Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perubahan Brasil di Bawah Bolsonaro

Kelompok LGBTQ, perempuan, dan warga minoritas mengkhawatirkan kebijakan sang presiden.

3 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BRASILIA - Bahkan sebelum dilantik sebagai presiden pada 1 Januari lalu, Jair Bolsonaro membuat sejumlah rakyat khawatir Brasil akan berubah menjadi jauh lebih buruk. Hal ini didasari kontroversi yang digulirkan Bolsonaro sejak awal kampanye.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai figur politikus sayap kanan, reputasi pria berusia 63 tahun itu terbangun sejak terjun ke dunia politik pada era 1980-an. Selama 26 tahun bekerja di Kongres Nasional Brasil, Bolsonaro mantap berdiri di jalur konservatif. Ia mendukung kebijakan ekonomi pro-pasar dan nilai-nilai kekeluargaan sesuai dengan ajaran Kristen yang anti-homoseksual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak mengherankan, beberapa pekan sebelum pelantikannya sebagai presiden Brasil, terdapat peningkatan pernikahan pasangan sesama jenis di Negeri Samba itu. Kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ) Brasil khawatir Bolsonaro akan membatasi pernikahan sesama jenis yang disahkan pada 2013.

Pada November lalu, ada 986 pernikahan-kenaikan hampir 66 persen dibanding periode yang sama tahun lalu-menurut angka pemerintah. "Kami khawatir, karena ini adalah hak yang kami perjuangkan dan penting untuk mempertahankannya," kata Sheylli Caleffe, panitia upacara pernikahan massal di Sao Paulo pada 15 Desember lalu, di mana 38 pasangan LGBTQ turut serta.

Perubahan Brasil di Bawah Bolsonaro

Selain itu, untuk pertama kalinya sejak Brasil menjadi republik federal pada 1889, pemerintahnya tidak akan memiliki menteri dari utara atau timur laut negara itu. Wilayah timur laut meliputi Kota Salvador yang didominasi warga minoritas kulit hitam. Penduduk di sana menunjukkan kekhawatiran terhadap kebijakan garis keras Bolsonaro soal hukum dan ketertiban-yang mencakup kemungkinan akses yang jauh lebih luas ke senjata api.

Pemerintahan Bolsonaro juga menjadi mimpi buruk bagi perempuan. Menurut dia, laki-laki dan perempuan tidak seharusnya menerima gaji yang sama karena perempuan bisa hamil. Selain itu, aturan cuti hamil yang berbayar, menurut dia, bisa berpengaruh pada produktivitas kerja. Jadi, tak aneh jika susunan terakhir kabinet pensiunan kapten ini terdiri atas 22 menteri, dengan hanya dua wanita.

Dimasukkannya tujuh pensiunan militer juga menunjukkan hubungan erat pemerintah baru Brasil dengan militer, kekhawatiran lain bagi rakyat Brasil yang baru lepas dari junta militer pada 1985. Bolsonaro punya cita-cita kontroversial ingin mengembalikan Brasil ke era diktator militer sepanjang 1 April 1964 hingga 15 Maret 1985, yang dipimpin oleh Presiden Joao Goulart.

Kini 209 juta rakyat Brasil akan menyaksikan Bolsonaro, yang tidak memiliki pengalaman eksekutif, entah bagaimana dapat membawa kedamaian dan kemakmuran bagi negara mereka.

NPR | THE NEW YORK TIMES | VOA | SITA PLANASARI AQUADINI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus