Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Unjuk Rasa Tuntut Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Mundur Digelar di Seoul

Kerumunan pengunjuk rasa pada Sabtu 7 Desember 2024 berkumpul di Seoul untuk menuntut pemecatan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol

7 Desember 2024 | 18.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam unjuk rasa yang menyerukan pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang mengumumkan darurat militer, yang dibatalkan beberapa jam kemudian, di depan Majelis Nasional di Seoul, Korea Selatan, 7 Desember 2024. REUTERS/Kim Soo -hyeon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kerumunan pengunjuk rasa pada Sabtu 7 Desember 2024 berkumpul di Seoul untuk menuntut pemecatan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol atas kekacauan darurat militer pada pekan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aksi berskala besar itu terjadi di Yeouido, tempat Majelis Nasional berada, di mana Parlemen akan memberikan suara pada mosi pemakzulan terhadap Yoon seperti dilansir Yonhap dan dikutip ANTARA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Selasa lalu, Yoon mendeklarasikan darurat militer secara tiba-tiba namun mencabutnya beberapa jam kemudian ketika parlemen yang dikendalikan oposisi memilih untuk menolaknya.

Har ini, Yoon menyampaikan permintaan maaf terkait deklarasinya hanya beberapa jam sebelum pemungutan suara pemakzulannya dan berjanji tidak akan mengulanginya.

"Permintaan maaf tidak dapat menutupi pengkhianatan," kata Konfederasi Serikat Buruh Korea (KCTU), salah satu payung serikat buruh terbesar di negara itu sambil menyerukan "pemakzulan dan penangkapan segera" Yoon.

Payung serikat lainnya, Federasi Serikat Dagang Korea juga mengecam sang presiden, mengatakan bahwa permintaan maaf hanya untuk mencegah mosi pemakzulan.

Tuntutan pemakzulan juga datang dari komunitas hukum.

Asosiasi Pengacara Korea mengeluarkan pernyataan tak lama setelah pidato publik Yoon, menyatakan dukungannya untuk pemakzulan. "Kami setuju dengan pemecatan presiden karena mengganggu tatanan konstitusional melalui deklarasi darurat militer yang tidak konstitusional."

Berbagai kelompok sipil di seluruh negeri, termasuk dari Gwangju, Daejeon dan Busan, juga menuju ke Seoul untuk berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa.

Seorang pria berusia 50-an ditahan oleh polisi setelah mencoba untuk membakar dirinya di dekat Majelis Nasional sebagai protes atas deklarasi darurat militer Yoon, menurut para pejabat.

Polisi berencana untuk mengerahkan ratusan petugas untuk membantu mobil membuat jalan memutar di sekitar rute aksi unjuk rasa di Central Seoul dan Yeouido.

"Meskipun ini adalah situasi yang sangat sensitif dan menantang, kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan keselamatan," kata seorang pejabat polisi.

"Kami akan berkomunikasi dengan penyelenggara untuk meminimalkan ketidaknyamanan kepada warga negara lainnya." lanjutnya.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus