Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya merasa perlu mengomentari pernyataan Menteri B.J. Habibie atas jatuhnya pesawat CN 235 Merpati. Ia langsung mengatakan bahwa kecelakaan terjadi karena kesalahan pilot, padahal belum ada penyelidikan, apalagi pernyataan resmi dari Merpati mengenai penyebab kecelakaan. Lazimnya, penyebab baru bisa ditentukan hanya setelah kotak hitam ditemukan. Seorang juru bicara Merpati mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengetahui penyebab kecelakaan. Pernyataan Habibie yang terlalu dini menunjukkan sikap defensif seorang teknokrat-birokrat yang menjurus kepada arogansi kekuasaan. Apakah Habibie berbicara sebagai menteri atau sebagai direktur utama IPTN? Sebagai seorang ahli, seharusnya ia tahu bahwa pesawat yang gres, baru keluar dari pabrik, pun bisa saja ada cacatnya. Ini berlaku bagi semua komoditi industri. Kecelakaan kapal udara bisa terjadi karena begitu banyak faktor: kerusakan mesin, kelainan pesawat, cuaca buruk yang sukar diramal, di samping kesalahan manusia (bisa pilot, bisa teknisi), dan bisa juga kombinasi dari berbagai faktor. Adalah sangat gegabah untuk langsung menunjuk kepada pilot yang dikenal semasa karirnya sebagai pilot yang baik (pernah terbang dan mendarat hanya dengan satu mesin karena yang satu rusak), dan yang juga tewas dalam kecelakaan tersebut. Bagaimana Fierda, dalam keadaannya yang sekarang, bisa membela dirinya? Pernyataan yang dibuat Habibie, selain gegabah, defensif, dan tidak simpatik, juga bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pilot, terutama dalam hal ini seorang pilot wanita yang masih langka di Indonesia. Musibah semacam ini membutuhkan penanganan yang peka. Jika Pemerintah merasa perlu memberikan pernyataan resmi, seyogianya tugas ini jangan diberikan kepada seorang menteri teknokrat yang punya kepentingan membela perusahaan yang dipimpinnya. J.I. SURYAKUSUMA Jalan Sindanglaya G4/7 Puri Cinere Sawangan 16514
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo