Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pekerja sektor teknologi informasi Rusia berisiko menganggur di tahun baru jika undang-undang tentang kerja jarak jauh disahkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kremlin mencoba menarik kembali puluhan ribu pekerja teknologi informasi Rusia yang lari ke luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memiliki pekerjaan yang relatif mudah dipindahkan, para pekerja TI Rusia pindah ke luar negeri setelah Moskow mengirim tentaranya ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dan ratusan ribu orang yang menyusul ketika panggilan militer dimulai pada bulan September.
Pemerintah memperkirakan bahwa 100.000 spesialis TI saat ini bekerja untuk perusahaan Rusia di luar negeri.
Parlemen dibawal tahun ini sedang menggodok undang-undang yang dapat melarang kerja jarak jauh untuk beberapa profesi.
Anggota parlemen, yang takut lebih banyak profesional TI Rusia bekerja di negara-negara NATO dan secara tidak sengaja berbagi informasi keamanan yang sensitif, mengusulkan melarang beberapa spesialis TI meninggalkan Rusia.
Tetapi Kementerian Digital mengatakan bahwa larangan total dapat membuat perusahaan IT Rusia kurang efektif, dan kurang kompetitif: "Pada akhirnya, siapa pun yang dapat menarik staf paling berbakat, termasuk dari luar negeri, akan menang."
Sementara banyak anak muda Rusia yang kecewa pergi ke negara-negara seperti Latvia, Georgia, atau Armenia di mana bahasa Rusia digunakan secara luas, beberapa telah membuat lompatan yang lebih besar - ke Argentina.
Spesialis TI Roman Tulnov, 36 tahun, mengatakan dia tidak berencana untuk kembali ke Rusia dalam keadaan apa pun.
"Saya sudah lama ingin pergi. Pada 24 Februari, semuanya menjadi jelas. Saya mengerti bahwa tidak ada lagi kehidupan di Rusia," katanya.
Ia mengatakan, momobilisasi memberi kesempatan banyak pekerja IT pindah ke luar negeri untuk bisa menjaga pekerjaannya.
"Sebelum mobilisasi, tidak ada yang berpikir untuk memberi izin kepada orang-orang untuk pindah entah ke mana."
Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Rusia atau Duma Negara, mengatakan dia ingin pajak yang lebih tinggi dikenakan pada pekerja yang telah pindah ke luar negeri.
Perancang produk Yulia, 26 tahun, memperkirakan bahwa seperempat dari timnya lebih memilih berhenti daripada kembali ke Rusia di bawah tekanan.
"Pilihan non-alternatif semacam itu seperti bernegosiasi dengan teroris: 'Kembalilah atau kami akan membuat pekerjaan Anda tidak mungkin, dan untuk perusahaan dan karyawan Anda'," katanya.
Beberapa ekspatriat Rusia mungkin juga sama sekali tidak membayar pajak. Pajak penghasilan pribadi sebesar 13% dipotong secara otomatis dari karyawan yang tinggal, tetapi mereka yang bekerja untuk perusahaan yang berbasis di Rusia dari luar negeri tidak dipotong.
Pemain poker online profesional Sasha, 37 tahun, juga tinggal di Argentina, mengatakan dia sekarang telah berhenti membayar pajak Rusia.
"Ketika Anda membayar pajak, Anda mendukung negara dan ekspansi militernya," katanya. "Saya tidak membayar dan tidak berencana untuk membayar."
REUTERS