Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga Kepulauan Canary menggelar gerakan protes mogok makan lantaran jumlah turis yang membludak. Mereka menyoroti lonjakan jumlah wisatawan yang berdampak pada lonjakan harga properti hingga kerusakan lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepulauan Canary berada di wilayah Spanyol dan terletak di Samudera Atlantik, sebelah barat laut Afrika. Kepulauan ini telah lama menjadi tujuan wisatawan lantaran iklim yang nyaman sepanjang tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari CNN, menurut organisasi lingkungan setempat, Fundación Canary, jumlah wisatawan melonjak drastis dari 11,5 juta per tahun menjadi sekitar 16 juta per tahun dalam beberapa dekade terakhir. Lonjakan wisatawan ini mendorong protes dari warga setempat yang menganggap terjadi eksploitasi pada pulau-pulau tersebut.
Canarys Se Agota, salah satu kelompok yang memprotes, menyerukan dukungan untuk aksi mogok makan dan mengajak masyarakat untuk membentuk solidaritas. "Setiap orang yang bergabung dalam rantai manusia mengirimkan pesan kuat kepada pemerintah: Kepulauan Canary tidak mau terus mengorbankan masa depan mereka," kata kelompok tersebut dalam unggahan Facebook yang dipublikasikan pada Rabu, 10 April 2024.
Asociación Tinerfeña de Amigos de la Naturaleza (ATAN), kelompok konservasi setempat, turut mempromosikan aksi protes pada 20 April mendatang. Mereka mengutip "keruntuhan lingkungan dan sosial yang sedang kami alami" sebagai alasan demonstrasi.
Selain itu, kelompok lingkungan bernama Ecologists in Action juga bergabung dalam protes tersebut. Mereka menyalahkan bentuk pariwisata yang berkelanjutan atas berbagai persoalan yang ada. Mereka juga menyoroti terkait penyewaan properti yang membuat warga setempat kesulitan mendapatkan tempat tinggal.
Kelompok tersebut juga menuding pemerintah setempat yang telah menyetujui pembangunan pariwisata berskala besar. Menurut mereka, pembangunan ini dapat memperburuk masalah yang ada, seperti kelangkaan air.
Selain itu, infrastruktur pariwisata seperti kolam renang dan lapangan golf membutuhkan air berskala besar sedangkan curah hujan menurun dan musim kemarau menjadi lebih panjang akibat perubahan iklim.
"Sudah waktunya untuk menuntut perubahan pendekatan dan berteriak, sekali lagi, dari seluruh penjuru pulau, bahwa Kepulauan Canary memiliki batasan," kata mereka.
Menanggapi protes warga, pemerintah daerah mengusulkan dialog antara politisi, akademisi, dan warga untuk merancang strategi pariwisata yang terkait dengan keberlanjutan sosial, lingkungan, dan ekonomi.
"Tujuannya adalah untuk membentuk komite ahli untuk menetapkan pedoman bersama," kata Jéssica de León, Menteri Pariwisata dan Ketenagakerjaan di pemerintah daerah Kepulauan Canary, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Selasa, 9 April 2024.
De León juga mengusulkan rancangan undang-undang yang akan memperkenalkan peraturan baru tentang penyewaan tempat wisata untuk liburan.
Lonjakan pengunjung mungkin menguntungkan perekonomian lokal dan bisnis perhotelan, tetapi juga membawa dampak sampingan yang nyata, yakni kebisingan yang meningkat, polusi, kemacetan lalu lintas, dan eksploitasi sumber daya alam, hingga menurunnya kualitas hidup penduduk setempat.
Tak heran, banyak tujuan wisata utama menerapkan berbagai inisiatif dan pembatasan untuk mengatasi masalah pariwisata berlebihan. Ini termasuk pajak wisata yang baru atau dinaikkan, kampanye yang bertujuan untuk mencegah pengunjung yang bermasalah, dan pembatasan jumlah pengunjung di tempat wisata populer.
Sebagai contoh, Kota Barcelona di Spanyol menjadi salah satu kota pertama di Eropa yang melarang pembangunan hotel baru di pusat kota dan membatasi penyewaan kamar jangka pendek. Barcelona juga menutup terminal pelabuhan untuk kapal pesiar pada Oktober 2023.
MICHELLE GABRIELA I CNN
Pilihan Editor: Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan