Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Percakapan tentang lingkungan

Hutan perlu dilestarikan. kehidupan manusia sangat ditentukan oleh kondisi tanah, tersedianya air sepanjang tahun dan iklim yang belum rusak. flora dan fauna harus berhubungan dan hidup dengan serasi.

18 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAU membangun atau mau lingkungan? Dulu pembangunan dapat memaksimumkan rancangan. Karena hanya wajib memikirkan soal teknis. Kemarin, masih lumayan. Masih dapat mengoptimumkan program, setelah di samping teknis harus juga ada pertimbangan ekonomis. Lalu ada pertimbangan sosial, budaya, politis. Nah sekarang ada satu lagi. Biarpun teknis yahud, ekonomis oke, sosial, budaya, dan politis bisa, masih mesti tambah satu perkara lagi. Lingkungan hidupis. Lalu apa lagi nama kriteria rancangan pembangunan semacam itu? - Barangkali kriteria pembangunan yang seimbang, selaras dan serasi Pak. + Soal hutan misalnya. Bukankah dari Kitab Suci sampai Konstitusi menegaskan kekayaan alam mesti dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran? Menebang hutan dikatakan merusak lingkungan, menghancurkan potensi sumber hayati, erosi, dan entah apa lagi. Siapa yang bilang hutan kesepakatan 35% dari luas penggunaan tana4 daratan? Siapa yang membuat kesepakatan Itu? Penjajah, atau patriot? - Akal sehat barangkali Pak. + Mana ada di Negeri Belanda, apalagi Arab Saudi, hutan sebanyak itu. Kok orangnya bisa gede-gede juga. Bisa pada bewokan lagi. Akal sehat apa itu. - Negeri Belanda mungkin menghitungnya dari Kontinen Eropa Pak. Arab Saudi konon dulu banyak hutan juga, yang sisanya sebagian sekarang terpendam jadi minyak. Cuma karena ditebang terus sekuat kantung, yang tertinggal ialah alam tempat rumput saja sulit tumbuh. Barangkali anak cucu kita ingin tinggal bukan di padang pasir seperti Saudi Pak. + Ah masak iya? Dari zaman Pendawa orang Jawa sudah membabat hutan. Kok tidak dimarahi dewa. Baru sekarang orang membabat hutan dikatakan merusak oleh Erna. - Karena mungkin kita ingin lestari Pak. Tidak punah seperti keturunan Pendawa. Kehidupan kita sangat ditentukan oleh kondisi tanah, tersedianya air sepanjang tahun, dan iklim yang belum rusak Pak. Kelestarian dan keseimbangan lingkungan, kata orang, ada hubungan dengan keserasian hidup berdampingan antara berbagai flora dan fauna yang ada Pak. + Ambillah soal perlindungan binatang langka. Bukankah itu omong kosong yang sia-sia. Harimau, gajah, kupu-kupu, kenapa mesti mengalahkan kepentingan manusia? - Karena dunia cuma satu Pak. Keberagaman satwa dan tanaman dilihat dalam kerangka semesta. Menurut aljabar lingkungan, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian itu berbanding lurus dengan keberagaman. Maka segala usaha lingkungan diarahkan sekurang-kurangnya pada mempertahankan ragam yang ada syukur dapat memperkaya Pak. + Apa kamu sudah pernah melihat sendiri harimau Jawa, gajah Sumatera atau kupu-kupu Seram yang kamu mau lindungi itu? - Maaf belum, eh, sudah deh Pak. Di kebun binatang. + Kalau belum lihat sendiri jangan ngomong. Saya sudah lihat sendiri. Harimau Jawa masih banyak. Malah ada yang putih. - Di mana Bapak lihat macan Jawa yang putih, Pak? + Di sandiwara ketoprak, lakon Macan Lodoyo. - Wah, itu macan kampung yang doyan nasi Pak. + Apa lagi. Soal cemara kate di Bali, yang dimasalahkan waktu merencanakan pembangunan pembangkit listrik panas bumi. Kalia ini ada-ada saja. Banyak cemara jangkung, kenapa yang kate dimasalahkan ? - Kata orang, di seluruh dunia hanya ada di Bali Pak. Jadi sesuai dengan doktrin mempertahankan keberagaman flora semesta Pak. + Enceng gondok dan alang-alang kenapa tidak dilestarikan sekalian? Kan juga lucu bentuknya. Kalau kepepet ada juga gunanya. - Cemara kate, melindungi habitat gunung, mencegah erosi dan melestarikan keindahan bukit dan pegunungan di Bali yang elok permai Pak. Satu-satunya di dunia. Katanya Bali mau dipertahankan sebagai pulau taman, Pak? Enceng gondok dan alang-alang kalau terlalu banyak mengganggu kehidupan lainnya Pak. + Pilih mana, listrik atau gunung? - Anu, Pak, pilih semua. Dua-duanya. Cuma listrik, orang bisa bikin dengan tenaga air, matahari, diesel, mungkin juga nuklir. Sedang gunung, hutan, dan taman alam, saya tidak tahu apa Bapak bisa bikin. + Bisa. Nenek moyang saya dulu pekerjaannya membuat gunung memindah taman alam, menyulap hutan jadi duit, eh, jadi taman. Bahkan menurunkannya dari langit. - Siapa Pak nenek moyang Bapak itu? + Lho, belum tahu to? Kan Mbah Sukrosono, adik Patih Sumantri. Dulu pejabat resmi negeri ini di bawah Bapak Harjuno Sosrobahu. - Wah, itu kan wayang kulit Pak. + Ada lagi. Selalu saja orang lingkungan memasalahkan tanah pemukiman transmiran. Padahal sudah diketahui Jawa padat penduduk mesti dipindah. Sudah diketahui pula, memang mutu tanah di Kalimantan, Sulawesi, umumnya tidak sebaik di Jawa. Apa sih maunya? - Mau memberitahu, kondisi tanah di beberapa daerah transmigran amat buruk. Di sementara tempat, menurut istilah transmigran sendiri, sitinipun taksih prawan lahan masih perawan. Pe-hanya masih tinggi. Bapak tahu itu. + Tentu saja saya harus tahu. Memang Siti Lahan masih perawan. Tetapi setahu saya behanya tidak terlalu tinggi. Juga tidak besar ukurannya. Saya tahu itu. - A, anu, Pak. Bukan beha, tetapi peha, kadar keasaman kandungan tanahnya Pak. + Sekarang ganti saya yang tanya. Kenapa Wahana Lingkungan Hidup tidak mengajak saya? Bukankah saya juga bernapas. Saya toh perlu udara bersih dari polusi. Manusia seperti kita inilah makhluk yang paling berkepentingan dalam soal lingkungan. Bagaimana komentar Anda tentang Jalan Thamrin di Jakarta yang ditutup tiap hari Minggu pukul lima sampai pukul tujuh pagi. Bukankah itu juga gerakan lingkungan? - Baik sekali Pak. Itu semua saya setuju sekali Pak. Cuma, sayangnya, kita ini semua mesti bernapas terus. Di mana saja, kapan saja, sampai tua. Tidak hanya di Jalan Thamrin. Bukan hanya pejalan kaki pagi. Apalagi kalau mau bernapas saja mesti dijatah cuma dari pukul lima sampai pukul tujuh pagi. Di sekitar pabrik panci, pembakaran kapur, pabrik semen, kawasan industri, keramaian lalu lintas kota atau pertambangan. Di desa dan di kota. Semua orang perlu bernapas terus. Sampai Jibril memberitahu boleh istirahat bernapas. Lagi pula, orang bukan cuma dapat dicukupi kebutuhan hidupnya dengan dupa dan udara. Ia juga butuh makan yang cukup dan bermuti, minum air bersih dan tidak tercemar, berlindung di alam yang teduh dan nyaman, hidup sehat jasmani dan rohani, bergaul dengan sesama, bercengkerama dengan flora dan fauna, dan rasa aman lingkungan yang dapat diwariskan kepada anak cucu. Untuk itulah kita ber-Wahana, Pak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus