Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

30 Maret 2024 | 12.12 WIB

Foto kombinasi Joe Biden dan Donald Trump. REUTERS/Mark Makela dan Tom Brenner
Perbesar
Foto kombinasi Joe Biden dan Donald Trump. REUTERS/Mark Makela dan Tom Brenner

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November. Saat acara makan malam tahunan bersama media di Gedung Putih pada Sabtu 16 Maret 2024. Biden menggambarkan Trump sebagai seseorang yang tidak stabil secara mental dan menyebutnya dengan istilah yang merendahkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Seorang calon memiliki usia yang terlalu lanjut dan kondisi mental yang tidak prima untuk menjabat sebagai presiden," kata Biden di Gridiron Club, Washington, AS, mengutip AP News.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Biden kemudian mengolok-olok Donald Trump dengan menyatakan bahwa kampanye pemilihan Partai Demokrat akan menunjukkan bagaimana mereka merestorasi ekonomi AS pasca pandemi Covid-19 tanpa menyarankan kepada masyarakat untuk menggunakan pemutih sebagai obat.

Itu merujuk pada insiden ketika Trump, saat masih menjabat sebagai Presiden AS, bertanya apakah disinfektan bisa disuntikkan ke tubuh manusia untuk menyembuhkan Covid-19.

"Saya berharap itu hanyalah lelucon, tetapi sayangnya tidak," ujar Biden.

Selama acara tersebut, Biden juga mengomentari ancaman terhadap demokrasi di seluruh dunia dan mengejek Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang terus melancarkan invasi ke Ukraina.

Biden dihadapkan pada survei terbaru yang menunjukkan bahwa dia tertinggal dalam beberapa jajak pendapat dan menghadapi kekhawatiran tentang usianya. Dia berusaha menyoroti kesalahan kata-kata yang baru-baru ini dilakukan oleh Trump.

Biden juga menyebutkan pertemuan dengan Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, yang merupakan kritikus keras Rusia. 

"Kami tidak akan menyerah, mereka tidak akan menyerah, dan saya tidak akan menyerah," kata Biden

Dia mencatat bahwa klaim palsu Trump tentang kemenangan dalam Pemilu 2020 dan serangan Capitol pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Trump menunjukkan adanya "racun yang mengalir melalui pembuluh darah demokrasi kita."

Biden juga memberikan dukungan kepada jurnalis yang berulang kali diserang oleh Trump. "Anda bukan musuh rakyat. Anda adalah pilar masyarakat bebas di mana pun," kata Biden.

Sedangkan, Donald Trump mengungkapkan keyakinannya bahwa jika ia tidak memenangkan pemilihan presiden bulan November ini, itu bisa menandakan akhir dari demokrasi di Amerika Serikat.

Mengutip New York Times, sebagai kandidat presiden dari Partai Republik, Trump menyampaikan pandangannya ini kepada pendukungnya di Ohio. Dia menegaskan klaim tersebut setelah kembali mengulangi dakwaannya yang tidak didukung fakta bahwa kekalahan dalam Pemilu 2020 dari Biden disebabkan oleh kecurangan.

Trump mengucapkan pidatonya di luar ruangan di tengah angin kencang, dan beberapa kata kasar terdengar di antara kata-katanya. Dalam pidatonya, Trump memprediksi bahwa jika ia gagal memenangi pemilu pada 5 November 2024, maka demokrasi di Amerika Serikat akan berakhir.

"Mungkin tidak akan ada pemilihan lagi di negara ini, jika kita tidak menang kali ini," ujar Trump.

Hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos pekan sebelumnya menunjukkan bahwa Biden dan Trump memiliki persentase yang sama dari pemilih yang terdaftar. Trump memulai pidatonya di Dayton dengan memberi penghormatan kepada para pendukungnya yang saat ini ditahan karena terlibat dalam kerusuhan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Dia memuji mereka sebagai 'patriot' dan 'sandera'.  Donald Trump telah semakin sering menggunakan retorika distopia atau khayalan tentang situasi yang sangat buruk dalam pidato-pidato kampanyenya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus