Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sopir bus di ibu kota Korea Selatan, Seoul, melakukan pemogokan massal pada Kamis, 28 Maret 2024. Mogok dilakukan usai tuntutan mereka ihwal kenaikan upah gagal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibatnya perjalanan di Seoul yang berpenduduk lebih dari 9 juta orang dan satu juta lainnya dari pinggiran kota terganggu. Karena gangguan diperkirakan terjadi pada jam-jam sibuk, Pemerintah Kota Metropolitan Seoul mengatakan kereta bawah tanah akan beroperasi selama berjam-jam dengan tambahan kereta yang akan dioperasikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 25 distrik di kota ini juga akan menyediakan 480 bus antar-jemput untuk mengangkut penumpang ke stasiun kereta bawah tanah.
Pemogokan besar-besaran yang dilakukan sopir bus di kota tersebut merupakan yang pertama dalam 12 tahun terakhir. Sopir bus terakhir kalinya mogok kerja selama 20 menit.
Oh Jeong-hui, 25 tahun dari Seoul, mengatakan dia meninggalkan rumah lebih awal setelah mendengar tentang pemogokan tersebut. “Biasanya perjalanan memakan waktu 15 menit dengan bus, tetapi saya naik kereta bawah tanah dan harus berpindah yang memakan waktu sekitar 30 menit,” katanya.
Negosiasi antara Serikat Pekerja Bus Seoul, yang mewakili pengemudi yang melayani lebih dari 97 persen operasi bus, dan majikan mereka gagal setelah tuntutan serikat pekerja untuk kenaikan upah per jam sebesar 12,7 persen dianggap berlebihan, menurut laporan Yonhap.
“Kami akan melakukan upaya sekuat tenaga untuk segera mencapai kesepakatan antara serikat pekerja dan manajemen,” ujar Yoon Jong-jang, kepala Biro Perencanaan Transportasi di Pemerintah Metropolitan Seoul.
Bus-bus di Seoul dioperasikan dengan sistem semi-publik. Perusahaan swasta mengelola bus-bus tersebut yang disubsidi dan diatur secara besar-besaran oleh pemerintah kota Seoul untuk memastikan aksesibilitas layanan.
Walikota Seoul Oh Se-hoon memohon agar segera dilakukan kompromi antara perusahaan dengan sopir bus. “Bus kota adalah kaki warga, penghidupan dan kehidupan sehari-hari mereka benar-benar bergantung pada bus kota,” katanya.
Korea Selatan juga sedang mengalami pemogokan dokter karena ribuan orang yang masih dalam masa pelatihan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Mundurnya para dokter ini adalah sebagai protes terhadap rencana pemerintah meningkatkan penerimaan sekolah kedokteran.
REUTERS
Pilihan editor: Dua Tewas, Lebih 100 Orang Dirawat di Jepang akibat Suplemen Angkak