Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

kolom

Menimbang Kinerja Riil Inflasi 2023

Haryo Kuncoro, guru besar dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta, menjelaskan mengapa inflasi tahunan 2023 rendah.

8 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Inflasi nasional tahunan 2023 mencapai posisi terendah dalam dua dekade terakhir.

  • Namun inflasi pada Desember 2023 secara bulanan justru tertinggi sepanjang tahun.

  • Rendahnya inflasi tahunan itu karena keberhasilan otoritas ekonomi dalam mengendalikan inflasi.

Haryo Kuncoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rilis data inflasi pada awal tahun baru 2024 agaknya menghadirkan nuansa kontras. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi nasional per Desember 2023 menembus 2,61 persen secara tahunan. Tingkat inflasi tersebut merupakan posisi terendah dalam dua dekade terakhir di luar periode saat terkena dampak pandemi Covid-19.

Sementara itu, inflasi pada Desember 2023 secara bulanan mencapai 0,41 persen. Angka tersebut merupakan level tertinggi sepanjang tahun lalu. Kontrasnya inflasi tahunan dengan label “tertinggi” versus inflasi bulanan dengan atribut “terendah” itu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya performa riil inflasi Indonesia.

Rendahnya inflasi tahunan tersebut sangat boleh jadi karena keberhasilan otoritas ekonomi dalam mengendalikan inflasi. Ruang gerak Bank Indonesia, yang terbatas di area permintaan, dapat diimbangi oleh bauran kebijakan kementerian/lembaga terkait dari sisi pasokan sehingga inflasi terjaga sesuai dengan interval target.

Klaim kesuksesan menjinakkan inflasi agaknya tidak mengada-ada. Selama 2023, ketidakpastian global masih tinggi. Persaingan hegemoni ekonomi dunia antara Amerika Serikat-Cina, konflik di Eropa Timur, dan perang di Timur Tengah telah mengancam eskalasi global. Imbas faktor eksternal itu bermuara pada kenaikan harga komoditas impor.

Inflasi impor yang berada di luar kendali berpadu dengan fenomena El Nino di dalam negeri. Akumulasi kedua faktor eksogen tersebut berpotensi memicu gejolak inflasi domestik lebih liar lagi. Karena itu, rendahnya inflasi tahunan bisa dipandang sebagai buah sinergi kebijakan pengendalian inflasi lintas sektor.

Namun demikian, rendahnya inflasi tahunan 2023 juga dimungkinkan lantaran basisnya yang memang sudah tinggi. Pada 2022, misalnya, ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sesuai dengan tenggat durasinya, tingkat inflasi akan menurun secara bertahap berselang satu tahun setelah kenaikan harga BBM tadi.

Sementara itu, tingginya inflasi bulanan pada Desember 2023 didorong oleh kenaikan harga pangan yang bergejolak. Harga cabai merah, cabai rawit, tomat, dan bawang merah terus menanjak dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan harga itu menyusul harga beras dan telur yang sudah lebih dulu melejit.

Dengan demikian, fenomena inflasi pangan sejatinya masih menyimpan “bom waktu”. Lagi-lagi kontras terjadi. Inflasi pangan sebelumnya masih bisa diprediksi sejak dini karena berpola siklikal, musiman, dan temporer. Namun tampaknya hal itu kini sudah bergeser ke mode permanen yang bisa meledak setiap saat.

Pada titik ini, klaim keberhasilan pengendalian inflasi masih bisa diperdebatkan. Tiap pihak tetap memiliki dasar pemikiran yang kuat. Argumen yang berbeda menghasilkan kesimpulan yang berlainan dan bahkan berlawanan. Pada gilirannya, kesimpulan yang berbeda memberikan rekomendasi yang tidak sama pula.

Terlepas dari keabsahan tiap klaim di atas, membandingkan kinerja inflasi tahunan dan bulanan sejatinya tidaklah adil. Hasil penghitungan inflasi tahunan toh mencakup 12 bulan ke belakang, sedangkan inflasi bulanan merentang hanya satu bulan ke belakang.

Dengan demikian, sangat masuk akal bahwa inflasi tahunan biasanya lebih “halus”. Sebaliknya, inflasi bulanan niscaya lebih “patah-patah”. Artinya, pengamatan inflasi yang mendasarkan diri hanya pada indikator inflasi tahunan bisa keliru arah lantaran menafikan dinamika lekuk inflasi yang terjadi pada bulan demi bulan.

Dengan alur logika itu, besaran inflasi perlu dipersamakan lebih dulu dimensi waktunya. Mengambil contoh di atas, inflasi bulanan 0,41 persen diekuivalenkan dengan 4,92 persen “setahun”. Dengan prosedur yang sama, inflasi tahunan 2,61 persen dapat disepadankan dengan 0,22 persen secara “bulanan”.

Walhasil, inflasi tahunan yang asli tampak terlalu rendah (underestimated), sedangkan inflasi bulanan yang asli terlalu tinggi (overestimated). Ketidaksesuaian inflasi semacam ini membawa implikasi yang tidak ringan terhadap efektivitas kebijakan. Bagaimanapun, mayoritas kebijakan ekonomi makro diturunkan dari indikator inflasi.

Inflasi adalah output penghitungan statistik. Sebagai data statistik, inflasi bersifat “netral”. “Ketidaknetralan” inflasi semata-mata karena penafsiran dengan argumen yang sepihak pula. Konkretnya, pemangku kepentingan data inflasi dituntut cerdas menyikapi setiap kemungkinan perbedaan interpretasi yang muncul.

Dengan demikian, kinerja riil inflasi nasional harus dinilai dengan mengedepankan obyektivitas tanpa pretensi apa pun. Pada akhirnya, lewat kemampuan berlogika yang komprehensif, data inflasi BPS senantiasa menawarkan manfaat informasi bagi kesejahteraan khalayak, alih-alih memancing kontradiksi publik.


PENGUMUMAN

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebut lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan nomor kontak dan CV ringkas.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus