Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Top 3 Dunia: Kronologi Penculikan WNI di Malaysia, Rusia Ukraina Diminta Setop Perang

Top 3 dunia adalah kronologi penculikan WNi di Malaysia, Presiden Brasil minta Rusia Ukraina menghentikan perang hingga PDB Ukraina naik.

25 September 2023 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin diawali dari berita penculikan WNI yang sedang berlibur di Malaysia. Korban yang merupakan seorang wanita, dikurung selama 10 hari dan disiksa. Suami korban dan pelaku penculikan ternyata rekanan bisnis.

Berita top 3 dunia kedua adalah Presiden Brasil yang meminta Rusia Ukraina menghentikan perang. Terakhir pendapatan domestik bruto Ukraina naik meski terjadi perang. Berikut selengkapnya:  

1.  Kronologi WNI Diculik di Malaysia, Disiksa dan Dikurung 10 Hari

Seorang wanita Indonesia diculik saat berlibur bersama teman-temannya di Penang, Malaysia. Ia dikurung dan disiksa oleh sekelompok pria selama 10 hari di lokasi berbeda di beberapa negara bagian. Terungkap, penculikan didasari motif sang suami yang gagal melunasi uang tebusan sebesar RM 540.000 atau setara Rp 1,7 miliar. 

Kepala polisi Penang Khaw Kok Chin mengatakan korban berusia 34 tahun asal Medan. Ia sedang berlibur ke Malaysia bersama tiga teman perempuannya di Penang. Penculikan terjadi pada 7 September di Paya Terubong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Namun, tersangka melepaskan teman-teman wanita tersebut tanpa terluka dan korban dibawa ke Butterworth di mana dia dikurung. Para tersangka juga mengurung korban di lokasi berbeda agar polisi sulit menemukannya. Tersangka utama kemudian meminta uang tebusan kepada suami korban berusia 47 tahun di Indonesia yang kemudian melakukan dua transaksi dengan total RM 50.750," ujar Khaw Kok Chin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun tersangka tetap tidak melepaskan korban dan meminta pembayaran tambahan sebesar RM 540.000 dari suami wanita tersebut.

Khaw mengatakan sang suami korban khawatir dengan keselamatan istrinya. Ia memutuskan untuk datang ke Malaysia dan mengajukan laporan polisi ke kantor polisi Kinrara di Selangor pada 15 September 2023. Polisi pun meluncurkan operasi Rantai Scorpion untuk menemukan wanita tersebut.

Dia mengatakan wanita itu diselamatkan dalam penggerebekan di sebuah rumah di Shah Alam, Selangor pada pukul 5.15 pagi tanggal 17 September 2023. Penyelidikan mengungkapkan bahwa korban dikurung selama tiga hari di Butterworth, empat hari di Puchong dan tiga hari di Shah Alam. 

“Dalam penggerebekan tersebut, polisi juga menyelamatkan seorang warga negara Indonesia yang juga diculik oleh para tersangka untuk kasus yang tidak terkait,” ujarnya.

Menurut Khaw, korban ditemukan dalam keadaan luka di sekujur tubuh. Korban diduga dirantai, disundut rokok, dipukuli, kuku jarinya ditusuk dengan jarum, serta tangan dan kakinya diikat dengan tali kabel.

“Saat ditemukan, kondisi korban dalam kondisi lemah. Namun wanita yang merupakan pedagang online tersebut telah diberi makan oleh tersangka dan saat ini dirawat di rumah sakit dan dilaporkan dalam kondisi stabil,” ujarnya.

Khaw mengatakan penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa tersangka utama adalah rekan bisnis suami korban. Penculikan tersebut dilatarbelakangi oleh kegagalan pria tersebut membayar utang bisnis.

“Keduanya (tersangka utama dan suami korban) merupakan kontraktor yang menjalankan usaha di Kuala Lumpur," ujarnya. 

“Polisi juga menyita beberapa barang termasuk 23 ponsel, 36 pengikat kabel, uang tunai RM 4.800, rantai logam dan kendaraan yang digunakan tersangka untuk mengangkut korban,” tambahnya.

Khaw mengatakan operasi tersebut juga berujung pada penangkapan 14 orang termasuk tersangka utama berusia 35 tahun dan dua pria asing. Mereka ditangkap di beberapa lokasi di Selangor, Perak dan Kuala Lumpur pada hari yang sama saat korban diselamatkan.

Para tersangka telah ditahan selama tujuh hari hingga 23 September. Kasus ini sedang diselidiki berdasarkan pasal 3(1) Undang-Undang Penculikan 1961. 

2. Luiz Inacio Lula da Silva Sarankan Ukraina dan Rusia Berhenti Bertempur

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyarankan pada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kalau jalan terbaik untuk keluar dari perang Ukraina adalah Kyev dan Moskow berhenti bertempur. Kedua negara bertikai juga harus mencapai kesepakatan damai.

Sebuah sumber diplomatik mengatakan pada CNN Brasil kalau Presiden Lula dan Zelensky melakukan pertemuan tertutup di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat pada Kamis, 21 September 2023.  Dalam pertemuan itu, Lula memperjelas pada Zelensky kalau agresi militer tidak akan pernah menjadi solusi dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.

Lula menegaskan Brasil akan menjadi satu-satunya anggota BRICS yang akan memberi suara pada PBB untuk mengutuk operasi militer Rusia. Anggota inti BRICS adalah Cina, Rusia, India, Brasil dan Afrika Selatan. Menurut sumber, Lula menekankan kalau Brasil sangat ingin berpartisipasi dalam sejumlah upaya untuk mencapai perdamaian bagi Ukraina.

Menanggapi saran dari Lula tersebut, Zelensky menjawab kalau dia tidak yakin dengan perjanjian damai yang mungkin bisa dicapai antara Ukraina dengan Rusia. Zelensky juga berkeras kalau dia hanya mau mencapai perjanjian damai yang melibatkan pemulihan integritas teritorial Ukraina. Sejumlah diplomat, yang ikut dalam pertemuan itu (antara Zelensky dan Lula), menggambarkan rapat keduan pemimpin tersebut sebagai pertemuan yang ramah, namun kedua belah pihak sebenarnya sudah menyuarakan hal yang sama dalam beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya pada Kamis, 21 September 2023, Zelensky menulis di Telegram kalau pembicaraannya dengan Lula sangat jujur dan konstruktif. Sedangkan Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira menilai pertemuan sebagai pertemuan yang penting karena ada sikap saling memahami antara kedua belah pihak. Kedua pemimpin meminta para diplomat mereka untuk terus bekerja sama membangun hubungan bilateral kedua negra dan melanjutkan diskusi damai.

Pada awal pekan ini, Humas Kremlin Dmitry Peskov menegaskan kembali kalau Rusia masih berkeinginan untuk mengupayakan sebuah solusi diplomatik dalam mengatasi perang Ukraina. Namun saat ini, Rusia tidak melihat adanya dasar untuk memulai negosiasi.  



3. PDB Ukraina Naik 19,5 Persen

Data terbaru yang dipublikasi State Statistics Service memperlihatkan PDB Ukraina mengalami kenaikan tajam sebesar 19.5 persen dari April sampai Juni 2023 dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan itu merupakan yang tertinggi setelah penurunan tajam akibat dimulai perang Ukraina.

Pada Januari dan Maret 2023, ekonomi Ukraina terkontraksi 10 persen. Pada kuartal kedua 2022, PDB Ukraina mengalami penurunan terbesar yakni 37.2 persen. Total rata-rata penurunan pada kuartal kedua 2022 sekitar 30 persen.

Terlepas dari efek dasar yang rendah, kenaikan PDB Ukraina di antaranya didorong oleh peningkatan konsumsi domestik. Bank Nasional Ukraina memproyeksi ekonomi Ukraina akan naik sampai 2.9 persen pada akhir tahun ini. Proyeksi ini kemungkinan akan direvisi pada Oktober 2023.   

“Orang-orang mulai terbiasa. Hidup harus terus berjalan di tengah segala permasalahan. Ada orang yang ingin bersenang-senang dengan berbelanja atau liburan,” kata Olena Bilan, Kepala Ekonom dari bank investasi Dragon Capital.

Proyeksi Bank Nasional Ukraina itu sangat penting sebagai pembayaran jaminan PDB Ukraina yang jatuh tempo pada 2041 karena ini terkait dengan kinerja ekonomi Ukraina. Kyev harus membayar sekuritas tersebut jika produksi tahunan mencapai 3 persen meskipun pihak berwenang Ukraina berupaya merombak utang luar negerinya pada 2024 setelah dua tahun utang luar negeri dihentikan pada Agustus 2022 karena konflik militer.   

Sampai berita ini diturunkan, konflik Ukraina masih berlangsung. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kalau dia tidak yakin dengan perjanjian damai yang mungkin bisa dicapai antara Ukraina dengan Rusia. Zelensky juga berkeras kalau dia hanya mau mencapai perjanjian damai yang melibatkan pemulihan integritas teritorial Ukraina.  

Sedangkan awal pekan ini, Humas Kremlin Dmitry Peskov menegaskan kembali kalau Rusia masih berkeinginan untuk mengupayakan sebuah solusi diplomatik dalam mengatasi perang Ukraina. Namun saat ini, Rusia tidak melihat adanya dasar untuk memulai negosiasi.  

THE STAR | RT  

Pilihan Editor: Penduduk Cina 1,4 Miliar, Jutaan Apartemen Kosong Seperti Gedung Hantu

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus