Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendapat

Euforia Mudik Setelah Pandemi

Mudik tahun ini diprediksi akan membeludak. Antisipasinya perlu terobosan kebijakan.

10 April 2023 | 08.00 WIB

Pemudik berkendaraan roda dua dan roda empat antre untuk memasuki KMP Virgo 18 di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, Jumat 6 Mei 2022. Pada H+3 Lebaran, sebanyak 111.214 orang penumpang, 24.720 kendaraan roda empat dan 8.136 sepeda motor menggunakan jasa angkutan kapal laut menyeberang ke Pulau Jawa. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Perbesar
Pemudik berkendaraan roda dua dan roda empat antre untuk memasuki KMP Virgo 18 di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, Jumat 6 Mei 2022. Pada H+3 Lebaran, sebanyak 111.214 orang penumpang, 24.720 kendaraan roda empat dan 8.136 sepeda motor menggunakan jasa angkutan kapal laut menyeberang ke Pulau Jawa. ANTARA FOTO/Ardiansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

MUDIK Lebaran 2023 bisa menjadi mudik paling membeludak dibanding mudik 2-3 tahun sebelumnya. Meski pemerintah memperpanjang status darurat pandemi Covid-19 hingga Mei, turunnya jumlah infeksi virus corona membuat mudik tahun ini akan “pecah telur”. Pemerintah memperkirakan jumlah pemudik mencapai 123,8 juta orang, naik 69 persen dibanding tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mudik pun akan kembali identik dengan kemacetan. Pemerintah memang sudah menyiapkan pelbagai skenario untuk mengatur arus kendaraan. Angkutan barang atau kendaraan berat terlarang berlalu-lalang H-5 hingga H+9 Lebaran—kecuali truk pengangkut bahan bakar minyak (BBM), sembako, dan pupuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada juga lalu lintas satu arah (one way), jalur tidal (contra flow), hingga ganjil-genap pelat nomor mobil. Jalur penyeberangan kapal penundaan perjalanan (delaying system) seperti di Pelabuhan Merak, Banten, yang menghubungkan Jawa dan Sumatera.

Masalahnya, dari pengalaman sebelum pandemi, semua skenario itu justru menjadi biang kemacetan. Skenario satu arah di jalan tol Jawa dari Jakarta tahun lalu membuat banyak titik macet di jalan raya pantai utara Jawa. Fokus memperhatikan pemudik, pemerintah abai mengatur arus kendaraan ke arah Jakarta.

Sementara di jalan tol, kemacetan juga terjadi akibat penumpukan di tempat-tempat istirahat dan pintu keluar-masuk. Bagi penduduk Indonesia, rest area tak hanya menjadi tempat istirahat, juga pelesiran, salat, makan, atau mengisi bahan bakar. Dari seluruh skenario mengurai arus lalu lintas, agaknya pemerintah belum menyiapkan skenario kemacetan akibat penumpukan kendaraan di rest area.

Maka untuk mengantisipasi kemacetan itu, pemerintah sebaiknya menyediakan layanan-layanan darurat pengisian bahan bakar dan tempat istirahat di sepanjang jalur mudik. Sementara untuk antisipasi kemacetan di pintu tol, semestinya memanfaatkan momentum Lebaran tahun ini memberlakukan pembayaran tanpa perlu menggesek kartu atau multi lane free flow (MLFF).

Pengelola jalan tol memang sudah menyiapkan MLFF. Tapi baru uji coba pada 1 Juni 2023. Dengan MLFF, pengendara tak perlu berhenti di pintu tol. Pembayaran pajak jalan otomatis melalui aplikasi dengan skema peta satelit melalui global positioning system (GPS). MLFF bisa menjadi solusi kemacetan di jalan tol.

Tapi mudik bukan sekadar macet. Tingginya jumlah kendaraan bermotor dan rendahnya kedisiplinan pemakaian jalan membuat mudik selalu memakan korban. Meski turun 11 persen dibanding tahun sebelumnya, jumlah kecelakaan selama masa mudik Lebaran 2022 sebanyak 3.457 kejadian.

Kebijakan-kebijakan antisipasi selama mudik semestinya jadi perhatian pemerintah. Misalnya, mengatur waktu libur sekolah sebelum dan setelah Lebaran. Mempercepat libur dan kebijakan belajar di rumah akan mendorong mudik awal dan menahan arus balik. PT Jasa Marga, BUMN layanan jalan, memperkirakan jumlah kendaraan arus balik tahun ini naik 5 persen.

Mudik telah menjadi tradisi di Indonesia. Tapi infrastruktur untuk menopang keamanan dan kenyamanannya tak sebanding dengan euforia masyarakat merayakannya. Padahal mudik menghidupkan ekonomi dan merekatkan hubungan sosial. Apalagi, setelah pandemi mereda, mudik semakin menggairahkan.

Anton Aprianto

Anton Aprianto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus