Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana pemerintah mengalihkan pemakaian kompor gas ke kompor listrik merupakan niat bagus, meski tetap perlu hati-hati agar tak keliru eksekusi. Konversi ke kompor listrik akan mengurangi subsidi elpiji yang angkanya terus naik setiap tahun. Subsidi gas tak hanya menggerogoti anggaran, tapi juga memproduksi emisi karbon yang mengancam mitigasi krisis iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah menggelar uji coba konversi elpiji kemasan 3 kilogram bersubsidi ke kompor listrik dengan daya 1.000 watt. Uji coba ini melibatkan 1.000 rumah tangga berpendapatan rendah pengguna elpiji bersubsidi di Denpasar, Solo, dan satu kota di Sumatera Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain mendapat kompor gratis, rumah tangga peserta uji coba kompor listrik itu mendapatkan sambungan listrik khusus dari PT PLN (Persero). Selepas uji coba ini, tahun depan pemerintah dan PLN menargetkan penggunaan kompor listrik minimal 5 juta unit untuk 5 juta keluarga.
Jika konversi ini mulus, setidaknya bisa meringankan subsidi gas. Di tengah kenaikan harga minyak dan gas dunia subsidi elpiji pada 2020-2021 naik 24 persen menjadi Rp 49,9 triliun. Tahun ini, dengan gejolak harga gas yang belum reda akibat akibat invasi Rusia ke Ukraina, subsidi gas diperkirakan menembus Rp 66,3 triliun.
PLN mengklaim, konversi kompor elpiji ke kompor induksi pada 300 ribu rumah tangga bisa menghemat anggaran subsidi energi hingga Rp 330 miliar. Jika konversi sudah menyentuh 5 juta keluarga, penghematan anggaran mencapai Rp 5,5 triliun.
Bagi PLN, konversi elpiji ke kompor listrik juga bisa menjadi solusi atas kelebihan pasokan listrik yang membebani BUMN ini. Gara-gara proyek listrik 35 ribu megawatt sejak 2015, pasokan listrik PLN berlebih 41 gigawatt hingga 2030. Jika jumlah pelanggan kompor listrik bisa mencapai 15 juta dalam tiga tahun, akan ada tambahan konsumsi listrik 6,3 gigawatt.
Produksi massal kompor listrik juga akan mengundang investasi baru yang pada akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, di sini juga ada persoalan. Pergantian ke kompor listrik akan berdampak pada belanja rumah tangga berpendapatan rendah.
Saat ini rata-rata rumah tangga berpendapatan rendah menggunakan sambungan listrik 450-900 volt-ampere, jauh di bawah kebutuhan daya kompor listrik yang mencapai 1.000 watt. Artinya, selain mengkonversi kompor elpiji, pemerintah dan PLN harus memikirkan biaya untuk menambah daya listrik rumah tangga berpendapatan rendah secara gratis.
Jangan sampai gara-gara konversi kompor gas ke kompor listrik itu muncul masalah baru bagi rumah tangga berpenghasilan rendah yang menjadi sasaran program ini. Akibatnya, mereka akan kembali ke kompor gas karena lebih murah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo