Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradara: Dennis Villeneuve
Skenario: Dennis Villeneuve , Jon Spaihts dan Eric Roth. Berdasarkan novel karya Frank Herbert.
Pemain: Timothée Chalamet, Rebecca Ferguson, Oscar Isaac, Josh Brolin, Zendaya, Jason Momoa, Javier Bardiem, Stellan Skarsgård.
* * *
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Segalanya dimulai pada tahun 10191.
Keserakahan, dominasi antar ras, invasi, penjajahan, kekejian dan tipu daya masih saja mendominasi kehidupan di dalam jagat masa depan rekaan novelis Frank Herbert ini.
Sutradara Dennis Villeneuve membuka film ini dengan sebuah lanskap Caladan yang disebut sebagai "Homeworld of House Atreides" yang merupakan gurun tak bertepi. Tentu saja Duke Leto of House Atreides (Oscar Isaac) sang pemimpin Caladan mempunyai ‘batas’ kekuasaan. Karena itulah utusan Padishah Emperor Shaddam Corrino IV datang memerintahkan Leto untuk menggantikan House Harkonnen sebagai bangsawan penguasa Arrakis.
Syahdan, Arrakis (atau lebih dikenal dengan nama "Dune") adalah sebuah gurun yang terdiri dari timbunan rempah dan herbal yang sangat berharga, bukan saja untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup di jagat raya, tetapi rempah itu juga bisa diolah menjadi bahan bakar bagi kendaraan mereka terbang antar-planet. Bayangkan saja segala rempah berharga yang sekaligus bisa menjadi petroleum. Itulah dahsyatnya imajinasi Frank Herbert di dalam novel legendarisnya ini. Leto tentu menyambut tugas ini, sementara putranya, calon pemimpin masa depan Paul Atreides (Timothée Chalamet) dan ibunya was-was dengan niat sang Kaisar.
Bagi mereka yang sudah membaca karya klasik yang terbit pertama kali pada 1965 itu, tentu sudah mafhum bahwa serial novel "Dune" mempengaruhi banyak novelis dan film science fiction, terutama yang menjadi film klasik saga Star Wars. Karakter Luke Skywalker jelas mendapatkan ruh dari tokoh Paul Atreides. Penggambaran, visualisasi jagat Star Wars terutama bagaimana pesawat dan kendaraan yang kita kenal bisa melesat begitu cepat di udara sesungguhnya terinspirasi dari deskripsi novel karya Frank Herbert yang terdiri dari enam jilid itu.
Namun nasib setiap karya memang tak terduga. Pada 1973, sutradara Alejandro Jodorowsky sudah membeli hak adaptasi novel "Dune" dan merancang sebuah film megah yang melibatkan nama-nama besar seperti pelukis Salvador Dali, Geraldine Chaplin, David Carradine. Toh yang sudah dirawat bertahun-tahun itu gagal. Upaya panjang dan berliku Jodorowsky itu malah dijadikan film dokumenter berjudul "Jodorosky’s Dune" yang ditayangkan di Festival Film Cannes (2013). Versi berikut yang akhirnya berhasil tayang pada tahun 1984 adalah karya David Lynch dengan pemain Kyle MacLachlan sebagai Paul Atreides.
Salah satu cuplikan adegan dalam film Dune. Foto: IMDB
Yang ironis, sekaligus menarik untuk dibahas, adalah ketika kita menyaksikan "Dune" versi Dennis Villeneuve. Kita sudah pasti akan membandingkannya dengan visualisasi jagat Star Wars. Vilenueve sendiri menyadari itu dengan mengatakan, "mencari identitas film Dune adalah sebuah proses panjang, ketika ruang cipta kita dibayang-bayangi jagat Star Wars. Ketika George Lucas menciptakan kisah jagat Star Wars, dia sangat terpengaruh novel Dune. Dan kini kami menggarap film "Dune" sesuai novel, kami harus bisa bernegosiasi (pada diri sendiri) dengan pengaruh Star Wars."
"Dune" sebagai sebuah teks adalah novel raksasa sepanjang 900 halaman yang sangat kompleks dan bukan sekadar mengisahkan pertentangan antar bangsawan (dalam hal ini "House" menunjukkan para bangsawan penguasa-penguasa kecil di bawah Kaisar); perebutan Melange, si rempah sakti mandraguna itu. Novel itu lebih lagi menggali persoalan ekologi yang di masa itu belum menjadi tren dunia, pertanyaan tentang ras, keimanan dan religiositas yang perlahan-lahan terungkap di beberapa novel lanjutannya. Novel ini melibatkan ratusan tokoh, para raja, bangsawan, penyihir, pemberontak, penduduk asli Fremen lengkap dengan konflik horizontal dan vertikal. Sementara film ini baru bercerita separuh dari seluruh kompleksitas novel ini karena sutradara Dennis Villeneuve berencana membuat sekuel.
Karena itu, film bagian pertama ini masih berkutat dengan persoalan politik dan pengkhianatan sang kaisar terhadap Leto, Paul, dan ibunya yang melakukan perjalanan menuju Arrakis dengan was-was. Upaya pembunuhan terhadap Paul Atreides di perjalanan adalah indikasi terkuat bahwa undangan itu adalah sebuah jebakan.
Seperti film-film sebelumnya, Dennis Villeneuve menyukai panorama. Sinematografi di dalam film-filmnya tak pernah sekadar hadiah cantik bagi penonton, tetapi menjadi bagian dari visual yang bercerita dalam sunyi. Pada satu saat kita akan melihat bagaimana para pengelana, yang sudah berhasil berkelit dari cengkeraman bahaya, harus mengalami banyak rintangan termasuk sandworm, binatang raksasa yang bersembunyi sekaligus menyatu dengan gurun pasir dan akan mendadak muncul demi menjaga harkat dan keamanan Melange, rempah yang diperebutkan jagat itu. Di dalam adegan-adegan ini, Villeneuve tampak asyik dengan ciptaan-ciptaan visualnya yang fantastis.
Sandworm itu bukan hanya muncul seperti seekor binatang, tetapi bak lukisan gigantik yang memakan seluruh layar –itulah sebabnya film ini memang harus ditonton di layar besar—dan bergerak seperti sebuah tarian massal. Lalu belum lagi visualisasi pesawat-pesawat lalu lalang di udara , yang sebetulnya sudah kita saksikan dalam saga Star Wars, toh tetap menakjubkan. Terakhir, dominasi hamparan gurun keemasan dan warga Fremen yang tampil semampai menantang langit biru adalah salah satu cerita penting Herbert, meski dalam film ini baru muncul pada paruh akhir cerita.
Keasyikan Villenueve bermain-main dalam kanvas "Dune" itu tetap setia mengisahkan perjalanan Paul dan pergolakan batinnya: tentang mimpi-mimpinya yang menjadi seolah menjadi nubuat, tentang posisi ibunya, dan dirinya yang tak selalu sejalan. Timothée Chalamet memerankan konflik batin ini dengan pas dan penuh kepekaan.
Setelah lebih dari dua jam menyaksikan film Dune, kita tetap merasa film ini memang belum selesai karena konon kisah suku Fremen dan tokoh Chani (yang diperankan oleh Zendeya) akan lebih dominan pada film kedua. Meski film kedua ini tampaknya masih lama akan beredar, rasanya film "Dune" kali ini (versi sebelumnya) bisa dianggap sebagai sebuah tribute bagi sang novelis Frank Herbert yang sudah lama mengangankan jagat rekaannya diadaptasi di layar lebar dengan baik.
Leila S.Chudori