Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LONDON, musim panas 1985. Empat sekawan dunia perdagangan senjata duduk semeja. Mereka adalah Adnan Khashogi, milyuner asal Arab Saudi, Yaacov Nimrodi, pensiunan kolonel AD Israel yang pernah menjadi atase militer di Teheran semasa Syah Pahlevi. Lalu ada Al Schwimmer, pendiri Industri Dirgantara Israel (IAI), dan Manucher Ghorbanifar, pedagang dari Iran yang kenal baik dengan PM Mousavi. Dari sinilah mereka mematangkan rencana pengiriman persenjataan ke Iran sebagai "pembayaran" tebusan bagi tujuh sandera Amerika. Versi lain menyebutkan bahwa rencana tersebut berawal setelah pembicaraan antara Perdana Menteri Shimon Peres dan bekas anggota Dewan Keamanan Nasional Amerika, Michel Lednin, yang mewakili Penasihat Keamanan Nasional Robert McFarlane, di Yerusalem, Maret tahun lalu. Ketika itu Peres memanggil Schwimmer. Adalah Schwimmer yang mengusulkan pengapalan senjata ke Iran sebagai upaya membebaskan sandera tersebut. Setelah pejabat tinggi kemlu Israel David Kimche bertemu di Washington dua kali sepanjang Juli-Agustus, rencana tersebut disetujui. Di awal bulan Agustus, dari sebuah pangkalan udara Israel, berangkatlah satu pesawat bermuatan antara lain 508 rudal antitank TOW dan senjata-senjata buatan Soviet yang sempat disita di Libanon. Tujuannya adalah bandar udara Mehrabad, Teheran. Namun, muatan tersebut tak sempat sampai di tangan AB Iran karena keburu diberangus Tentara Revolusioner Anti-Barat. Bulan November, pengiriman berikutnya berlangsung. Kali ini peti-peti berisikan suku cadang pesawat tempur F-14 diberangkatkan dari pelabuhan di utara Italia menuju Israel. Dari sana, setelah dimuati dengan rudal Hawk, kiriman tersebut dibawa dalam peti-peti yang dilindungi dokumen pengiriman menuju London. Namun, setibanya di bandar udara Lisbon, Portugal, kiriman yang diterbangkan oleh pesawat milik perusahaan penerbangan Israel El Al dipindahkan ke sebuah pesawat carter kepunyaan "anak perusahaan CIA", Southern Air Transport, sebelum diterbangkan ke Iran. Malangnya, kiriman ini ditolak oleh Iran karena tidak cocok. Bulan Desember, McFarlane mengundurkan diri dan digantikan Laksamana Madya John Poindexter. McFarlane segera terbang ke London dan mengadakan pertemuan dengan Kimche, Nimrodi, dan Gorbanifar. Sepulangnya ke tanah air McFarlane menyarankan agar penyerahan senjata ke Iran dihentikan, karena sejauh itu hasilnya tak sebanding dengan pembebasan para sandera, yang baru seorang itu. Pada pertemuan di awal tahun ini, jelas mulai terlihat "perpecahan" di antara para pembantu utama Presiden Reagan. Shultz dan Weinberger menentang rencana pengiriman senjata ke Iran. Sementara itu, Poindexter, William Casey (Direktur CIA), dan Donald Regan (Kastaf Gedung Putih) menyokong. Namun, pada bulan Februari, pengapalan ke Iran terlaksana dengan mulus. Kali ini Letnan Kolonel North ditunjuk membereskannya. Di pihak Israel terdapat nama Amiram Nir, penasihat PM Peres untuk urusan terorisme, sebagai koordinator merangkap perantara. Begitu penting peranan Nir hingga, pada pengapalan bulan Mei, Agustus, dan Oktober lalu, ia bertindak sebagai "wakil Amerika" dalam pertemuan rahasia dengan Khashogi dan utusan dari Iran. Termasuk menentukan harga jual senjata-senjata tersebut yang sering kali lebih mahal 3-4 kali lipat ketimbang harga di pasaran biasa. Menjadi pertanyaan besar, ke manakah hasil penjualan senjata tersebut. Iran tentu membayar harga sesuai dengan yang ditentukan Israel. Israel kemudian membayar kepada CIA untuk nantinya diteruskan kepada Pentagon. Ternyata, harga jual Israel lebih tinggi dari harga Pentagon. Selisihnya diduga berkisar pada US$ 10-30 juta. Keuntungan ini kabarnya dimasukkan dalam rekening bank di Swiss. Masalahnya, rekening ini rupanya sering dipakai sebagai sumber dana pembiayaan operasi dukungan Amerika terhadap kelompok gerilyawan Contra, Nikaragua. Melalui jalur Companie de Services Fiduciaires di Jenewa dan cabangnya di Bermuda, serta Stanford Technology Corp., masuklah Richard Secord (purnawirawan AU AS yang pernah menjadi staf NSC) dan Albet Hakim, pialang senjata kelahiran Iran. Mereka berdua diduga mendalangi pengiriman senjata-senjata ke Contra melalui keuntungan hasil penjualan senjata ke Iran itu. Yang lebih memusingkan, keluarga istana Arab Saudi dan Brunei, ikut mengalirkan petrodolar mereka ke rekening tersebut atas permintaan, Washington. James R. Lapian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo