Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - UNICEF dan Australia, bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, pada Selasa, 16 Juli 2024, meluncurkan fase baru Inisiatif Pendidikan di Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) untuk Provinsi-provinsi di Tanah Papua 2024-2027. Inisiatif ini sebagai upaya meningkatkan kemampuan dasar literasi dan numerasi bagi anak-anak Papua di kelas awal SD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Australia selanjutnya akan mengucurkan dana sebesar AUD6 juta untuk periode 2024 hingga 2027, sedangkan UNICEF akan melanjutkan fase program sebelumnya (2021-2024), yang telah berhasil mendukung 159 sekolah di 8 kabupaten. Penelitian awal UNICEF menunjukkan antara 12 hingga 69 persen peserta didik di kelas tiga pada kabupaten-kabupaten sasaran tersebut sebelumnya tidak dapat membaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Intervensi pada fase sebelumnya ini berhasil meningkatkan kemampuan peserta didik rata-rata 35 persen dalam membaca dengan pemahaman dan menurunkan 45 persen peserta didik yang tidak bisa membaca, di sampel/representasi sekolah-sekolah intervensi.
Peningkatan hasil belajar siswa ini dapat dicapai berkat keberhasilan mengatasi beberapa tantangan yang memengaruhi pendidikan anak-anak di Papua, seperti terbatasnya pelatihan guru terkait pembelajaran yang berpusat pada siswa dan kurangnya ketersediaan bahan bacaan.
Fase baru ini akan terus meningkatkan kualitas dan inklusivitas belajar mengajar di sekolah. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anak perempuan dan laki-laki, termasuk anak-anak dengan disabilitas, di sekitar 120 sekolah dasar dan 36 PAUD di enam kabupaten, yaitu Pegunungan Arfak (Papua Barat), Tambrauw (Papua Barat Daya), Asmat (Papua Selatan), Paniai (Papua Tengah), Yalimo, dan Mamberamo Tengah (Papua Pegunungan).
"Setiap anak memiliki hak untuk belajar, dan setiap anak berhak mendapatkan upaya terbaik kita untuk memenuhi hak ini. Hal ini dimulai dengan memberi perhatian pada landasan awal yang penting yaitu pendidikan anak usia dini bagi pendidikan sepanjang hayat," ujar Perwakilan UNICEF, Maniza Zaman.
Di bawah fase baru dari kemitraan ini, UNICEF dan mitra pelaksana daerah akan memberikan berbagai intervensi, termasuk pelatihan intensif dan pendampingan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Melalui kerja sama dengan institusi penyelenggara pendidikan guru di provinsi-provinsi Papua, modul dan pendekatan pengajaran kelas awal yang berkualitas juga akan diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan pra-jabatan bagi guru.
Materi berkualitas akan disediakan di pusat-pusat PAUD untuk mempromosikan pembelajaran berbasis permainan dan buku-buku bacaan yang dikembangkan secara lokal akan disediakan di sekolah-sekolah dasar. Penilaian pembelajaran siswa akan diselaraskan dengan kurikulum nasional.
Dari pembelajaran yang dipetik dari fase sebelumnya, fase baru ini juga akan memberikan dukungan untuk pusat-pusat PAUD sehingga dapat memperkuat kesiapan bersekolah dan mendukung transisi yang menyenangkan bagi anak usia dini dari pendidikan pra-sekolah ke sekolah dasar kelas 1, yang merupakan hal yang penting untuk membangun keterampilan dasar dan kesuksesan belajar di jenjang yang lebih tinggi.
Program ini juga akan meningkatkan kemampuan pemimpin sekolah dalam mengatasi ketidakhadiran guru, serta tantangan yang berkaitan dengan gender dan disabilitas yang dapat memengaruhi pembelajaran siswa.
"Australia senang dapat melanjutkan kemitraan dengan UNICEF dalam meningkatkan hasil pembelajaran anak perempuan, anak laki-laki dan anak-anak penyandang disabilitas dari PAUD hingga kelas awal di provinsi Papua," ujar Konselor bidang Pembangunan Manusia Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Hannah Derwent. Rencananya, UNICEF akan bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk membantu memastikan program ini diperluas dan berkelanjutan, termasuk melalui bantuan teknis kepada pemerintah daerah untuk mengintegrasikan program ini ke dalam rencana dan anggaran tahunan pemerintah daerah.