Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin menginginkan perdamaian yang abadi dengan Kyev, bukan kesepakatan jangka pendek. Sebab tujuan Rusia adalah memastikan keamanan jangka panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika kami bicara soal sejumlah proses perdamaian, maka itu seharusnya bukan sebuah gencatan senjata selama dua Minggu atau sata tahun sehingga negara-negara NATO yang mendukung Ukraina bisa mempersenjatai lagi negara itu dan menambah pasokan stok senjata ke sana," kata Putin, Jumat, 18 Oktober 2024, dalam sebuah acara BRICS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putin menekankan pihaknya mencari solusi jangka panjang, berkesinambungan dan perdamaian abadi yang memberikan kesetaraan keamanan bagi seluruh pihak dalam proses yang sulit ini. Otoritas Rusia menghormati dan memahami negara-negara anggota BRICS yang sangat ingin masalah perang Ukraina ini diselesaikan secepatnya dan lewat cara damai.
Moskow menyadari perang Ukraina adalah sebuah masalah internasional yang menyebalkan, yang juga menyangkut masalah ekonomi dan Rusia pun ingin menyelesaikannya sesegera mungkin dan lewat jalan damai. Rusia siap berdialog dengan Ukraina, namun hanya berpegang pada dokumen yang sudah disusun di Istanbul pada Maret 2022 ketika kedua belah pihak terakhir kalinya duduk bersama membicakan permasalahan ini.
Sebelumnya pada bulan lalu, Putin mengatakan Kyev sebenarnya sudah punya itikad untuk menyatakan militernya netral, mau membatasi persenjataannya dan berhenti mendiskrimknasi warga Ukraina keturunan Rusia. Sebagai imbalannya, Moskow akan bergabung dengan negara-negara besar dunia untul menawarkan jaminan keamanan Ukraina.
"Dalam dokumen (yang dibahas di Istanbul) bahkan tidak mendikte Ukraina untuk melakukan ini-itu. Sebaliknya para elit di Pemerintahan Amerika Serikat dan Ukraina terasa ingin mencari-cari kesalahan strategi Rusia," kata Putin.
Sebelumnya pada Rabu, 16 Oktober 2024, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkap ke publik perihal rancangan yang disebutnya 'rencana kemenangan' untuk perang Ukraina. Akan tetapi, skema itu tidak termasuk negosiasi dengan Rusia dan hanya menyerukan agar negara-negara Barat memperkuat Ukraina demi bisa mencapai sebuah solusi diplomatik.
Sumber : RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini