Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Alkisah, ketika berpidato, seorang presiden keseleo lidah. Lalu sebagian rakyatnya yang terlampau sensitif marah-marah. Para pembantu presiden berusaha meredakan kegaduhan itu, tapi dengan cara yang salah. Alih-alih mereda, cekcok di ruang publik pun kian ramai saja. Sialnya, itu bukan kisah rekaan di negeri antah-berantah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo