Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Prancis meningkatkan keamanan maksimum untuk peringatan May Day 2019 karena khawatir massa Rompi Kuning akan bergabung dengan serikat buruh dan aktivis radikal lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Otoritas Prancis, menurut laporan France24, yang dikutip 1 Mei 2019, memperingatkan peringatan May Day berpotensi ricuh karena demonstrasi anti-pemerintah selama berminggu-minggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, serikat pekerja diyakini akan bergabung dengan massa Rompi Kuning yang bisa memenuhi ibu kota. Pemerintah pun berjanji untuk mengerahkan keamanan pada skala besar di seluruh Paris.
Para pejabat bersiap antisipasi peringatan May Day seperti tahun lalu, ketika sekitar 1.200 orang mengamuk di Paris, merusak tokok dan bentrok dengan polisi.
Lebih dari 7.400 polisi dan polisi akan dikerahkan di seluruh Paris pada hari Rabu.
Presiden Macron mengatakan akan mengambil sika tegas jika May Day berakhir rusuh, kata juru bicara pemerintah Sibeth Ndiaye mengatakan pada hari Selasa.
Dia mengatakan langkah-langkah itu bertujuan melindungi pengunjuk rasa damai serta penjaga toko dan warga negara lainnya.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan rompi kuning ikut serta dalam demonstrasi gerakan "rompi kuning", di Paris, Prancis, 19 Januari 2019. [REUTERS / Charles Platiau]
Polisi Paris melarang demonstrasi di jalan Champs-Elysees dan daerah di sekitar istana presiden dan Katedral Notre Dame.
Protes serikat pekerja utama direncanakan pada hari Rabu dari stasiun kereta Montparnasse ke Place d'Italie di Paris selatan.
Polisi memerintahkan penjaga toko, restoran dan kafe di jalan yang dilalui pengunjuk rasa untuk menutup dan berencana untuk memeriksa bawaan demonstran dan melakukan pemeriksaan identitas
Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan pihak berwenang telah menemukan beberapa kelompok di media sosial mendesak pengunjuk rasa untuk mengubah kota menjadi ibu kota kerusuhan, dan polisi bersiap untuk kedatangan hingga 2.000 aktivis.
"Berdasarkan informasi yang kami miliki, 1.000 hingga 2.000 aktivis radikal, berpotensi diperkuat oleh orang-orang yang datang dari luar negeri, yang dapat mencoba menyebarkan pelanggaran hukum dan kekerasan," kata Castaner.
Banyak dari mereka adalah pemuda anti-kapitalis, yang sering dikenal sebagai "blok hitam", yang berpakaian hitam dan mengenakan topeng wajah.
Pasukan keamanan sedang dikerahkan di stasiun kereta Paris untuk mencegah anggota "blok hitam" tambahan yang mungkin berasal dari Italia, Spanyol dan Jerman.
Hampir 200 unit sepeda motor akan dikerahkan di seluruh ibu kota Prancis untuk merespon dengan cepat terhadap kekerasan, dan drone akan digunakan untuk melacak pergerakan para pengunjuk rasa May Day 2019.