Mencetak Olahragawan Sarjana: Bagaimana Citra ITB? Membaca rubrik Pendidikan (TEMPO, 28 April 1990) yang berjudul "Mencetak Olahragawan Sarjana", saya ingin urun pendapat. Di salah satu paragraf tertulis: "Gagasan menerima atlet berprestasi masuk ITB tanpa tes, menurut Rektor ITB Prof. Wiranto A., terutama untuk menghargai keberhasilan para atlet. Adilkah gagasan tersebut terealisasi? Tidakkah ada metode lain untuk suatu penghargaan prestasi sang atlet, tanpa mengorbankan nilai pendidikan tinggi dengan menerima sang atlet di ITB tanpa tes? Ini menyebabkan rasa kagum dan hormat warga masyarakat atas prestasi ITB menjadi luntur. Sebab sudah menjadi rahasia umum, untuk menjadi Mahasiswa ITB harus mampu bersaing secara ketat. Dan yang lebih penting, ITB mempunyai "standar nilai" tinggi untuk perekrutan calon mahasiswa. Saya kira, niat untuk menerima atlet berprestasi tanpa tes perlu dikaji ulang, sebelum menjadi SK Rektor ITB. Agaknya, segi negatifnya lebih besar ketimbang segi positif yang ingin dicapai, yaitu memasyarakatkan "olahraga" kepada seluruh mahasiswa ITB. Saya sarankan kepada segenap jajaran akademis ITB bahwa untuk menyebarluaskan cinta olahraga tak perlu ditempuh cara yang agak nyeleneh, tapi bisa dengan jalan melengkapi seluruh sarana dan prasarana olahraga, seperti peralatan olahraga, lapangan, dan pelatihan yang profesional. Sehingga, apa yang ingin dicapai untuk memasyarakatkan olahraga dapat terealisasi tanpa mengorbankan nilai hakiki dari suatu pendidikan tinggi. Terutama pendidikan teknik tertua dan termegah serta termasyhur seperti ITB ini. Viva ITB, semoga jaya selalu dengan motto "Majulah ITB bidang ilmu pengetahuan dan teknologi guna menyongsong masa depan yang lebih cerah". ABDULLAH ASSEGAF Petukangan Utara RT 013/003 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini