Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Perlu Cergas di Pasar Bebas

Perdagangan bebas ASEAN-Cina dimulai pada awal 2010. Penundaan perlu, tapi sejumlah industri kita mesti dirombak.

21 Desember 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBIJAKAN pemerintah Indonesia terhadap perjanjian perdagangan bebas Asean-Cina sudah tepat. Meskipun setuju menjalankan kesepakat­an menghapus bea masuk barang keluar-masuk mulai 1 Januari 2010, pemerintah juga menunda pemberlakuan kesepakatan untuk sejumlah industri tertentu. Pemerintah akan berunding kembali, dengan sesama negara Asean dan Cina, tentang modifikasi dan penundaan 303 dari 8.000 pos tarif yang ada dalam perjanjian.

Salah satu pasal perjanjian Asean-Cina memang memungkinkan suatu negara mengajukan modifikasi­ atau suspensi bila industri dalam negerinya terancam. Pemerintah Indonesia rupanya menyadari bahwa sejumlah industri lokal masih perlu dilindungi karena belum mampu bersaing. Bila kesepakatan diberlakukan awal tahun mendatang, jelas sejumlah industri dalam negeri bergelimpangan.

Serbuan barang Cina terbukti sulit dibendung. Produk tekstil Cina, misalnya, yang sekarang menguasai hampir separuh pasar kita—termasuk yang diduga masuk lewat jalur ”gelap”—akan semakin merajalela. Sektor besi dan baja lokal pun ketar-ketir menghadapi serbuan barang produksi Negeri Tembok Besar.

Bukan hanya Indonesia, Amerika Serikat yang ekonominya kuat pun gentar menghadapi ekspansi Cina. Setelah membuka diri dan bergabung dengan Organi­sasi Perdagangan Dunia (WTO) pada akhir 2001, Cina berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat.­ Produk Cina yang dikenal murah siap membanjiri dunia. Keterlibatan Cina dalam berbagai perjanjian perdagangan bebas, baik bilateral maupun regional, adalah bukti agresivitas Cina.

Pemerintah Indonesia benar-benar perlu mengambil langkah cergas dan strategis. Perdagangan bebas ha­rus benar-benar digunakan sebagai kesempatan memajukan industri Indonesia. Semata-mata membuka pintu lebar-lebar bagi masuknya barang asing, tanpa usaha memperbaiki struktur industri agar efisien, hanya akan menjadikan negeri ini surga baru bagi produk asing. Pemerintah mesti membuat pemetaan kekuatan dan kelemahan industri kita, dan menyusun kebijakan untuk perbaikan sesuai dengan ”audit” industri tersebut.

Perangkat lain yang harus dipersiapkan adalah meng­optimalkan fungsi Komite Anti-Dumping Indonesia, untuk memastikan terlaksananya perdagangan yang fair. Lembaga safeguard lain, seperti Standar Nasio­nal Indonesia dan lembaga pengawas makanan, juga wajib lebih berdaya, untuk mengawasi kelayakan berbagai produk dari luar yang semakin beragam.

Waktu tersisa yang sangat sempit ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sembari bernegosiasi, peme­rintah mesti mendorong dan memberikan kemudahan bagi industri yang memang siap bersaing. Sebaliknya, industri yang hanya pandai merengek minta fasilitas, tapi tetap tak efisien, tak perlu terus dimanjakan. Perhatian lebih perlu diberikan pada industri tekstil dan baja, yang akan langsung berhadapan dengan industri Cina, yang luar biasa efisien.

Indonesia tidak hanya berhadapan dengan Cina. Perdagangan bebas merupakan tren global. Selain terikat perjanjian Asean-Cina, Indonesia punya perjanjian perdagangan bebas dengan India, Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, dan Australia. Belum lagi ada perjanjian antar-anggota Asean lain dalam Asean Free Trade Area.

Perdagangan bebas membuka kesempatan setara bagi tiap negara peserta. Pernyataan ini benar di atas kertas. Faktanya, negara yang berdaya saing kuatlah yang menangguk manfaat paling besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus