Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Gubernur riau: mencalonkan dengan ... gubernur riau: mencalonkan dengan ...

Menyimak berita berjudul ada noda darah di boneka, tempo 10 des '88, himron saheman, ketua dprd riau tidak perlu khawatir untuk pencalonan gubernur riau. bisa dimaklumi riau jadi rebutan mereka yang ambisi.

21 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah membaca dan menyimak berita berjudul "Ada Noda Darah di Boneka" (TEMPO, 10 Desember 198, Nasional), saya merasa kecewa dan prihatin. Kekecewaan itu terutama karena melihat kenyataan bagaimana pencalonan dan pemilihan itu dilaksanakan. Sebagai rakyat kecil, saya sangat tak mengerti mengapa Himron Saheman Ketua DPRD Riau, sampai khawatir, peristiwa Ismail Suko terulang. Sebagai ketua DPR, yang juga wakil rakyat, tidak seharusnya ia khawatir, cemas, atau dag-dig-dug. Toh siapa pun yang terpilih menjadi gubernur, mereka yang telah disetujui fraksi-fraksi di DPR. Entahlah, kalau Soeripto sudah di-SK-kan dari "atas". Kalau sudah demikian adanya, masih perlukah adanya calon-calon dan pemilihan? Ada lagi pernyataan Drs. Atar Sibero. Menurut bekas penjabat gubernur Riau ini, "DPRD Riau selalu membicarakan aspirasi masyarakat." Andaikan memang demikian, seharusnya Himron Saheman, yang mewakili rakyat Riau, akan mempertimbangkan surat-surat dari 11 organisasi masyarakat dan suara para tokoh masyarakat Riau. Sebab, merekalah yang lebih meneetahui, apa dan bagaimana masyarakat serta daerah Riau, daripada Himron Saheman sendiri. Bisa dimaklumi mengapa Riau menjadi ajang perebutan mereka yang berambisi duduk di kursi puncaknya. Sebab, semua orang mengetahui bahwa Provinsi Riau mempunyai ladang minyak terbesar di Asia Tenggara dan penghasil atau penyumbang hampir separuh (45%) dari pendapatan atau devisa negara. Juga tiap kabupaten dan kota madya di Provinsi Riau mempunyai primadona komoditi ekspor. Ironisnya, kondisi ekonomi dan masyarakat Riau: 17% dari 3 juta penduduk Riau merupakan penduduk termiskin di Sumatera. Mengapa 17% dari penduduk Riau terpacak di peringkat paling miskin di Sumatera? Sebagai rakyat kecil dan awam, wajar bila saya menginginkan penjelasan mengenai masalah di atas dari mereka yang mengetahui. Soal boneka, jarum, dan darah janganlah hendaknya sampai bersifat "Lalu angin, lalulah dia". (Nama dan alamat pada Redaksi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus