Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin diawali dari berita warga negara Malaysia yang viral di media sosial karena tak bisa berbahasa Melayu saat mengurus paspor. Berita ini dikomentari oleh Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution.
Berita kedua top 3 dunia adalah Israel yang menyerang pengungsi Palestina di wilayah yang sebelumnya disebut aman. Terakhir dari top 3 dunia adalah Joe Biden yang kehilangan dukungan dari Muslim AS pada pemilu presiden 2024. Berikut berita selengkapnya:
Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution Ismail membela petugas imigrasi yang mempertanyakan kurangnya kemahiran seseorang warga Malaysia dalam bahasa Melayu ketika memperbarui paspor di Johor UTC.
Berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan bulanan kementeriannya di Kuala Lumpur, Senin, 4 Desember 2023, Saifuddin mengatakan petugas tersebut mungkin bertindak karena kecurigaan.
Dia mencontohkan kecurigaan yang muncul karena pemohon tidak memiliki kemiripan wajah dengan orang tuanya, sehingga berujung pada penyelidikan yang mengungkap pemalsuan dokumen dalam pengurusan kartu identitas beberapa waktu lalu.
“Sebelumnya, ketika Kementerian Dalam Negeri melakukan studi kewarganegaraan, kami menemukan bahwa kemahiran berbahasa juga merupakan persyaratan untuk mendapatkan kewarganegaraan di beberapa negara paling maju di dunia, seperti Singapura dan Inggris. Jika Anda tidak bisa memahami bahasa lokal, Anda tidak memenuhi syarat,” katanya seperti dikutip FMT.
Saifuddin diminta mengomentari postingan viral di media sosial di mana seorang wanita mengaku dilecehkan oleh petugas imigrasi di UTC Johor karena ketidakmampuannya berbicara bahasa Melayu saat memperbarui paspor putrinya.
Menteri juga mengatakan bahwa penguasaan bahasa Melayu tidak dapat ditawar lagi, mengingat bahasa tersebut adalah bahasa resmi yang diatur dalam Konstitusi Federal Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami tidak bisa berkompromi mengenai hal itu. Oleh karena itu, perlu memahami bahasa (Melayu) agar tidak terjadi masalah,” ujarnya.
2. Israel Serang Wilayah yang Sebelumnya Mereka Sebut Aman untuk Evakuasi Warga Gaza
Namun kontak senjata dengan Hamas pada jarak sekitar 2 km dari Khan Younis membuat warga yang mengungsi ke daerah itu seperti diminta Israel, khawatir serangan akan mengarah ke mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) terus memperluas operasi daratnya terhadap pusat-pusat Hamas di seluruh Jalur Gaza,” kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan di Tel Aviv. “Pasukan ini berhadapan langsung dengan teroris dan membunuh mereka.”
Kamp pengungsi Jabalia di utara Gaza yang dikuasai Hamas termasuk di antara lokasi yang dilaporkan terkena serangan udara. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan beberapa orang tewas akibat serangan udara Israel.
Rekaman yang diperoleh Reuters menunjukkan seorang anak laki-laki yang ditutupi debu abu-abu, duduk menangis di tengah reruntuhan bangunan.
“Ayahku syahid,” serunya dengan suara serak. Seorang gadis dengan kaus merah jambu, juga tertutup debu, berdiri di antara tumpukan puing.
Pemboman dari pesawat perang dan artileri juga terkonsentrasi di Khan Younis dan Rafah, kota lain di selatan Gaza, kata warga, dan rumah sakit berjuang untuk mengatasi aliran korban luka.
Juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, mengatakan militer telah menyerang lebih dari 400 sasaran selama akhir pekan "termasuk serangan udara ekstensif di wilayah Khan Younis" dan juga membunuh Hamas serta menghancurkan infrastruktur mereka di Beit Lahiya di utara.
Serangan terbaru ini terjadi meskipun ada seruan dari Amerika Serikat – sekutu terdekat Israel – agar Israel membatasi kerugian terhadap warga sipil Palestina dalam fase baru serangannya, yang terfokus di wilayah selatan.
Para pemimpin Muslim Amerika Serikat dari enam negara bagian yang menjadi medan pertempuran pemilihan Presiden Amerika Serikat, berjanji untuk memobilisasi komunitas mereka menolak terpilihnya kembali Presiden Joe Biden karena dukungannya terhadap agresi Israel di Gaza. Namun mereka belum menentukan kandidat alternatif pada pilpres 2024.
Negara-negara bagian tersebut termasuk di antara negara bagian yang memungkinkan Biden memenangkan pemilu 2020. Penentangan dari komunitas Muslim dan Arab Amerika yang cukup besar dapat mempersulit jalan Biden menuju kemenangan electoral college tahun depan.
"Kami tidak punya dua pilihan. Kami punya banyak pilihan," kata Jaylani Hussein, direktur Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Minnesota, pada konferensi pers hari Sabtu, 2 Desember 2023, di Dearborn, Michigan, ketika ditanya tentang alternatif Biden.
“Kami tidak mendukung (mantan Presiden Donald) Trump,” katanya, seraya menambahkan bahwa komunitas Muslim akan memutuskan bagaimana cara mendukung kandidat lain.
Hussein mengatakan dia mengungkapkan pandangan pribadinya, bukan pandangan CAIR.
Kampanye yang disebut #AbandonBiden dimulai ketika warga Muslim Amerika di Minnesota menuntut Biden menyerukan gencatan senjata pada 31 Oktober 2023, dan telah menyebar ke Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, dan Florida.
Para pejabat AS dan Israel menolak tekanan untuk menghentikan pertempuran secara permanen, dan Wakil Presiden AS Kamala Harris pada hari Sabtu juga menegaskan pernyataan Biden bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri.
Tim kampanye Biden tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Muslim Amerika mengatakan, Trump tidak akan memperlakukan komunitas mereka dengan lebih baik jika terpilih kembali. Namun mereka menganggap penolakan mendukung Biden sebagai satu-satunya cara mereka untuk mempengaruhi kebijakan AS.
Masih harus dilihat apakah para pemilih Muslim akan menentang Biden secara massal, tetapi perubahan kecil dalam dukungan dapat membuat perbedaan di negara-negara bagian yang dimenangkan Biden dengan selisih tipis pada tahun 2020.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan dukungan terhadap Biden di kalangan Arab-Amerika telah merosot dari mayoritas pada tahun 2020 menjadi 17%.
Hal ini bisa menjadi penentu di negara bagian seperti Michigan, di mana Biden menang dengan selisih 2,8 poin persentase dan warga Amerika keturunan Arab memperoleh 5 persen suara, menurut Arab American Institute.
Ada sekitar 25.000 pemilih Muslim di Wisconsin, negara bagian di mana Biden menang dengan sekitar 20.000 suara, kata Tarek Amin, seorang dokter yang mewakili komunitas Muslim di negara bagian tersebut.
“Suaranya akan kita ubah, kita ayunkan,” kata Amin.
Di Arizona, tempat Biden menang dengan sekitar 10.500 suara, terdapat lebih dari 25.000 pemilih Muslim menurut Pusat Kebijakan Imigrasi AS di Universitas California San Diego, kata apoteker Phoenix, Hazim Nasaredden.
“Kami tidak akan mendukung orang yang telah mencemari gelombang biru dengan tetesan darah merah,” kata Nasaredden.
FMT | REUTERS
Pilihan editor: Hizbullah Tembakkan Rudal ke Israel, Netanyahu Ancam Lebanon Bisa Hancur