Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA tiga hal yang menarik perhatian kami untuk menonton film The
Message:
Pertama: adanya tulisan-tulisan pro dan kontra atas kemungkinan
pemutaran film tersebut di Indonesia.
Kedua: adanya publikasi (murah?) oleh pembajak dari Hanafi Black
Moslem di Washington dengan jalan menuntut dihentikannya
pemutaran film tersebut di Amerika.
Ketiga: tulisan sdr. Abdul Latif Muin (El Azhar University,
TEMPO 12 Maret 1977), Film The Message Menodai Kesueian Islam J.
Bulan Maret 1977, film tersebut diputar di salah satu bioskop di
Tokyo (edisi bahasa Inggeris). Kami memang sengaja menonton film
ini untuk mencocokkan tulisan-tulisan di atas. Apa yang kami
lihat dalam film tersebut, dan kesan-kesan yang kami dapat
secara keseluruhan adalah:
I. Dalam kata pengantarnya tertulis: film ini telah diapprove
oleh Universitas Al Azhar, Kairo (Departemen apa, tidak
dijelaskan). Selain itu juga disebut bahwa karena kepercayaan
Islam tidak membenarkan "personifikasi" dari Nabi Muhammad, maka
dalam film ini pribadi nabi tidak dinampakkan.
II. Memang, seperti disebut sdr. A.L. Muin, pada waktu dan
setelah menonton film tersebut kami diliputi rasa haru dan
bangga atas perjuangan Islam waktu itu, mengingat medan yang
dihadapi begitu berat. Tapi tidak seperti yang diceritakan sdr.
Muin, dalam film kami tidak melihat adegan Nabi: pada waktu
wahyu diturunkan, beliau dalam keadaan tidur (di gua Hira).
Apalagi adegan nabi dikelilingi wanita-wanita cantik, ini tidak
ada sama sekali (yang bener ah!). Entahlah kalau adegan initelah
dicut (dipotong) pada waktu diedit atau disensor. Tetapi kalau
memang demikian, maka ini cutting yang baik.
III. Setelah selesai menonton, tidak terkesan bahwa film ini
menggambarkar umat Islam sedang melakukan perjuangan menentang
perbedaan klas (seperti pengertian dalam paham Marxisme). Ke
sana saya adalah: film ini menggambar kan Islam menentang
rasialisme, penin dasan oleh suatu umat terhadap umat lain,
balas dendam, dan sebagainya, dan (sudah tentu) penyembahan
berhala. Juga nampak bahwa Nabi selalu mengu sahakan kedamaian
(peace).
IV. Patut direnungkan dan dikagumi juga, bahwa nabi, dalam
beberapa kali peperangan telah berhasil memanage dengan baik
soal-soal logistik pasukan (mengingat medan yang berat),
pengaturan siasat, atihan ketrampilan fisik anggota pasukan, dan
sebagainya dan sebagainya. Nabi memang tidak diperlihatkan dalam
film tersebut. Tetapi hal-hal ini patut direnungkan, sebab
kemenangan perang tersebut tidak dicapai hanya dengan miracle
(keajaiban, bantuan Tuhan) saja. Tetapi juga dengan usaha yang
gigih dan kerja keras.
V. Kesimpulan kami: film ini baik untuk diputar di Indonesia
("Baik" dalam arti untuk da'wah maupun untuk mempertebal iman
bukan dalam arti komersiil. Lepas dari latar belakang kehidupan
pribadi para pemain maupun pembuat film tersebut). Sudah tentu
kalau sebelum diputar, mau diteliti dulu oleh para ulama
(ahli-ahli agama) Indonesia, lebih baik lagi. Sehingga
bagian-bagian yang dirasa kurang sreg bisa dibereskan.
Ny. DARUDJAT
2-2-15, Senzoku
Meguro-ku, Tekyo. Japan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo