Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tantangan Berat Sang Presiden

Mitt Romney mengungguli Barack Obama dalam debat pertama calon Presiden Amerika Serikat. Belum mewakili suara warga negeri itu.

8 Oktober 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senyum mengembang di bibir David Becker setelah menyaksikan debat calon Presiden Amerika Serikat pada Rabu malam pekan lalu. Jagoan yang ia gadang-gadang tampil seperti harapannya. Manajer investasi real estate di Fairfield, Connecticut, itu kini semakin yakin memilih Mitt Romney dalam pemilihan presiden 6 November mendatang.

”Saya rasa ia mengungguli Obama. Saya senang ia bisa berargumentasi dengan lepas,” ujar pria 30 tahun itu.

Jauh sebelum debat pertama di Universitas Denver, Colorado, itu berlangsung, sebenarnya Becker sudah membuat pilihan. Namun ia belum yakin terhadap mantan Gubernur Massachusetts tersebut. Ia masih menunggu gebrakan Romney dalam debat yang disiarkan langsung melalui televisi ke seluruh negeri itu.

Malam itu, ia menonton siaran langsung di rumahnya bersama sejumlah kawan. Tak semuanya mendukung Romney. Beberapa temannya merupakan pendukung setia Presiden Barack Obama. Suasana di rumahnya riuh rendah. Para pendukung Partai Demokrat bersorak ketika Obama berbicara. Demikian pula sebaliknya, ketika giliran Romney angkat bicara, para republikan berteriak-teriak.

Becker girang karena, seusai debat, Romney mengungguli Obama dalam sejumlah jajak pendapat nasional. Jajak pendapat yang dilakukan jaringan televisi CNN dan ORC International menyatakan 67 persen dari 50 juta penonton televisi mengatakan Romney memenangi debat itu. Hanya 25 persen responden yang menyatakan Obama sebagai menang.

Hasil jajak pendapat yang melibatkan 430 responden ini terbilang mengejutkan. Sebab, menurut Direktur Jajak Pendapat CNN Keating Holland, sejak 1984, tak ada calon yang bisa meraih angka di atas 60 persen.

Menurut jajak pendapat itu, 35 persen responden makin yakin akan memilih Romney setelah melihat debat tersebut. Sedangkan jumlah orang yang makin yakin memilih Obama hanya 18 persen. Sebanyak 49 persen responden mengaku tak terpengaruh oleh hasil jajak pendapat ini. Mereka sudah punya pilihan sendiri sejak jauh-jauh hari.

Holland mengatakan jajak pendapat itu tidak menggambarkan pandangan umum warga Amerika. ”Ini hanya mewakili pandangan penonton debat,” katanya.

Jajak pendapat itu juga menyatakan 46 persen responden lebih menyukai Romney, sedangkan 45 persen memilih Obama. Sejumlah 58 persen responden menganggap Romney pemimpin yang lebih kuat ketimbang Obama, yang hanya meraup 37 persen suara.

Jajak pendapat lain yang dilakukan stasiun televisi CBS setali tiga uang. Dalam jajak pendapat yang melibatkan 523 responden netral itu, 46 persen responden menyatakan Romney memenangi debat, sedangkan Obama hanya mendapat 22 persen suara. Namun 69 persen responden masih yakin Obama bisa membawa Amerika ke arah lebih baik.

Dalam debat yang dipandu jurnalis dan presenter jaringan televisi PBS, Jim Lehrer, itu Romney memang tampil simpatik. Dengan sesekali melempar senyum, ia menjanjikan program-program yang kini dibutuhkan warga Amerika, yang terjepit krisis ekonomi. ”Prioritas saya adalah membuat masyarakat kembali bekerja,” ujar Romney.

Ia berjanji menciptakan 12 juta lowongan kerja dan meningkatkan pendapatan warga Abang Sam. Ada lima program pokok yang akan dia lakukan bila terpilih menggantikan Obama, yakni menciptakan kemerdekaan di bidang energi yang akan menghasilkan empat juta lowongan kerja, membuka perdagangan khususnya di Amerika Latin, menjamin warga Amerika mendapatkan keahlian yang dibutuhkan dan mendapatkan pendidikan di sekolah terbaik di dunia, menyeimbangkan bujet pemerintah, serta mengutamakan usaha kecil. ”Usaha kecillah yang menciptakan pekerjaan di Amerika,” katanya.

Romney menuduh Obama gagal memperbaiki ekonomi yang terpuruk akibat krisis. Bahkan angka pengangguran melambung hingga 8,1 persen. Dia mengatakan warga kelas menengah telah menderita di era Obama akibat krisis ekonomi karena harga minyak, makanan, dan biaya kesehatan melambung.

”Di bawah kebijakan Presiden, masyarakat kelas menengah terkubur. Mereka diremukkan,” ujarnya.

Program-program yang ditawarkan Romney itu rupanya menyihir Becker dan kawan-kawan. ”Romney melebihi perkiraan saya,” kata pendukung Republik, Art Rotelli, 35 tahun, yang malam itu menonton di rumah Becker. Perancang produk iklan itu mengatakan ini memang baru langkah awal, tapi Romney sudah mengawalinya dengan bagus.

Bahkan para pendukung Demokrat pun terkesima oleh penampilan Romney dalam debat pertama dari rencana tiga kali debat itu. Mereka mengakui kali ini Obama memang kalah.

”Saya seorang Demokrat, tapi saya akui Romney sedang berjaya malam ini,” kata Karl Amelchenko, yang menonton debat di Contemporary Art Museum, Raleigh, Carolina Utara. Namun hasil debat itu tidak akan bisa membujuknya berpaling dari Obama. ”Saya sudah memutuskan jauh sebelumnya,” ujar pengacara berusia 36 tahun itu.

Obama tampil agak kaku dalam debat itu. Ia mengatakan dalam dua setengah tahun terakhir berhasil menciptakan lima juta lowongan kerja di sektor swasta. Menurut dia, sektor otomotif yang nyaris bangkrut kembali menggeliat dan perumahan mulai dibangun. Namun, kata dia, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Menurut Obama, ia mendapatkan waris­an kondisi perekonomian negara yang buruk dari pemerintah sebelumnya. Ia mengatakan dalam empat tahun terakhir kondisinya mulai membaik.

”Pertanyaannya malam ini adalah bukan di mana kita sebelumnya berada, melainkan ke mana kita sedang menuju,” ujarnya.

Obama menekankan pentingnya investasi di bidang pendidikan dan pelatihan dalam empat tahun ke depan. Pemerintah juga akan terus mengembangkan sumber energi baru di dalam negeri dan membantu usaha kecil.

Masalah pajak menjadi perdebatan sengit. Romney berjanji memotong pajak karena kelas menengah menderita lantaran naiknya biaya hidup. Sedangkan Obama akan menawarkan pengurangan pajak untuk perusahaan yang berinvestasi di Amerika.

Obama mengkritik Romney, yang tidak mau menaikkan pajak, yang hasilnya sangat berguna bagi investasi di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi warga berusia lanjut serta anak-anak berkebutuhan khusus. Menurut dia, rencana pemotongan pajak sebesar 20 persen yang ditawarkan Romney akan mengurangi pendapatan negara US$ 5 triliun. Dia mengatakan pemotongan pajak hanya akan menguntungkan kaum kaya.

Obama dan Romney akan kembali berhadapan dalam debat kedua, 16 Oktober, dan debat terakhir, 22 Oktober. Debat terakhir diperkirakan bakal panas karena akan mengangkat tema kebijakan luar negeri. Sedangkan debat wakil presiden antara Joe Biden dan Paul Ryan akan berlangsung 11 Oktober.

Menurut pakar komunikasi kampanye politik dari Universitas Ohio, Bill Benoit, debat calon presiden merupakan acara paling penting dalam musim kampanye. Dalam debat ini, mereka akan menarik perhatian lebih banyak orang ketimbang iklan dan pidato setelah menang dalam konvensi partai.

Menurut Benoit, para kandidat dapat menggoyang calon pemilih yang masih ragu-ragu, bahkan bisa mengubah pilihan orang. Namun yang terutama, kata dia, debat dapat mendorong para partisan menyumbangkan uang dan waktu untuk memenangkan calon yang mereka dukung.

”Ini penting, terutama karena tahun ini kedua kandidat harus mengumpulkan lebih banyak uang lantaran dana dari pemerintah berkurang,” katanya.

Namun hasil debat itu dipercaya tidak akan menjadi penentu kemenangan dalam pemilu. Selain pelaksanaannya terlalu dekat dengan hari pemungutan suara, sebagian besar pemilih sudah menjatuhkan pilihan sebelum debat dimulai.

Sapto Yunus (Huffington Post, CNN, AP, The Wall Street Journal, NBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus