Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Qatar Pertanyakan Kelanjutan Negosiasi Gencatan Senjata Gaza setelah Pembunuhan Ismail Haniyeh

PM Qatar mempertanyakan bagaimana negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat berhasil setelah pembunuhan Ismail Haniyeh.

1 Agustus 2024 | 08.00 WIB

Bangunan berdiri di Universitas Al-Azhar-Gaza yang rusak akibat serangan militer Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza, 28 April 2024. Setelah 200 hari lebih berlangsungnya perang di Gaza, Israel kini disebut tidak hanya melakukan genosida tapi juga menghancurkan sistem pendidikan. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Perbesar
Bangunan berdiri di Universitas Al-Azhar-Gaza yang rusak akibat serangan militer Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza, 28 April 2024. Setelah 200 hari lebih berlangsungnya perang di Gaza, Israel kini disebut tidak hanya melakukan genosida tapi juga menghancurkan sistem pendidikan. REUTERS/Dawoud Abu Alkas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Qatar dan Mesir, dua mediator dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas, mengatakan pembunuhan petinggi Hamas Ismail Haniyeh di Iran pada Rabu, 31 Juli 2024 dapat mengancam upaya gencatan senjata di Gaza.

Haniyeh, yang selama sisa hidupnya tinggal di Qatar, telah menjadi wajah diplomasi internasional Hamas di tengah serangan Israel di Jalur Gaza yang masih berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Hamas telah resmi mengumumkan Haniyeh tewas dibunuh dalam sebuah serangan di Teheran, Iran, tempat ia menghadiri pelantikan presiden terpilih Iran Masoud Pezeshkian. 
 
Kelompok Hamas menyalahkan Israel, namun Israel sampai sejauh ini belum menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
 
“Pembunuhan politik dan penargetan warga sipil yang terus berlanjut di Gaza sementara pembicaraan terus berlanjut membuat kita bertanya, bagaimana mediasi dapat berhasil jika satu pihak membunuh negosiator di pihak lain?” kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di media sosial X.
 
Perdana menteri tersebut mengatakan perdamaian membutuhkan “mitra yang serius” dan “sikap global melawan pengabaian terhadap kehidupan manusia”.
 
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Mesir merilis sebuah pernyataan bahwa “kebijakan eskalasi Israel yang berbahaya” selama dua hari terakhir telah merusak upaya untuk menengahi diakhirinya pertempuran di Gaza.
 
Menurut kementerian tersebut, adanya eskalasi konflik secara regional bersamaan dengan  kurangnya kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza “meningkatkan kompleksitas situasi” dan menunjukkan tidak adanya kemauan politik Israel untuk meredakannya.
 
“Hal itu melemahkan upaya keras yang dilakukan oleh Mesir dan mitranya untuk menghentikan perang di Jalur Gaza dan mengakhiri penderitaan manusiawi rakyat Palestina,” kata Kementerian itu.
 
Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah berperan sebagai pihak ketiga untuk mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, di mana pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023. Israel melancarkan serangannya setelah Hamas menyerbu Israel selatan dan menewaskan 1.139 orang di sana.
 
Kesepakatan akhir untuk menghentikan pertempuran sekarang menjadi rumit akibat adanya beberapa perubahan yang diminta oleh Israel, kata sumber anonim kepada Reuters, dan tidak ada tanda-tanda kemajuan pada putaran pembicaraan terakhir di Roma pada Ahad lalu.
 
Menurut laporan Reuters, Haniyeh sebenarnya tidak terlibat langsung dalam negosiasi sehari-hari seputar gencatan senjata Gaza dan tidak memimpin pembicaraan tersebut, meski ia menduduki posisi tertinggi di Hamas. Tokoh senior Hamas yang berperan sentral dalam gencatan senjata dan negosiasi pembebasan sandera adalah Khalil Al-Hayya, kata seorang pejabat yang diberi pengarahan tentang pembicaraan tersebut kepada Reuters.
 
ARAB NEWS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus