Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell mendesak komunitas internasional untuk mempertimbangkan kembali memasok senjata ke Israel, dalam sebuah pernyataan pada konferensi pers Senin, 12 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menyoroti banyaknya warga sipil Palestina yang terbunuh di Gaza hingga saat ini, dengan angka lebih dari 28 ribu orang sejak 7 Oktober.
“Berapa kali Anda mendengar para pemimpin dan menteri luar negeri paling terkemuka di seluruh dunia berkata, ‘terlalu banyak orang yang terbunuh’?” dia bertanya pada konferensi pers, seperti dilansir kantor berita Anadolu.
Borrell mengatakan, bahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah berkomentar mengenai jumlah korban tewas di Gaza, mengatakan bahwa “ini terlalu banyak, berlebihan” dan “tidak proporsional”.
Biden mengatakan itu dalam konferensi pers gabungan dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Gedung Putih, Washington D.C.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Terlalu banyak dari 27 ribu lebih warga Palestina yang tewas dalam konflik ini adalah warga sipil tak berdosa, termasuk ribuan anak-anak,” katanya pada Senin.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan 28.340 orang dan membuat 67.984 lainnya luka-luka sejak 7 Oktober, menurut penghitungan otoritas kesehatan Gaza.
Israel membombardir wilayah kantong tersebut sejak serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.139 orang di Israel selatan.
“Nah, jika Anda yakin bahwa terlalu banyak orang yang terbunuh, mungkin Anda harus memberikan lebih sedikit senjata (kepada Israel) untuk mencegah begitu banyak orang yang terbunuh,” ujar Borrell.
Ia mencontohkan pada 2006, Amerika Serikat memutuskan untuk menyetop pasokan senjata ke Israel selama Perang Lebanon, ketika Israel menolak untuk mengakhiri perang.
Borrell mengatakan bahwa “hal yang sama” sedang terjadi saat ini.
Dia melanjutkan, “Semua orang pergi ke Tel Aviv memohon: Tolong jangan lakukan itu, lindungi warga sipil, jangan bunuh begitu banyak orang! Berapa banyak yang terlalu banyak? Yang mana standarnya?”
Petinggi UE itu mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “tidak mendengarkan siapa pun”.
Netanyahu telah secara konsisten menolak seruan gencatan senjata dan bersikeras untuk menumpas Hamas di Jalur Gaza, meski telah menumpahkan darah puluhan ribu warga sipil dalam operasi militer yang telah berlangsung selama empat bulan ini.
“Mereka akan mengungsi (dari Rafah)! Di mana – ke bulan? Ke mana mereka akan mengevakuasi orang-orang ini?” kata Borrell, berbicara soal rencana Israel yang banyak dikritik untuk mengevakuasi kota Rafah di Gaza selatan dan melancarkan serangan.
Borrell juga mengatakan bahwa “jika komunitas internasional percaya bahwa ini adalah pembantaian, bahwa terlalu banyak orang yang terbunuh, mungkin mereka harus mempertimbangkan pasokan senjata ke Israel.”
Ia menyinggung perintah pengadilan Belanda untuk menghentikan distribusi suku cadang jet tempur F-35 dari Belanda ke Israel untuk melaksanakan perintah sementara oleh Mahkamah Internasional (ICJ).
ICJ pada Januari lalu mengadili kasus Afrika Selatan melawan Israel mengenai tuduhan genosida di Gaza. Mahkamah tersebut salah satunya memerintahkan Israel untuk mencegah perlakuan tindakan genosida di Gaza.
Borrell mengatakan setiap negara anggota UE mempunyai kebijakan luar negerinya masing-masing. Namun “agak kontradiktif jika terus mengatakan bahwa ada terlalu banyak orang yang terbunuh … mohon jangan membunuh begitu banyak orang.”
“Berhentilah berkata ‘tolong’ dan lakukan sesuatu,” ujarnya.
Pilihan Editor: Jaksa ICC Karim Khan Prihatin atas Serangan Israel ke Rafah
ANADOLU