Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sayap Kanan Penentu Kemenangan

Kabinet pemerintahan baru Ukraina terbentuk. Ekstremis ikut berperan menggulingkan Yanukovych.

3 Maret 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puluhan karangan bunga dan ribuan lilin menghiasi Lapangan Merdeka, Kiev, Ukraina, Rabu pekan lalu. Puluhan ribu penduduk Ukraina berkumpul untuk memanjatkan doa bagi 88 korban dalam krisis politik yang telah berlangsung tiga bulan itu. Di akhir acara, Arseniy Yatsenyuk, anggota parlemen dari Partai Batkivshchyna, partai terbesar kedua di Ukraina, mengumumkan susunan kabinet sementara untuk menggantikan pemerintah Viktor Yanukovych yang terguling. Warga menyambutnya dengan tiupan peluit dan sorak-sorai. Beberapa di antaranya mencemooh kabinet baru ini.

"Wajah kabinet baru harus diubah. Kami ingin kabinet berasal bukan dari partai politik," kata Alyona Murashko, seorang tenaga pemasaran yang hendak pulang kerja dan mampir untuk ikut merayakan kemenangan rakyat Ukraina, seperti dikutip New York Times, Rabu pekan lalu.

Kabinet baru ini sebagian besar diisi oposisi dan kelompok yang dianggap berjasa dalam unjuk rasa anti-pemerintah. Yatsenyuk diplot sebagai perdana menteri ad interim. Oleksandr Turchynov, ketua parlemen Ukraina, menduduki jabatan presiden sementara. Keduanya orang kepercayaan Yulia Tymoshenko, Ketua Partai Batkivshchyna, oposisi Ukraina. Tymoshenko pernah menjabat presiden pada 2004. "Mereka telah lama berhubungan dengan sistem politik negara yang korup dan salah urus selama bertahun-tahun," ujar Murashko.

Korupsi sudah menjadi keseharian di Ukraina. Lina Ratushnyi, ibu rumah tangga di Kiev, mengatakan untuk melahirkan di Ukraina harus disiapkan dana dua kali lipat dari biaya rumah sakit. Pasalnya, mereka harus memberikan uang tambahan kepada dokter US$ 1.000, di luar biaya perawatan dan pengobatan. "Uang itu masuk saku mereka," ucapnya.

Untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar, ibu berputra dua itu harus merogoh lagi kocek US$ 300 per bulan. Tak berhenti di situ, Ratushnyi harus menyiapkan uang tambahan jika tak ingin nilai anaknya jelek. Padahal Ukraina, sebagai negara sosialis, telah menjamin pendidikan gratis. "Sistem ini yang sudah membudaya," ujarnya kepada The Globe and Mail.

Yatsenyuk, salah satu tokoh oposisi yang berperan dalam menggalang protes, mengatakan pemerintahan baru tak akan mengkhianati demonstran yang menjadi tumbal dalam krisis politik. "Kami akan mengambil langkah-langkah untuk membenahi sistem pemerintahan yang sangat korup," ujarnya seperti dikutip BBC.

Krisis politik di Ukraina meletup setelah Presiden Yanukovych memilih membatalkan penandatanganan perjanjian dagang dengan Uni Eropa pada 21 November tahun lalu. Dia justru memilih tawaran Rusia untuk bergabung dengan serikat pabean Eurasia. Rusia mengiming-imingi bantuan talangan US$ 15 miliar, harga gas yang lebih murah, dan kerja sama perdagangan. Harapannya, bantuan itu bisa menyelamatkan Ukraina, yang terjerat utang US$ 13 miliar.

Rusia adalah penyokong Yanukovych dalam pemilihan presiden pada 2004 dan 2010. Saat itu, Yanukovych mampu mengalah­kan Tymoshenko, yang didukung Amerika Serikat. "Rusia telah lama memeras kami. Kesepakatan itu akan menghancurkan negara," kata Yatsenyuk.

Perjuangan untuk menjatuhkan Yanukovych tak mudah. Yatsenyuk bersama tokoh oposisi lain, Yulia Tymoshenko; Vitali Klitschko, pemimpin Partai Aliansi Demokratik untuk Reformasi Ukraina (UDAR); dan Oleh Tyahnybok, pemimpin Partai Svoboda, sayap kanan, mulai menggalang kekuatan. Ratusan simpatisan oposisi menggelar aksi damai dengan memadati Lapangan Merdeka. Namun polisi menghadapinya dengan kekerasan, menggunakan peluru karet dan gas air mata.

Setelah unjuk rasa damai gagal, oposisi mengubah strategi. Oposisi menyaring dukungan dari Barat, seperti Amerika, Jerman, dan Uni Eropa.

Dalam percakapan telepon yang bocor antara Geoffrey Pyatt, Duta Besar Amerika untuk Ukraina, dan perwakilan Amerika untuk Uni Eropa, Victoria Nuland, terungkap mereka bertemu dengan Yatsenyuk empat kali sepekan. Amerika juga mengalirkan US$ 5 miliar melalui Yayasan Konferensi Amerika-Ukraina untuk membangun demokrasi. Global Research menduga dana ini digunakan oposisi. "Tidak ada penjelasan dalam peruntukannya," tulis Globalresearch.org.

Selain itu, Kanselir Jerman Angela Merkel diketahui beberapa kali mengundang Vitali Klitschko, pemimpin UDAR, ke Berlin. UDAR adalah sempalan partai Merkel, Christian Democratic Union, di Ukraina.

Koalisi anti-pemerintah juga melibatkan sukarelawan. Kota Lviv, yang mayoritas penduduknya mendukung Barat, membuka perekrutan simpatisan. Oksana Medved dari panitia perekrutan mengatakan 600 orang mendaftar setiap hari. Mereka yang sebagian besar pria dikirim dengan bus atau mobil ke Kiev, yang berjarak sekitar 450 kilometer dari Lviv.

Sebagian besar dari ratusan ribu demonstran di jalan-jalan Kiev tak mengikuti agenda politik partai. Mereka berasal dari kelas menengah. Vassyl, yang berasal dari Ukraina barat, mengatakan bergabung dengan oposisi karena merasa kesal terhadap rezim Yanukovych yang korup.

Selama berkuasa, Yanukovych diketahui melindungi dan memberi kemudahan bagi pengusaha asal Rusia. Salah satunya Renat Leonidovich Akhmetov. Bermacam proyek, seperti tambang, listrik, telekomunikasi, real estate, dan asuransi, diberikan kepada Akhmetov. Padahal, di Rusia, Akhmetov dikenal sebagai mafioso.

Anak Yanukovych, Oleksandr, dokter gigi yang masih menjalani pelatihan, juga membuka usaha keuangan dan mendapat proyek pemerintah. Dalam waktu tiga tahun, dia mampu melipatgandakan asetnya hingga 20 kali. Yanukovych bergaji US$ 100 ribu, seperempat gaji Presiden Amerika Barack Obama.

Ekstremis seperti Pravy Sektor, Patriots Ukraina, Trisub, dan White Hammer mulai dirangkul. Desember tahun lalu, diplomat Amerika, John McCain dan Nuland, bertemu dengan Pravy Sektor. Global Research menyebutkan pertemuan itu merupakan bentuk persetujuan Amerika secara diam-diam agar ekstremis sayap kanan ini terlibat dalam penggulingan rezim.

Kelompok garis keras ini mengenakan seragam militer dan sepatu tentara, mencukur habis rambut, serta memakai penutup muka. Usia mereka awal 40 tahun. Kelompok yang menganut paham neo-Nazi ini menggunakan Gedung Serikat di Lapangan Merdeka sebagai markas perlawanan nasional. Pintu masuk yang terbuat dari kaca ditempeli stiker bertulisan "Hanya untuk Nazi".

Dalam aksinya, mereka melumpuhkan sejumlah kementerian. "Perlawanan jalanan tak cukup untuk menggulingkan Yanukovych. Maka kekerasan harus dilawan dengan kekerasan," kata Dmytro Yarosh, pemimpin Pravy Sektor.

Andrij Tarassenko, Wakil Ketua Trisub, mengatakan anggotanya memang dilatih kemiliteran. Dia mengklaim anak buahnya terdiri atas 300 pejuang aktif dan 15 ribu simpatisan. Mereka siap melawan polisi di jalanan. Mereka mempersenjatai diri dengan tongkat bisbol, tameng besi, bom molotov, batu, dan senapan berburu. "Kami tidak berjuang untuk Uni Eropa, tapi ingin menghapus rezim bentukan Yanukovych," ujarnya, seperti dilansir Deutsche Welle.

Sejumlah sayap partai oposisi pun berlatih kemiliteran. Mereka yang rata-rata anak band itu ikut berlatih dalam payung Pertahanan Diri Maidan. Oposisi mempersenjatai mereka dengan balok kayu dan rantai. "Situasi di Ukraina panas, memicu kelompok radikal muncul bak jamur di musim hujan," kata Andrew Paruby dari sayap Partai Batkivshchyna.

Untuk menghadapi Berkut, satuan elite­ militer Ukraina, orang-orang militan itu mencuri senjata dari beberapa kantor polisi dan markas militer Ukraina. Mereka membobol tiga gudang senjata militer di Lviv, Ternopil, dan Ivano-Frankivsk. Volodymyr Borodko, wakil kepala militer, mengatakan pengunjuk rasa telah mengambil 267 pistol, 2 senapan, 3 senapan mesin, 92 granat tangan, dan 15 ribu amunisi. Mereka juga mengambil 300 pucuk senjata dari kantor kepolisian di Ivano-Frankivsk, Lviv, Rivne, dan Ternopil.

Sejak itu, pertempuran bertambah ganas. Hanya berselang beberapa hari, puluhan orang menjadi korban. "Mereka membawa senjata itu ke Kiev dan mengubah keadaan," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Leonid Kozhara, seperti dikutip KievPost.

Eko Ari Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus