Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Promising Young Woman
Sutradara: Emerald Fennell
Skenario: Emerald Fennell
Pemain: Carey Mulligan, Bo Burnham, Alison Brie, Jennifer Coolidge, Laverne Cox, Connie Britton
Namanya Cassandra Thomas. Sehari-hari dia dipanggil Cassie. Dari pagi sampai sore, Cassie (Carey Mulligan) bekerja di sebuah kafe kecil milik Gail (Laverne Cox), atasannya sekaligus satu-satunya kawan yang dia miliki. Pada malam hari, Cassie sudah siap dengan perangkat yang berbeda: berdandan cantik ke sebuah klub dengan tas, notes kecil, dan bolpen untuk mencatat apakah malam itu dia sukses atau gagal. Dia akan bertingkah setengah mabuk. Dan ketika seorang lelaki berwajah ‘baik-baik’ berlagak memapahnya dan ‘membantunya’ untuk pulang, di titik itulah Cassie kemudian berubah menjadi seorang ‘superhero’. Superhero bagi para perempuan.
Apakah Cassie seorang superhero atau seorang perempuan yang penuh dendam belaka?
Sutradara dan penulis skenario Emerald Fennell membangun sebuah cerita yang dimulai dari klimaks. Kisah latar tentang tragedi tujuh tahun sebelumnya tidak disajikan dengan kilas balik sebagaimana film-film konvensional. Melalui dialog kita perlahan mengetahui di masa lalu Cassie dan sahabatnya Nina Fisher adalah mahasisiwa fakultas kedokteran yang brilian.
Tetapi cita-cita mereka menjadi dokter yang ternyata patah di jalan. Penyebabnya? Sutradara Emerald Fennell menyajikan adegan demi adegan, kejutan demi kejutan yang kemudian membangun pemahaman mengapa Cassie Thomas yang brilian itu harus drop out dari sekolah kedokteran dan mengapa dia kemudian mempunyai rancangan besar untuk sebuah pembalasan terencana.
Membunuh? Tidak. Itu terlalu mudah, dan para rombongan pemuda keji yang memperkosa Nina Fisher beramai-ramai itu tak akan merasakan penderitaan Nina. Daftar orang-orang yang dianggap bertanggung-jawab selain para lelaki yang melakukan gang-rape dan bersorak sorai itu juga mereka yang –sengaja atau tak sengaja—melindungi kelakuan itu. Nina sebagai korban yang dirawat dan ditemani Cassie akhirnya mengakhiri hidupnya. Dan sejak itulah Cassie merancang kesumat cukup bermodalkan sebuah buku notes kecil dan keberanian tiada tara. Salah satu dari daftar rancangan balas dendam itu: ‘menghajar’ lelaki yang menganggap “akan asyik meniduri perempuan mabok”; lelaki yang berlagak tak paham bahwa itu adalah tindak perkosaan yang sangat menjijikkan.
Lalu apakah sepanjang film kita cuma menyaksikan serangkaian tindakan ‘vigilante’ Cassie? Tentu saja tidak. Itu ‘hanya’ masa lalu yang menjadi langkah awal. Kita juga akan menyaksikan Cassie mengunjungi sang dekan (perempuan), kawan-kawan yang sama sekali tak percaya pada peristiwa perkosaan itu (juga perempuan). Adegan-adegan ini membuat film ini menjadi semakin menyakitkan karena Emerald Fennell ingin memperlihatkan betapa perkosaan sering sekali terjadi dan pelakunya terlindungi karena lingkungan patriarkis (yang juga terdiri dari perempuan) memilih untuk menyangkal atau tak peduli dengan kebenaran.
Yang istimewa adalah Emerald Fennell menyajikan kisah gelap ini di atas kanvas dengan warna-warni pastel: merah jambu, kuning muda, es krim dan gula-gula. Sementara hits lama seperti “Toxic” yang dulu dinyanyikan Britney Spear diberi aransemen baru, dengan gesekan biola yang mengubah lagu ini menjadi gelap dan menggugat.
Warna menjadi Cassie selalu mengenakan baju manis, rambut dikepang atau mengenakan jepitan atau bando (pada siang hari). Siang hari selalu digambarkan dengan segala yang manis dan polos. Begitu malam turun, Cassie kemudian berubah penampilan. Dia pergi ke klub dan ‘bertingkah’ seperti orang mabuk dan…seterusnya.
Tigaperempat film ini sama sekali tak bisa dikisahkan di sini, karena Emerald Fennell mengungkap setiap adegan dengan ledakan dinamit. Setiap langkah Emerald begitu terencana, menegangkan hingga—tak peduli kita setuju atau tak setuju dengan keputusannya—kita membelanya, menginginkan dia selamat dan bisa menghela napas di ujung hidupnya. Tetapi Emerald Fennell subversif terhadap ceritanya sendiri. Meski dia menyajikan kanvas dengan visual penuh warna manis, hidup bukanlah dongeng.
Selain berbagai festival film, Academy Awards 2021 baru saja mengumumkan film ini menerima lima nominasi, termasuk Film, Sutradara, Skenario, dan Aktris Terbaik. Ini adalah sebuah peristiwa fenomenal karena film Promising Young Woman adalah debut Emerald Fennell sebagai sutradara film. Ia adalah satu dari tujuh perempuan yang pernah dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik dalam sejarah Academy Awards. Sebelumnya , Fennel dikenal sebagai sutradara dan showrunner serial “Killing Eve” musim tayang kedua. Ia juga dikenal sebagai aktris yang memerankan Camilla Parker-Bowles dalam serial Neflix “The Crown”. Film yang baru saja tayang di bioskop di Amerika Serikat tahun lalu akhirnya didistribusikan melalui blu-ray.
Bukan hanya karena tema film ini penting, maka saya menjagoinya, tetapi karena Emerald Fennell memang melawan konvensi sinematik Hollywood yang sudah biasa dijejalkan ke wajah kita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film Promising Young Woman. Foto: imdb
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini