Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Sikap lama terhadap sistem baru

Flexible manufacturing system merupakan sistem yang memerlukan manajemen & mirip pabrik miniatur yang tiap instalasi memproduksi dalam jumlah kecil. jepang unggul dalam hal ini. fms tak cocok untuk masa lalu.

19 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBERAPA luweskah sebenarnya flexible manufacturing system (FMS) seperti yang sekarang makin banyak didengung-dengungkan? Janganlah terburu nafsu dan bereaksi terhadap label flexible itu. Sebuah penelitian yang dilakukan Ramchandran Jaikumar, seorang profesor di Harvard University, menemukan bahwa setiap FMS di Jepang menghasilkan 93 macam suku produk, sedangkan FMS di Amerika Serikat rata-rata hanya menghasilkan 10 macam suku produk. Setiap suku produk di Amerika Serikat itu rata-rata diproduksi 1.727 unit, dan keluwesan FMS Jepang bisa membuat tiap suku produk hanya dibuat rata-rata 258 unit saja. Sistem itu tidak cukup merangsang kelahiran produk baru di Amerika Serikat. Untuk setiap produk baru yang dihasilkan sistem ini di Amerika Serikat, oran Tean ran mengunakan FMS telah memperkenalkan 22 produk baru. Padahal, FMS dirancang Amerika Serikat sejak awal 1970-an untuk memperkecil kesenjangan persaingannya dengan Jepang. Dengan menanam modal besar untuk menemukan teknologi otomatisasi yang luwes, mereka berharap dapat mengalahkan Jepang. Teknologi itu memang akhirnya mereka temukan. Segala pus-pas pun mengelilingi bola dunia membawa nama baru sistem yang diagul-agulkan itu: FMS. Tetapi mempunyai teknologi dan memakainya secara benar adalah dua hal yang sungguh berbeda. Angka-angka yang ditemukan penelitian Jaikumar itu menunjukkan bahwa para industriwan Amerika Serikat memakai FMS yang computerized itu tetap dengan sikap lama mereka: volume tinggi dan jenis/variasi produk sekecil-kecilnya. Penelitian itu menunjukkan bahwa perbedaan antara Amerika Serikat dan Jepang tidaklah terletak pada sarana produksi yang digunakan, tetapi cara bagaimana mereka mengelolanya. FMS telah menggeser arena pertempuran dan manufakturing ke perekayasaan. Sekalipun memakai nama flexible manufacturing system, para industriwan ternyata tak dapat memakai teknologi information-intensive processing itu secara luwes. FMS sebenarnya mirip dengan pabrik-pabrik miniatur. Tiap instalasi memproduksi dalam jumlah kecil, dan siap untuk diubah guna memproduksi suku produk lain. Amerika Serikat memang terbukti sudah kedodoran pada saat ini. Upaya memperbaiki posisi dapat saja dicapai tanpa melakukan investasi baru, tetapi mengubah pendekatan pemanfaatan sarana-sarana baru itu dalam lingkungan manufakturing yang baru. Jepang sendiri ternyata sudah melejit terlampau jauh. Dalam lima tahun terakhir ini saja, Jepang bahkan sudah melampaui Amerika Serikat dalam FMS, dengan perbandingan 2:1. Dari seluruh instalasi FMS di dunia, 40%-nya terdapat di Jepang. Di Jepang, lebih dari 40% tenaga yang melayani instalasi FMS adalah sarjana. Sedangkan di Amerika Serikat hanya 8% sarjana yang terlibat. Waktu untuk melatih tenaga baru bekerja dengan FMS pun di Jepang berlangsung tiga kali lebih lama daripada di Amerika Serikat. Semua itu, tentu saja, menciptakan perbedaan pada pencapaian sasarannya. Keunggulan teknologi pada industri modern saat ini dilandasi oleh dua hal pokok: tersedianya tenaga terampil dan tersedianya mesin-mesin dasar yang memadai. Tetapi, tanpa manajemen dan kepemimpinan, mustahil keunggulan teknologi itu tercapai. FMS sendiri merupakan sistem yang sangat memerlukan manajemen. Seperti dijelaskan terdahulu, ia sebenarnya merupakan pabrik miniatur tempat semuanya berjalan secara otomatis. Sistem ini merupakan pengelompokan dari beberapa workstations semiindependen yang dikendalikan komputer. Tiap kelompok dihubungkan dengan sistem penanganan bahan/suku produk secara otomatis. Sistem ini menghasilkan downtime mesin yang lebih rendah dan meningkatkan produktivitas secara optimal. Tetapi yang terpenting adalah bahwa sistem ini terutama unggul untuk produksi bervolume rendah. Unsur inilah yang justru banyak diabaikan. Manajemen lebih sering menganggap FMS tak ubahnya seperti mesin-mesin lain yang dipacu untuk menghasilkan volume tinggi dengan produkproduk standar. Memakai sistem FMS dengan cara seperti itu tadi, menurut Jaikumar, adalah qeworse than wrong -- lebih buruk daripada melakukan kesalahan. Lantas, apa yang dapat dilakukan manajemen bila ia mempunyai FMS? Yang jelas, kembali ke gagasan dasar FMS itu sendiri. Karena itu, jangan berpikir besar-besaran. Industri besar yang dikembangkan secara linier sudah menjadi usang pada saat sekarang. Industri modern adalah agregat dari instalasi-instalasi kecil FMS yang dihubungkan secara elektronik dan terkendali oleh komputer. FMS adalah realitas masa kini yang memang tak cocok lagi bila ditangani dengan asumsi masa lalu. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus