Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Topan Mangkhut Paksa 3 Juta Warga Cina Mengungsi

Jumlah korban akibat badai tropis ini di Makau lebih kecil dibanding saat topan Hato menerjang.

18 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HONG KONG - Setelah menerjang Filipina dan kawasan Hong Kong sekitarnya, topan Mangkhut terus bergerak ke arah Cina bagian selatan. Otoritas setempat menyatakan, sekitar 3 juta orang diungsikan ke tempat yang aman saat topan Mangkhut dengan membawa hujan deras dan angin berkecepatan 162 kilometer per jam terus meluluhlantakkan sejumlah kawasan di Cina selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti dilansir CNN, topan tropis ini bergerak melalui Provinsi Guangdong, Cina Selatan, provinsi terpadat di Cina, pada Ahad sore. Sejauh ini, menurut media setempat, sebanyak dua orang dilaporkan meninggal dunia. Topan Mangkhut terus bergerak menuju barat ke provinsi tetangga, Guangxi, pada Senin dinihari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keputusan evakuasi warga di sejumlah kota di Cina bagian selatan dibuat setelah melihat Hong Kong yang dilanda guncangan angin ganas hingga 223 kilometer per jam. Topan Mangkhut menghantam Hong Kong pada Ahad lalu dan menyebabkan bangunan bertingkat tinggi bergoyang dan jalan-jalan banjir.

Sebagian besar toko dan layanan publik ditutup, dan sekitar 900 penerbangan dibatalkan di Bandara Internasional Hong Kong. Seorang warga yang tinggal di sebuah gedung tinggi di kota itu mengatakan kepada Reuters bahwa dia bisa merasakan bangunannya bergoyang di tengah badai. "Ini bergoyang cukup lama, setidaknya dua jam," kata Elaine Wong. "Itu membuatku pusing."

Meskipun mampu menghindari kondisi seperti di Filipinasetidaknya 54 orang diyakini tewas dalam badai, Hong Kong mengalami kerusakan hebat dan banjir di sejumlah titik di pusat kota. Pada Senin pagi kemarin, di kawasan Heng Fa Chuen, sebuah minibus sekolah tertimpa pohon tumbang.

Otoritas Hong Kong menggambarkan kerusakan akibat topan Mangkhut dengan kata "parah dan luas", lebih dari 300 orang terluka. Sebanyak 391 orang, menurut pemerintah Kota Hong Kong, dirawat dan lebih dari 1.500 orang mencari perlindungan di tempat penampungan sementara.

Di Makau dilaporkan terjadi banjir besar dan menjadikan wilayah pusat kasino itu tutup untuk pertama kalinya dalam sejarah. Setelah badai mereda, pemerintah langsung bergerak dengan melakukan pembersihan di sejumlah wilayah. Para pekerja menyemprotkan disinfektan.

Seorang pemilik toko bernama Hui di Rua Da Praia Do Manduco, salah satu lokasi di Makau, mengatakan dia dan pegawainya tengah memindahkan barang-barang mereka ke lantai atas tokonya saat badai melanda. Hui menuturkan badai ini tidak seburuk tahun lalu ketika banjir mencapai lima kaki (sekitar 1,5 meter).

Para pejabat di Makau mengatakan korban luka mencapai 40 orang. Jumlah ini terbilang kecil dibandingkan dengan 10 korban tewas dan lebih dari 240 orang terluka pada Agustus lalu saat topan Hato melanda Makau. "Tidak ada korban tewas dan korban cedera yang banyak, tapi hitungannya relatif lebih kecil," kata Menteri Keamanan Makau, Wong Sio-chak. Menurut dia, kerusakannya minim karena persiapan antisipasi yang lebih baik. CNN | BBC | SOUTH CHINA MORNING POST | SUKMA LOPPIES


Pertaruhkan Nyawa demi Ternak dan Ladang

KETIKA topan Mangkhut menerjang Filipina, para petani di kawasan Baggao punya pilihan yang keduanya sulit: tinggal atau mengungsi. Para petani di daerah Baggao, Luzon, Filipina utara, memilih bertahan. "Rumah kami hancur. Kami terendam banjir," ujar Diday Llorente, 55 tahun, kepada AFP. "Tapi kami tidak mengungsi karena kami tidak ingin meninggalkan carabao (kerbau) dan ternak kami."

Llorente tinggal di daerah pertanian pesisir Baggao yang merupakan rumah bagi sekitar 80 ribu warga di sana. Kawasan itu merupakan daerah yang langsung diterjang topan Mangkhut saat melintas di kegelapan menjelang fajar pada Sabtu lalu.

Warga dataran di Baggao di sisi timur Pulau Luzon tahu bahwa mereka akan dihantam topan yang membawa hujan deras dan angin kencang. Tapi mereka beranggapan bahwa kehilangan mata pencarian adalah bencana. Mereka rela mempertaruhkan segalanya demi mencegah kehilangan mata pencarian.

Daerah pertanian utama di Pulau Luzon yang ditinggali seperempat penduduk di kawasan itu hidupnya dalam kemiskinan. Pendapatan warga di daerah tersebut rata-rata kurang dari US$ 2 (sekitar Rp 30 ribu) per hari.

Namun, bagi mereka di Baggao, memilih mengungsi juga berisiko kehilangan hasil panen. Aida Acopan, 59 tahun, misalnya, dievakuasi dari rumahnya saat badai topan Haima menerjang pada 2016. Dia selamat, tapi kerugian besar dialaminya. "Seseorang masuk ke rumah saya dan mencuri beras. Saya tidak ingin mengambil risiko kali ini," ujar dia.

Seperti warga lainnya di wilayah itu, Llorente hanya petani kecil, yang memiliki sedikit luas lahan. Dua hektare jagung yang dia tanam dengan suaminya habis terendam banjir. Mereka tidak memiliki asuransi untuk mengkompensasi tanaman yang hancur atau sapi yang mati, bahkan tidak ada tabungan saat paceklik.

"Jika kami berpikir dari perspektif mereka, ini aset terbesar mereka. Hanya ini yang mereka miliki," kata Lot Felizco, Direktur Badan Amal Oxfam Filipina. "Ini benar-benar memilukan. Dalam situasi sulit dan berbahaya, mereka tak punya pilihan."URDUPOINT.COM | SOUTH CHINA MORNING POST | SUKMA LOPPIES

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus