Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel menewaskan salah satu komandan senior Hizbullah di Lebanon selatan pada hari Rabu, dua sumber keamanan di Lebanon mengatakan, dan menggambarkannya sebagai salah satu tokoh dengan pangkat tertinggi dari kelompok tersebut yang tewas selama hampir sembilan bulan konflik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pertempuran yang terjadi bersamaan dengan perang Gaza ini telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih luas dan menghancurkan antara kedua belah pihak yang bersenjata lengkap ini, sehingga mendorong upaya-upaya diplomatik AS untuk meredakan pertempuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebuah pernyataan Hizbullah mengidentifikasi komandan tersebut sebagai Mohammed Nahme Nasser atau Haji Abu Nahme dan menyatakannya sebagai martir tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Tidak ada komentar langsung dari militer Israel.
Nasser lahir pada tahun 1965 di kota Hadtha, Lebanon selatan.
Koresponden Al Mayadeen melaporkan bahwa sebuah serangan pesawat tak berawak telah menargetkan sebuah lingkungan padat penduduk di kota Tirus di Lebanon Selatan. Rudal tersebut menghantam mobil yang ditumpangi Haji Abu Nahme di dekat Rumah Sakit Italia.
Tentara Lebanon tiba di lokasi serangan dan mengepung mobil tersebut.
Hizbullah juga berduka atas gugurnya martir Mohammad Ghassan Khashab, "Zulfiqar", yang lahir pada tahun 1997 di kota al-Mansoureh, Lebanon selatan.
Sumber-sumber itu mengatakan Nasser bertanggung jawab atas bagian operasi Hizbullah di perbatasan, di mana kedua belah pihak telah melancarkan konflik terburuk mereka sejak perang pada 2006.
Mereka mengatakan bahwa Nasser memiliki pangkat dan kepentingan yang sama dengan Taleb Abdallah, seorang komandan tertinggi yang terbunuh oleh serangan Israel pada Juni, yang mendorong Hizbullah untuk menembakkan sejumlah besar pesawat tak berawak dan roket sebagai pembalasan.
Setelah pengumuman gugurnya Nasser, Hizbullah melancarkan empat operasi dalam kurun waktu 10 menit.
Dalam sebuah operasi awal, para pejuang Hizbullah menghancurkan perangkat mata-mata yang dipasang di situs militer al-Malkiyah di al-Jalil Panhandle pada pukul 16:00 (waktu setempat). Mereka kemudian melanjutkan untuk menargetkan pasukan pendudukan dan situs-situs secara bersamaan.
Para pejuang Hizbullah menembakkan "senjata roket" yang tidak disebutkan jenisnya ke lokasi militer al-Ramtha di Perbukitan Kfar Chouba, Lebanon, yang diduduki Israel. Mereka juga menyerang situs militer al-Summaqah di dekatnya.
Perlawanan juga menghantam sekelompok tentara pendudukan Israel di al-Tayhat, di seberang kota perbatasan Meis al-Jabal.
Tak satu pun dari operasi-operasi ini merupakan respons terhadap serangan di Tirus, karena unit Media Militer Hizbullah selalu menyebutkan alasan serangan-serangannya di setiap pengumumannya.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada Rabu bahwa pasukan Israel akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan terhadap Hizbullah, tetapi mereka lebih memilih pengaturan yang dinegosiasikan.
"Kami menyerang Hizbullah dengan sangat keras setiap hari dan kami juga akan mencapai kondisi kesiapan penuh untuk mengambil tindakan apa pun yang diperlukan di Lebanon, atau untuk mencapai kesepakatan dari posisi yang kuat. Kami lebih memilih kesepakatan, tetapi jika kenyataan memaksa kami, kami akan tahu bagaimana cara bertempur," ujar Gallant dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
Permusuhan telah menimbulkan banyak korban di kedua sisi perbatasan, memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Serangan Israel di Lebanon telah menewaskan lebih dari 300 pejuang Hizbullah dan 87 warga sipil, menurut perhitungan Reuters. Israel mengatakan bahwa tembakan dari Lebanon telah menewaskan 18 tentara dan 10 warga sipil.
REUTERS | AL MAYADEEN