Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelancong Inggris terancam dilarang memasuki Uni Eropa mulai 1 Januari di bawah pembatasan virus corona saat ini dan sebagai konsekuensi dari berakhirnya masa transisi Brexit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada 1 Januari pelancong Inggris akan dikenakan pembatasan perjalanan yang sama seperti semua negara non-UE lainnya karena pandemi virus corona kecuali perjalanan penting ke Eropa, kata seorang pejabat Komisi Eropa pada Kamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Periode transisi Brexit saat ini berakhir pada 31 Desember dan pembatasan perjalanan ini akan tetap berlaku bahkan jika Inggris dan UE mencapai kesepakatan perdagangan.
"Inggris bukan bagian dari wilayah Schengen dan setelah berakhirnya masa transisi, Inggris juga tidak akan lagi diperlakukan serupa dengan negara anggota," kata pejabat Komisi Eropa, dikutip dari CNN, 11 Desember 2020.
Pejabat itu mengatakan Inggris akan tunduk pada kepada Rekomendasi Dewan (Uni Eropa) tentang pembatasan perjalanan eksternal.
Kriteria dalam rekomendasi yang ditetapkan oleh Dewan Eropa pada dasarnya didasarkan pada apakah situasi epidemiologi negara tertentu lebih baik atau lebih rendah dari rata-rata UE.
Ini juga mencakup faktor lain seperti tindakan pengendalian, termasuk jarak fisik, serta pertimbangan ekonomi dan sosial.
Pengaturan timbal balik yang mengatur apakah warga negara Uni Eropa diizinkan untuk melakukan perjalanan ke negara itu juga harus diperhitungkan secara teratur dan berdasarkan kasus per kasus, kata rekomendasi tersebut.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengkonfirmasi kemungkinan ini dengan mengatakan perjalanan dari Inggris ke daratan Eropa dapat terganggu akibat pembatasan virus corona begitu periode transisi Brexit berakhir, Sky News melaporkan.
Pada bulan Oktober, negara-negara anggota UE memutuskan bahwa hanya delapan negara yang memenuhi kriteria "negara aman", termasuk Australia, Jepang, dan Selandia Baru.
"Dewan bertanggung jawab untuk meninjau daftar negara ketiga yang larangan perjalanannya dicabut dan oleh karena itu dewan perlu mempertimbangkan masuknya Inggris," kata pejabat Komisi Eropa.
Hanya sejumlah kecil negara dengan tingkat Covid-19 rendah yang dibebaskan dari aturan yang melarang pengunjung yang tidak penting dari luar UE dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA).
"Pembatasan COVID akan tergantung pada kombinasi dari apa yang diputuskan UE, tetapi juga negara anggota," kata Raab.
"Itu semua tergantung pada prevalensi virus di negara-negara Eropa kontinental itu," kata Raab ketika ditanya apakah warga Inggris akan kesulitan untuk pergi ke daratan Eropa.
Seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan tidak dapat mengomentari keputusan yang diambil oleh negara lain tentang masalah kesehatan masyarakat.
"Kami mengambil pendekatan ilmiah berbasis risiko untuk langkah-langkah kesehatan di perbatasan, dan tentu saja demi kepentingan semua negara untuk memungkinkan perjalanan internasional yang aman saat kami keluar dari pandemi," kata juru bicara pemerintah Inggris, dikutip dari Sky News.
Namun, seorang pejabat UE di Dewan Eropa mengatakan Inggris akan dipertimbangkan dengan negara-negara non-UE lainnya pada tinjauan berikutnya, dijadwalkan berlangsung pada minggu 14 Desember.
Perjalanan penting dikategorikan ke dalam 11 bidang, termasuk tenaga profesional perawatan kesehatan, penumpang transit, diplomat, dan orang yang bepergian karena alasan keluarga yang penting.
Inggris mencatat jumlah kematian akibat virus corona tertinggi di Eropa, dengan lebih dari 62.000 kematian akibat Covid-19.
Sumber:
https://edition.cnn.com/travel/article/uk-travel-ban-eu-january-scli-intl-gbr/index.html
https://news.sky.com/story/britons-could-be-banned-from-travelling-to-eu-countries-under-covid-rules-when-brexit-transition-ends-12156697