Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz al-Saud menelepon Presiden Rusia, Vladimir Putin pada hari Kamis, 21 Desember 2017 untuk membahas situasi di Yaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perang antara pasukan pemerintah Yaman yang didukung pasukan koalisi Arab Saudi melawan milisi Houthi sudah berlangsung sekitar 6 tahun. Perang ini telah menewaskan ribuan orang dan membuat rakyat Yaman hidup sengsara.
Baca: Saudi Cegat Serangan Misil Houthi ke Riyadh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat bertelepon,menurut media Asharq Al Awsat, 22 Desember 2017, Putin mengecam milisi Houthi yang berkali-kali meluncurkan rudal balistiknya ke Riyadh, ibukota Arab Saudi.
Putin pun menegaskan penolakannya atas berbagai ancaman terhadap keamanan kerajaan Saudi itu.
Selain itu, menurut Fox News, Putin menyerukan dilakukan investigasi atas peluncuran rudal-rudal balistik Houthi.
Baca: Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman
Putin selanjutnya mendesak diadakan penyelesaian damai atas krisis di Yaman.
Adapun Kremlin menjelaskan, kedua pemimpin juga menekankan perlunya negosiasi untuk penyelesaian politik di Suriah dan juga aksi bersama untuk menstabilkan harga minyak di pasar global.
Baca: Eropa Embargon Senjata ke Arab Saudi Akibat Perang di Yaman
Arab Saudi menuai kritikan tajam dari Uni Eropa dan sejumlah lembaga peduli HAM atas banyaknya korban sipil yang tewas dalam sejumlah serangan oleh pasukan koalisi di Yaman. Eropa kemudian mengeluarkan sanksi embargo senjata terhadap Arab Saudi karena dituding sebagai penjahat perang di Yaman pada awal Desember lalu.