mesir.
Rafah terletak di tepi barat daya dataran pantai di wilayah tersebut, yang membuka jalan bagi gurun Semenanjung Sinai di barat daya kota dan Negev di tenggara kota. Secara administrasi Rafah berada di wilayah perbatasan Mesir dan Israel, sementara kotanya sendiri terletak persis di perbatasan Gaza-Mesir.
Kota ini pernah terpisah ketika Mesir baru menyatakan merdeka dari Ottoman dan mengklaim sebagian wilayahnya. Hingga kemudian kota ini sempat bersatu pada akhir abad ke-20 setelah pasukan Israel menduduki Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dalam Perang Enam Hari (six days war) tahun 1967.
Wilayah ini menjadi saksi gempuran Mesir ke Israel atas pengakuan Israel di tanah Palestina. Namun, wilayah ini terpecah lagi pada tahun 1982 ketika mereka menarik diri dari Semenanjung Sinai sebagai pemenuhan perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979 yang tertuang dalam Perjanjian Camp David.
Dalam persiapan penarikannya dari Sinai, Israel membangun perbatasan modern Rafah di selatan kota di sepanjang jalan utama antara kota Gaza dan Al-Arsh, Mesir. Israel mengendalikan penyeberangan tersebut hingga penarikannya dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Pembagian Rafah kembali terjadi pada tahun 1982 yang menyebabkan perpecahan yang signifikan hingga sejak itu Israel dan Mesir telah menghancurkan sebagian besar distrik pusat kota tersebut hingga membuat zona penyangga di sepanjang perbatasan kedua negara.
Pada tahun 2023-2024, warga Gaza yang mengungsi akibat Perang Israel-Hamas memadati kota tersebut karena kota tersebut menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil dan apa yang diklaim Israel sebagai “benteng terakhir” para pejuang Hamas . Pop. (2017) Jalur Gaza, 208.449; (perkiraan tahun 2023) Mesir, 45.359.
SAVINA RIZKY HAMIDA | SUCI SEKARWATI| IDA ROSDALINA
Pilihan Editor: Benjamin Netanyahu Tetap Ingin Serang Rafah