Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama UN Women Sima Bahous mengungkap situasi terkini bagi perempuan Gaza yang sangat memprihatinkan di tengah serangan Israel. Mereka tidak mendapat makanan, tidak ada toilet, bahkan terpaksa melahirkan tanpa air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perempuan di Gaza melahirkan tanpa air. Mereka tidak punya makanan, tidak ada tenda, tidak ada toilet. Mereka menjalani hal yang tak terbayangkan. Yang dibutuhkan perempuan di Gaza saat ini adalah gencatan senjata dan bantuan,” ujar Bahous, yang juga bertugas sebagai Kepala badan PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat platform media sosial X pada Minggu, 24 Maret 2024, Bahous melampirkan tautan laporan UN Women tertanggal 21 Maret 2024. Laporan tersebut berisi kesaksian tentang situasi perempuan di Gaza dari Rana Khalil, koordinator proyek Masyarakat Perempuan Pekerja Palestina untuk Pembangunan (PWWSD) yang berbasis di Tepi Barat.
“Saya seorang perempuan Gaza, dan saya tahu bagaimana keadaan perempuan di Gaza. Mereka sangat kuat,” kata Khalil, dikutip dari laporan.
Khalil membenarkan di Gaza memang tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada tenda, dan tidak ada tempat untuk ke kamar mandi. Krisis kebutuhan dasar ini terjadi di tengah blokade ketat yang diterapkan oleh Israel.
Dalam laporan UN Women, Khalil pun menggambarkan percakapan telepon baru-baru ini dengan bibinya di Gaza, yang mengatakan air mengalir kadang-kadang hanya selama dua jam sehari. Di waktu lain, hanya tersedia dua jam per Minggu.
Menurut laporan Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), pada Februari 2024 produksi air di Gaza turun menjadi hanya 5,7 persen dari tingkat sebelum serangan Israel pada 7 Oktober 2023.
“Karena tidak ada air, mereka tidak bisa mandi. Mereka tidak bisa mencuci rambut mereka. Jadi sekarang banyak sekali kutunya. Mereka mencukur rambutnya,” katanya.
Khalil juga menceritakan kisah beberapa anggota keluarganya di Gaza yang terusir dari rumah mereka. Salah satu dari mereka terpaksa melahirkan tanpa air.
“Tentara Israel memanggil mereka untuk meninggalkan rumah mereka. Dan seminggu kemudian, putrinya harus melahirkan dan tidak ada air,” ujarnya. “Saya tidak tahu bagaimana dia melahirkan tanpa air. Itu tidak manusiawi.”
Saat memikirkan dampak jangka panjang dari krisis di Gaza, Khalil mengatakan dia mencoba memberi dukungan, meski tidak tahu bagaimana warga Gaza — khususnya perempuan — akan pulih setelah ini.
“Saya yakin mereka akan bangkit kembali. Yang dibutuhkan perempuan di Gaza saat ini adalah gencatan senjata,” tambahnya.
Sumber: UN Women | aa.com.tr
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini