Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Tentara Israel membombardir wilayah Rafah timur pada Kamis, 9 Mei 2024, ketika Israel dan Hamas tak kunjung mencapai kesepakatan dalam perundingan gencatan senjata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jika harus, kami akan berjuang dengan sekuat tenaga,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah video pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga dan petugas medis di Rafah mengatakan serangan Israel di dekat sebuah masjid menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai beberapa orang lainnya di wilayah timur kota tersebut.
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan menara masjid tergeletak di antara reruntuhan dan dua jenazah terbungkus selimut.
Pasukan Israel juga melancarkan serangan udara terhadap dua rumah di lingkungan Sabra di Rafah, menewaskan sedikitnya 12 orang termasuk perempuan dan anak-anak.
Korban tewas dalam serangan kali ini termasuk komandan senior Brigade Al-Mujahidin dan keluarganya, beserta keluarga pemimpin lainnya dalam kelompok tersebut, kata petugas medis, kerabat dan pihak Brigade Al-Mujahidin.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan pada Kamis malam bahwa putaran terakhir perundingan gencatan senjata di Kairo telah berakhir, dan Israel akan tetap melanjutkan operasinya di Rafah serta bagian lain Jalur Gaza sesuai rencana.
Israel telah mengajukan keberatannya kepada mediator mengenai proposal Hamas untuk kesepakatan pembebasan sandera, kata pejabat itu.
Israel mengatakan milisi Hamas sedang bersembunyi di Rafah, tempat berlindung bagi lebih dari sebagian populasi Gaza setelah bagian lain wilayah kantong tersebut telah hancur dibom.
Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengatakan pejuang mereka menembakkan roket dan mortir anti-tank kepada tank-tank Israel yang berkumpul di pinggiran timur Rafah.
Gedung Putih mengulangi harapannya bahwa Israel tidak akan melancarkan operasi militer besar-besaran di Rafah, dan bahwa Amerika Serikat percaya hal itu tidak akan mengalahkan Hamas.
“Menghantam Rafah, dalam pandangan (Presiden Joe Biden), tidak akan mencapai tujuan tersebut,” kata juru bicara Gedung Putih John Kirby.
Kirby mengatakan Hamas telah mendapat tekanan dari Israel dan ada pilihan yang lebih baik untuk memburu sisa-sisa kepemimpinan Hamas dibandingkan melancarkan serangan yang berisiko besar merugikan warga sipil Palestina.
Biden pada Rabu lalu mengeluarkan peringatan keras tentang rencana invasi darat Israel di Rafah. Ia mengatakan kepada CNN: “Saya sudah menjelaskan bahwa jika mereka masuk ke Rafah ... Saya tidak akan memasok senjata.”
Duta Besar Israel untuk Amerika mengatakan keputusan untuk menahan pasokan senjata mengirimkan “pesan yang salah” kepada Hamas dan musuh-musuh negara tersebut.
“Ini menyudutkan kami, karena kami harus mengatasi urusan Rafah bagaimana pun caranya,” kata Duta Besar Michael Herzog pada webinar Carnegie Endowment for International Peace, seperti dikutip oleh Reuters.
Meskipun ada peringatan dari Biden, persenjataan AS senilai miliaran dolar masih tersedia untuk Israel.
Berbagai macam peralatan militer akan dikirim ke Israel, termasuk amunisi JDAMS, peluru tank, mortir dan kendaraan taktis lapis baja, kata Senator Jim Risch, petinggi Partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, kepada wartawan.
REUTERS