Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketika jutaan penduduk Indonesia harap-harap cemas menunggu jatah perdana suntikan vaksin Covid-19, sejumlah pejabat publik tanpa malu-malu menerima suntikan ketiga atau vaksin penguat (booster) bikinan Moderna. Kita tahu, vaksin ketiga seharusnya hanya untuk para tenaga kesehatan yang bertaruh nyawa merawat pasien Covid-19. Tidak hanya melanggar etika, perilaku para pejabat itu juga menunjukkan wajah arogan dan egoistis kekuasaan.
Skandal vaksin booster ini terungkap dalam percakapan ringan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Presiden Joko Widodo di Samarinda, Kalimantan Timur, 24 Agustus lalu. Percakapan yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Sekretariat Kabinet itu belakangan buru-buru disunting, lalu diunggah lagi. Tentu saja, dalam versi revisi, percakapan Gubernur Isran, Panglima, dan Presiden soal vaksin penguat itu sudah tak ada lagi. Penyuntingan serampangan itu menunjukkan bahwa pemerintah berusaha menutup-nutupi insiden memalukan tersebut.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo