Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebulan setelah Israel mengklaim bahwa dua belas personel PBB terlibat dalam Operasi Banjir Al Aqsa, penyelidik PBB belum menerima bukti apa pun dari Israel yang menguatkan tuduhan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tuduhan yang menargetkan 12 pegawai Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Palestina (UNRWA) mendorong 16 donor utama menghentikan sumbangan sebesar $450 juta, bertepatan dengan periode di mana lebih dari dua juta penduduk di Gaza menghadapi ancaman kelaparan akibat genosida Israel dan blokade total. UNRWA memperingatkan bahwa mereka sedang mencapai "titik puncaknya", dan dana yang dimiliki hanya cukup untuk mempertahankan operasi pada bulan depan. Nasib UNRWA bergantung pada hasil penyelidikan Kantor Layanan Pengawasan Internal PBB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Apakah penyelidikan terhadap UNRWA masih berlanjut?
Kantor Layanan Pengawasan Internal PBB (OIOS) memulai penyelidikan pada 29 Januari menyusul tuduhan Israel, yang awalnya dilaporkan ke UNRWA pada bulan Januari. Informasi terkini mengenai kemajuan penyelidikan telah disampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada Rabu.
Para diplomat yang meninjau laporan awal dari OIOS menyatakan bahwa laporan tersebut tidak menyertakan bukti baru dari Israel sejak presentasi awal klaim tersebut pada bulan Januari, yang tidak memiliki bukti pendukung. Menyimpulkan hasilnya, juru bicara PBB Stéphane Dujarric menegaskan bahwa penyelidikan masih menunggu materi yang menguatkan dari Israel.
“Penyidik OIOS telah meninjau informasi awal yang diterima UNRWA dari otoritas Israel,” kata Dujarric pada Kamis, 29 Februari 2024.
“Penyelidikan masih berlangsung. OIOS akan berusaha untuk menguatkan informasi tambahan dan membandingkan informasi yang diperoleh dengan materi yang dimiliki oleh otoritas Israel, yang diperkirakan akan diterima oleh OIOS dalam waktu dekat,” tambahnya.
Apakah Israel sudah memberikan bukti tuduhannya?
Saat ditanya mengapa Israel terkesan lamban dalam memberikan bukti, Dujarric menuturkan bahwa dirinya tidak ingin mengatakan apa pun yang akan membahayakan investigasi PBB tersebut.
"Para kolega kami di OIOS tidak akan berpangku tangan. Mereka telah bekerja secara aktif baik di kawasan tersebut maupun di sini (New York). Mereka telah berkomunikasi sejak awal dengan otoritas Israel," kata Dujarric.
Sejauh ini, kerja sama negara-negara anggota PBB dengan penyelidikan OIOS cukup memadai, ujarnya menambahkan.
“Staf OIOS berencana untuk segera mengunjungi Israel untuk mendapatkan informasi dari otoritas Israel yang mungkin relevan dengan penyelidikan,” Dujarric lebih lanjut menekankan.
Dia menyebutkan bahwa para penyelidik telah terlibat dengan negara-negara anggota lainnya dan melakukan kunjungan ke markas besar UNRWA di Yordania untuk memeriksa rincian tentang personel dan kegiatan UNRWA, termasuk komunikasi elektronik dan informasi mengenai penggunaan kendaraan PBB.
Apakah tugas UNRWA bisa digantikan lembaga lain?
Dalam konteks yang sama, kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan kepada para wartawan, pada hari Kamis, "Agak picik untuk meyakini bahwa UNRWA secara teknis dapat menyerahkan semua kegiatannya kepada badan-badan atau LSM PBB lainnya."
"Ini adalah sebuah lembaga [yang] cukup unik karena kami ... terutama menyediakan layanan seperti pemerintah kepada salah satu komunitas yang paling miskin di wilayah ini," katanya.
Bulan lalu, Israel menuduh staf UNRWA memiliki hubungan dengan Operasi Banjir Al-Aqsa. Meskipun tidak ada bukti publik yang mendukung klaim tersebut, lebih dari 10 negara donor, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Uni Eropa, Kanada, dan Jepang menangguhkan bantuan keuangannya. Hilangnya dana yang signifikan ini, yang merupakan mayoritas dari anggaran UNRWA, menempatkan badan tersebut pada risiko kehabisan dana dalam beberapa minggu ke depan.
Ada Laporan Intelijen AS tentang klaim Israel, apa hasilnya?
Dalam perkembangan terkait, sebuah laporan baru dari intelijen AS baru-baru ini mengungkapkan bahwa mereka mengevaluasi klaim Israel tentang dugaan keterlibatan anggota staf di Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada 7 Oktober dan memberikan penilaian "kepercayaan yang rendah", demikian pernyataan The Wall Street Journal, mengutip para pejabat yang mengetahui hal tersebut.
Dewan Intelijen Nasional (NIC), sekelompok analis intelijen veteran, menyusun laporan empat halaman tersebut, yang disebarkan di lingkungan pemerintah AS pekan lalu, demikian sumber-sumber tersebut mengungkapkan.
Dewan Intelijen mengembangkan dan memelihara hubungan intelijen dan pertukaran informasi dengan mitra internasional, militer, domestik, dan sektor swasta untuk meningkatkan komunikasi terkait intelijen. Wewenangnya untuk melakukan aktivitas tersebut diatur oleh banyak undang-undang dan peraturan terutama "Perintah Eksekutif 12333, Aktivitas Intelijen Amerika Serikat", yang diubah pada 2008.
Penilaian “kepercayaan rendah” dalam laporan intelijen AS menekankan bahwa para pejabat intelijen menganggap klaim Israel bahwa dua belas pegawai UNRWA ikut serta dalam serangan itu “masuk akal,” namun tidak ada konfirmasi yang lebih kuat yang dapat dibuat atas kurangnya bukti independen yang mendukung klaim tersebut.
AL MAYADEEN | ANTARA