Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan rudal dan drone sebagai serangan Iran meluncur ke langit Israel pada Sabtu 13 April 2024 waktu setempat. Serangan tersebut merupakan serangan balasan dari Republik Islam Iran terhadap serangan udara Israel yang menargetkan kompleks kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, dua minggu yang lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan tersebut menyebabkan tujuh petugas militer Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) Iran tewas, termasuk dua perwira senior IRGC di Suriah dan Lebanon, yaitu Mohammad Reza Zahedi dan wakilnya, Hadi Haj Rahemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil IRGC
Dilansir dari Britannica, IRGC, atau Islamic Revolutionary Guard Corps, adalah angkatan bersenjata Iran yang independen dari tentara reguler Iran.
Ruhollah Khomeini merupakan pendiri Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) pada April 1979 melalui dekret dan memberikannya tugas untuk menjaga republik Islam yang terbentuk setelah Revolusi Iran (1978–1979).
Partisipasi IRGC dalam Perang Iran-Irak (1980–88) menyebabkan perluasan peran dan kekuatannya, menjadikannya kekuatan militer utama Iran, dengan tentara, angkatan laut, dan angkatan udara sendiri serta, kemudian, sayap intelijen sendiri.
Pembentukan IRGC tidak terlepas dari peristiwa melarikan diri Mohammad Reza Shah Pahlavi dari Iran pada Januari 1979. Referendum menyetujui pendirian republik Islam di bawah kepemimpinan Ayatullah Khomeini, yang telah menetapkan dasar intelektual republik Islam tersebut dalam beberapa dekade sebelum revolusi.
Meskipun angkatan bersenjata Iran telah menyatakan netralitas mereka terhadap revolusi, banyak dari para revolusioner yang takut akan terulangnya kudeta balik 1953, ketika militer membantu penggulingan Mohammad Mosaddegh dan restorasi shah.
Khomeini mendirikan IRGC untuk menyatukan dan mengorganisir pasukan paramiliter yang berkomitmen pada revolusi dan kekuatan yang bersatu ini akan berfungsi sebagai penyeimbang terhadap tentara reguler yang pada awalnya setia pada shah.
IRGC menentang upaya untuk menundukkan dirinya pada kendali politik dan membawanya masuk ke dalam jajaran angkatan bersenjata reguler.
Ketegangan terutama nyata antara IRGC dan presiden Iran pertama, Abolhasan Bani-Sadr (1980–1981), yang friksinya dengan berbagai tokoh pemerintah menyebabkan pemakzulan dan pencopotan jabatannya pada tahun 1981.
Dua presiden berikutnya, Mohammad Ali Rajai (Agustus 1981) dan Ali Khamenei (1981–1989) bersikap mendukung terhadap IRGC. Sementara itu, Khamenei membantu organisasi tersebut dengan sumber daya yang luas.
Meskipun IRGC awalnya dikerahkan dalam Perang Iran-Irak untuk memperkuat upaya tentara reguler, ia tumbuh dalam kekuatan, struktur, dan kompleksitasnya dengan dukungan dari pihak politik. Sebuah kontingen untuk operasi luar negeri, yang dikenal sebagai Pasukan Quds, aktif dalam Perang Saudara Lebanon pada tahun 1982, dan Ali Khamenei mengizinkan pembentukan angkatan laut dan angkatan udara pada tahun 1985.