Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bertepatan dengan Hari Bumi, 22 April ini, kita mendapat kesempatan untuk merefleksikan kembali hubungan dengan alam. Bukti bahwa kita telah mengabaikan alam selama ini semakin nyata. Semua kegiatan ekonomi bergantung pada alam. Selama lebih dari seratus tahun, manusia secara dramatis meningkatkan emisi gas rumah kaca, mengurangi ruang alam liar yang selama ini tak tersentuh secara masif, serta meningkatkan konsumsi mereka secara luar biasa. Semua itu semakin mengancam keseimbangan alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perubahan iklim menyebabkan bencana alam, kelaparan akibat musim kemarau yang berkepanjangan, kebakaran hutan, dan kehancuran terumbu karang karena meningkatnya suhu air laut. Naiknya permukaan air laut juga akan menyebabkan bencana banjir yang berulang dan lebih hebat. Semua tragedi ini dapat terus terulang dan menjadi semakin parah jika negara-negara di seluruh dunia tidak mengambil tindakan darurat untuk menjawab masalah yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Enam tahun lalu di Paris, pemimpin-pemimpin dunia dari 195 negara termasuk Inggris dan Indonesia berkomitmen dalam sebuah persetujuan bersejarah untuk mengatasi perubahan iklim. Mereka sepakat untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius bahkan untuk membatasi kenaikan suhu pada 1,5 derajat Celsius. Dunia telah mulai mengendalikan emisi, termasuk melalui penggunaan energi baru terbarukan. Namun kita perlu bergerak lebih cepat. Kita semua perlu berbagi tanggung jawab dan melakukan segala hal yang kita bisa untuk menjaga planet ini bersama-sama.
Pada November 2021 ini di Glasgow, Inggris akan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB, COP26, dimana seluruh tokoh dan pemimpin dunia akan bertemu guna menyetujui aksi iklim yang lebih ambisius. Ajang ini merupakan kesempatan bagi kita untuk berjuang secara global dengan serius. COP26 akan menjadi konferensi tingkat tinggi terbesar yang pernah diadakan di Inggris—mengumpulkan kepala negara, para ahli iklim dan negosiator untuk menyetujui berbagai aksi yang terkoordinasi guna mengatasi perubahan iklim. Dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab ke Indonesia baru-baru ini, baik Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mau pun Presiden Joko Widodo menyampaikan dukungan mereka. Ini tentu saja sangat kami hargai.
COP26 untuk percepatan transisi energi
Sebagai tuan rumah COP26, Inggris bersama mitra utama Italia, mendapatkan mandat untuk mendorong kesuksesan diskusi yang efektif menuju net zero emission (emisi nol bersih). Kami berkomitmen untuk memimpin dengan teladan, dengan menunjukkan bahwa sangatlah mungkin untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan pada saat bersamaan mengatasi perubahan iklim.
Pada 2019, Inggris merupakan negara pertama di Eropa yang menggunakan lebih banyak energi baru terbarukan dibanding energi fosil. Sejak tahun 1990, pertumbuhan ekonomi Inggris mencapai lebih dari 70 persen dan pada saat yang sama mengurangi emisi karbon sebanyak 42 persen, yang merupakan performa tertinggi di antara negara-negara G7. Inggris secara terus-menerus mengurangi penggunaan batu bara dan berhasil melewati 67 hari tanpa energi batu pada tahun 2020. Kontributor terbesar terhadap transisi energi bersih di Inggris adalah tenaga angin (bayu) – dan kini Inggris memiliki kapasitas pembangkit tenaga bayu lepas pantai (offshore wind) terbesar di dunia.
Kami berniat menggunakan posisi tuan rumah COP26 untuk menghasilkan kesepakatan antara berbagai negara guna menggunakan potensi energi bersih di sekitar kita—tenaga surya, bayu, panas bumi—dan untuk mempercepat transisi dari energi fosil menjadi energi bersih. Hal ini berarti kita harus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, sumber utama emisi karbon, termasuk pembangkit tenaga batu bara. Dan kita pasti bisa. Biaya sumber energi baru terbarukan terus menurun secara dramatis—misalnya harga tenaga surya telah berkurang sebanyak 82 persen sejak 2010 hingga 2019—yang membuat Badan Energi Internasional (International Energy Agency) berharap bahwa energi baru terbarukan akan dapat menggantikan batu bara sebagai sumber energi utama pada 2025.
Sebaliknya, Indonesia masih mengandalkan energi fosil dengan data dari PLN menyatakan bahwa 84 persen tenaga listrik yang dihasilkan didapat dari sumber energi fosil. Namun kini kita melihat langkah-langkah yang mendorong percepatan transisi energi dan kami menghargai komitmen Indonesia untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga fosil yang lama dengan pembangkit energi baru terbarukan, salah satu contohnya yaitu program penggantian diesel PLN, yang menandakan langkah yang signifikan dalam perjalanan transisi energinya.
Selain diesel, terdapat potensi yang sama besarnya untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga batu bara yang tengah direncanakan Indonesia dalam rencana (pembangunan) sepuluh tahunnya. Tujuannya menghindari risiko konsentrasi karbon yang tinggi dan aset terlantar (stranded asset), serta dapat membuka potensi energi baru terbarukan Indonesia yang luar biasa besarnya, melebihi enam kali lipat dari total pasokan energi saat ini.
Langkah tersebut akan membantu Indonesia mencapai target 23 persen energi baru terbarukan dalam bauran energi utamanya pada tahun 2025, meningkatkan capaian energi baru terbarukan saat ini yang masih berada pada angka 11 persen. Meskipun hanya empat tahun waktu yang tersedia, Indonesia perlu mengambil langkah pada tingkat regulasi dan kebijakan untuk mencapai target yang diinginkan serta menarik lebih banyak investasi, terutama investasi dari pihak swasta di sektor ini.
Inggris dengan bangga mendukung perjalanan transisi Indonesia menuju masa depan energi rendah karbon yang berkelanjutan melalui program kemitraan Mentari (UK-Indonesia Low Carbon Energy Partnership). Program ini memanfaatkan keahlian domestik maupun internasional untuk meningkatkan investasi dalam sektor energi baru terbarukan, khususnya di wilayah timur Indonesia guna membantu meningkatkan akses terhadap energi yang diperlukan bagi perkembangan ekonomi. Inggris juga memfasilitasi Dialog Mitra Energi Baru Terbarukan Indonesia (Friends of Indonesia Renewable Energy (FIRE) Dialogue) yang menjadi landasan antara komunitas internasional dan Indonesia untuk bekerja sama dalam mendukung percepatan transisi. Dalam tahun aksi iklim ini, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara adidaya energi dan pemimpin global dalam proses transisi meninggalkan bahan bakar fosil.
Energi baru terbarukan dapat memberikan dorongan bagi Indonesia untuk upaya pemulihan dari Covid-19 dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui akses terhadap energi yang universal, terjangkau dan dapat diandalkan. Laporan LCDI (Low Carbon Development Initiative) dari Bappenas menunjukkan bahwa pertumbuhan tercepat yang dapat dicapai Indonesia adalah dengan membuat pilihan yang dapat mengurangi emisi karbondioksida—membangun perekonomian yang lebih sehat dalam jangka panjang. Saat ini, Indonesia baru memanfaatkan 2 persen dari potensi energi baru terbarukannya—sehingga potensi untuk melakukan perubahan yang cepat dan efisien sangatlah besar.
Kami menghargai pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi Adaptasi Iklim 2021 pada bulan Januari, ketika beliau menggarisbawahi pentingnya komitmen global yang lebih kuat dalam mengatasi perubahan iklim, dan menghimbau seluruh bangsa untuk mengambil langkah luar biasa dalam memerangi perubahan iklim, termasuk dalam memenuhi Nationally Determined Contributions (NDC) dalam pengurangan emisi. Hal ini juga diikuti oleh inisiatif berharga dari Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya dalam merestorasi 600.000 hektar hutan bakau di seluruh Indonesia. Kami sangat berharap Indonesia dapat menetapkan target NDC yang ambisius dan strategi jangka panjang menjelang COP26.
Aksi gabungan kedua negara kita akan didorong dan didukung oleh proses multilateral. Dengan memenuhi dan mengimplementasikan Perjanjian Paris, kita dapat menunjukkan bahwa dunia mampu bekerja sama untuk memecahkan masalah yang sangat mendesak. Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mampu membuat perbedaan besar pada dunia untuk dapat mencapai target yang ditetapkan di Paris atau tidak. Inggris selalu siap sedia mendukung upaya Indonesia dalam beradaptasi menuju perekonomian yang lebih bersih dan hijau dan lebih makmur.