Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Blah

Aktivis iklim Greta Thunberg berpidato blah blah blah. Apa artinya?

8 Januari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Asal-usul kata blah dan maknanya dalam berbagai kamus.

  • Pemakaian blah tak melulu tentang kebohongan atau serupa itu.

  • Kamus Cambridge mencatat blah sebagai eksklamasi untuk, misalnya, mengeluhkan pidato yang membosankan.

MELENGKAPI liputan tentang lingkungan, bertalian dengan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Glasgow, Inggris, majalah ini merangkai infografik bertajuk “Oleh-oleh Acara Blah, Blah, Blah” (Tempo, 19-21 November 2021). Judul itu dikutip dari pidato Greta Thunberg, pegiat ekologis asal Swedia, bahwa konferensi tersebut tak lain “perayaan bisnis seperti biasa... dan blah, blah, blah”. Sebelumnya, dalam hajatan Youth4Climate di Milan, Italia, dara enam belas tahun itu mengkritik pemimpin dunia “hanya bisa bicara blah, blah, blah” untuk mengatasi perubahan iklim bumi yang kian buruk. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip stasiun televisi BBC, Thunberg juga menyindir aneka jargon global seperti green economy blah blah blah, build back better blah blah blah, dan climate neutral blah blah blah. Lagi, tak lama sebelum itu, dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di New York, Amerika Serikat (2019), ia mengecam masalah serupa dengan ungkapan liris tapi menohok. “You have stolen my dreams, my childhood, with your empty words,” ujarnya getir. Makin jelas, benang merah pidato-pidato Person of the Year for 2019 versi majalah Time itu ialah mempersoalkan “omong kosong” atawa “bualan”—seturut arti kata-kata blah dan empty words tadi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Begitulah, blah (dibaca bla; bisa tanpa tanda koma bila diulang), dalam pikiran Inggris, bermakna condong tak positif bila bukan negatif seluruhnya. Setidaknya membukut rasa tak nyaman di relung hati penuturnya. Kamus Merriam-Webster (daring) mengartikannya “silly or pretentious chatter or nonsense”; dalam bentuk jamak, blahs ialah “a feeling or boredom, lethargy or general dissatisfaction”; senada dengan kata Prancis blasé “bosan”, “jemu”. Kamus Cambridge (2015) mencatat blah sebagai eksklamasi untuk, misalnya, mengeluhkan pidato yang membosankan, atau njêlèhi, kata orang Jawa Timur. Jumlah kata blah yang dilepas bisa suka-suka bergantung pada “kadar kebosanan” pengucapnya. 

Blah, dalam daftar Merriam-Webster, memiliki 60 sinonim—mungkin termasuk kata yang berpadanan terbanyak dalam khazanah Inggris. Kata-kata sinonim itu muncul sejak sebelum abad ke-12 hingga abad ke-20. Maknanya, dengan merujuk pada arti kata blah, tua sudah gejala perbualan dalam kehidupan manusia. Padanan blah tertua, misalnya, verba drivel yang berarti “to talk stupidity and carelessly”, bicara dengan tolol dan gegabah. Yang teranyar ialah codswallop (slang khas British; muncul pertama kali pada 1959), yang berarti “words or ideas that are foolish or untrue” alias kata-kata atau ide bodoh, atawa bohong. 

Nomina blah sendiri beredar pertama kali di belahan barat bumi ini pada 1918—menurut catatan kamus Merriam. Tapi tak terang apa konteksnya dengan tarikh itu. Daratan Eropa, kala itu, baru lepas dari Perang Dunia Pertama. Negara baru demokratis bertumbuhan di sana seusai perang. Namun pada saat bersamaan muncul rezim diktator-totaliter seperti Italia di bawah Mussolini (1918-1934) dan Jerman di bawah Hitler (1918-1936), yang berwatak nir-demokratis dan ditopang oleh sistem propaganda ideologis yang perkasa. Mungkinkah, langsung-tak-langsung, blah muncul sebagai respons terhadap bah propaganda yang melanda masif waktu itu? 

Pemakaian blah tak melulu tentang kebohongan atau serupa itu. Ada kalanya ia dipakai untuk sekadar melukiskan rasa rongséng atawa rusuh hati, tapi tetap santai, terhadap situasi tertentu; seumpama ungkapan “a blah winter day”—tentang apa yang bisa dilakukan ketika hawa dingin terasa panjang dan menggigit di negeri empat musim. Suatu kalimat pemerian yang tak merinci seluruh isinya (karena alasan ruang yang terbatas atau sengaja menyebut beberapa hal saja) juga bisa menjejerkan blah beberapa kali sebagai substitusinya. Misal: She’s beautiful, she’s smart, she’s so cool, blah blah blah. Bila diinginkan, sila berimajinasi “mengisi” blah berulang itu dengan adjektiva lain yang sepadan. 

Sesekali blah juga terdengar di ruang publik Tanah Air. Patut diduga, kata itu menyebar lewat kebiasaan nginggris pada sebagian penutur bahasa di sini, terutama kelompok sosial “kota” yang paham idiom-idiom anglosentris. Atau, melalui karya kreatif, seperti grup musik cadas God Bless yang punya lagu rekaan Ian Antono bertajuk “Bla Bla Bla” (1988). Dalam lagu itu, bla menjadi ekspresi kritis terhadap situasi yang mencemaskan: kelaparan, konflik sosial, dan dendam antarmanusia. Semua sengkarut itu, seturut bait terakhir lagu, karena senjata/ karena kuasa/ karena bla bla bla. Lirik cukup bernyali karena ditulis ketika orde militeristik nan digdaya tengah berkuasa di negeri ini. 

Pernah terdengar serupa singkatan NATO―bukan nama organisasi pakta pertahanan negara-negara Blok Barat, melainkan pelèsètan no action talk only. Tapi ujaran itu bagaikan “bayi tabung”: bukan asli anak kandung bahasa Inggris dan jelas pula bukan lahir dari rahim bahasa Indonesia. Terkadang anak-anak muda suka menyeletuk “omdo” alias omong doang bila mendengar ucapan, pidato, kampanye, dan semacamnya yang dinilai cuma bongak.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus