Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Unit kejahatan siber Prancis, OFAC, berusaha menghapus data pribadi beberapa atlet Israel yang berkompetisi di Olimpiade Paris dari platform media sosial, demikian laporan AFP pada Sabtu, 29 Juli 2024, mengutip sumber polisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sumber-sumber tersebut mengindikasikan bahwa data yang disusupi, termasuk hasil tes darah dan kredensial login, dipublikasikan di Telegram pada Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka menambahkan bahwa para peretas juga membocorkan informasi pribadi yang mengungkapkan status militer para atlet Israel di media sosial.
Insiden ini dilaporkan ke Pharos, cabang dari Kantor Anti-Kejahatan Siber Prancis (OFAC), yang mendorong OFAC untuk mengambil langkah-langkah agar data tersebut dihapus dari platform yang relevan, menurut sumber yang mengetahui kasus ini.
Israel memperingatkan Prancis pada Kamis tentang dugaan potensi ancaman dari kelompok-kelompok yang didukung Iran yang menargetkan atlet dan turis Israel selama Olimpiade Paris.
Dalam sebuah pernyataan, Kamis, kedutaan besar penjajah Israel menuduh Iran mendalangi sebuah kampanye siber untuk mengirimkan ancaman media sosial yang bertujuan untuk mengintimidasi delegasi Israel.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menanggapi tuduhan Israel tersebut dengan mengatakan bahwa itu adalah "upaya putus asa untuk mengalihkan perhatian publik global dari genosida di Gaza dan untuk mengalihkan perhatian dari kemarahan global atas kejahatan perang rezim terhadap rakyat Palestina yang tertindas."
"Tuduhan semacam itu bertentangan dengan Piagam Olimpiade, yang didasarkan pada perdamaian dan persahabatan, dan merupakan contoh lain dari pengabaian rezim Israel terhadap norma-norma dan nilai-nilai universal dan internasional," tulis Nasser Kanaani di X.
Diplomat tersebut menambahkan bahwa "tuduhan yang dilontarkan oleh rezim yang telah, selama sepuluh bulan terakhir, membantai puluhan ribu orang Palestina yang tak berdosa, termasuk perempuan, laki-laki, dan anak-anak, tidak hanya tidak dapat dipercaya, tetapi juga menggelikan."
Prancis telah meluncurkan operasi keamanan besar-besaran untuk memastikan keamanan Olimpiade, yang dimulai pada Jumat dan akan berakhir pada 11 Agustus.
Sekitar 18.000 tentara Prancis telah dikerahkan untuk mengamankan Olimpiade, di samping pasukan polisi biasa.
Pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan dalam sebuah wawancara TV bahwa para atlet Israel akan menerima perlindungan 24 jam selama Olimpiade Paris.
"Para atlet Israel akan dilindungi sepanjang waktu selama Olimpiade berlangsung," katanya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne memastikan bahwa Prancis menyambut delegasi Israel dan berkomitmen untuk keamanan mereka.
"Saya ingin mengatakan atas nama Prancis, kepada delegasi Israel, kami menyambut Anda di Prancis untuk Olimpiade ini," kata Sejourne dalam sebuah pertemuan dengan rekan-rekan Uni Eropa di Brussels.
Hal ini terjadi di saat pasukan pendudukan Israel melanjutkan agresi dan pembantaian setiap hari di Gaza, dengan Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengkonfirmasi bahwa jumlah warga Palestina yang terbunuh sejak dimulainya perang yang sedang berlangsung pada 7 Oktober telah meningkat menjadi 39.258 korban tewas dan 90.589 luka-luka.
AL MAYADEEN