Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warga Palestina dan Israel Kembali Hidup Normal setelah Gencatan Senjata

Belum 20 jam gencatan senjata berlaku, militan Gaza menembakkan sebuah roket ke Israel yang disebutnya "kesalahan teknis".

15 Mei 2023 | 08.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kehidupan di kedua sisi perbatasan Jalur Gaza mulai kembali normal, Minggu, 14 Mei 2023, setelah gencatan senjata yang dimediasi Mesir menghentikan lima hari pertempuran antara Israel dan Jihad Islam Palestina, yang menewaskan 34 warga Palestina dan seorang warga Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Israel membuka kembali perlintasan perbatasan untuk barang dan perdagangan, memungkinkan pengiriman bahan bakar ke satu-satunya pembangkit listrik di daerah kantong pantai yang diblokade. Toko-toko dan kantor-kantor publik dibuka kembali dan massa kembali ke jalan-jalan yang sepi selama berhari-hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua belah pihak mengonfirmasi penghentian pertempuran, tetapi memberikan interpretasi yang berbeda atas syarat-syaratnya – seperti apakah Israel akan mengakhiri pembunuhan para pemimpin militan Palestina.

Namun, gencatan senjata itu sempat diuji ketika sirene berbunyi di Israel selatan kurang dari 24 jam setelah diberlakukan. Militan Gaza menembakkan sebuah roket ke Israel yang menghantam tempat terbuka. Mereka menyebut peluncuran itu sebuah “kesalahan teknis”.

Militer Israel membalasnya dengan tank-tank yang menghancurkan dua pos milik kelompok Hamas. Tidak ada yang terluka di kedua belah pihak.

Pertempuran pekan lalu, yang terpanjang sejak perang 10 hari pada 2021, dimulai ketika Israel meluncurkan serangkaian serangan udara Selasa dini hari, mengumumkan bahwa mereka menargetkan para komandan Jihad Islam yang telah merancang serangan-serangan melawannya.

Sebagai balasan, kelompok yang didukung Iran menembakkan lebih dari seribu roket, mengirim warga Israel lari ke tempat-tempat perlindungan bom. Di wilayah Israel selatan sekitar Gaza, sekolah-sekolah masih tutup hingga Minggu dan banyak dari ribuan warga yang dievakuasi belum pulang ke rumah.

“Bukan hal sederhana kembali dari situasi seperti ini, “ kata Gadi Yarkoni, walikota untuk beberapa kota kecil Israel di perbatasan Gaza, kepada stasiun radio 103 FM.

Pejabat Palestina mengatakan 33 orang, termasuk 18 militan juga perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza. Di Israel seorang perempuan dan seorang pekerja Palestina tewas akibat serangan-serangan Gaza.

Mengulangi keprihatinan global atas kekerasan  Gaza, Paus Fransiskus menyuarakan harapan pada misa Minggu “bahwa senjata-senjata harus diam karena dengan senjata, keamanan dan kestabilan tidak akan pernah dicapai. Sebaliknya, bahkan dengan setiap harapan perdamaian akan terus dihancurkan.”

Perbedaan Persyaratan

Mohammad Al-Hindi, seorang pejabat senior Jihad Islam yang ikut merundingkan gencatan senjata di Kairo dengan para pejabat Mesir, mengatakan dalam sebuah pernyataan, Minggu, bahwa kelompoknya siap menghentikan peluncuran roketnya sebagai imbalan atas persetujuan Israel untuk berhenti menargetkan rumah, warga sipil, dan pemimpin militan.

"Kami berkomitmen untuk kesepakatan ketenangan selama musuh mematuhinya,” katanya.

Tetapi Israel membantah telah melakukan tindakan seperti itu, hanya mengatakan bahwa mereka akan menahan tembakan selama tidak ada ancaman.

"Saya katan berulang-ulang: Siapa pun yang menyerang kami, siapa pun yang berusaha menyerang kami di masa depan – darahnya tumpah,” kata Presiden Benjamin Netanyahu dalam pertemuan mingguan kabinetnya di Yerusalem.

Pasukan Israel telah "berhasil menyelesaikan lima hari pertempuran kelompok teroris Jihad Islam," katanya dalam sambutan yang disiarkan televisi, tanpa menyebutkan kesepakatan gencatan senjata.

Hamas, kelompok Islam yang menguasai Gaza, tidak ambil bagian dalam pertempuran itu. Berapa lama gencatan senjata tersebut berlangsung masih belum jelas.

"Kami akan terus melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan dengan satu pertimbangan saja: Apa yang melayani kepentingan keamanan Negara Israel," kata Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, anggota kabinet keamanan Netanyahu kepada radio Kan.

Di Gaza, orang-orang memunguti yang tersisa setelah berhari-hari pengeboman yang menurut Israel menargetkan pusat komando Jihad Islam dan infrastruktur militer lainnya, tetapi juga merusak atau menghancurkan puluhan rumah.

“Ini kamar saya, ada mainan-mainan yang biasa saya mainkan dan buku-buku yang biasa saya gunakan untuk belajar, tidak ada yang tersisa,” kata Ritaj Abu Abeid, 12, saat berdiri di dalam kamar tidurnya yang hancur.

Maddah Al-Amoudi, 40 tahun, satu dari sekitar 3000 nelayan Gaza yang diblokade dari laut tempatnya mencari ikan, juga menyambut kembalinya kehidupan normal.

"Kami tidak punya pilihan ke laut. Jika ada pekerjaan di laut kami bisa mencari uang dan makanan untuk anak-anak kami dan jika tidak ada laut, tidak ada apa pun.” 

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus