ROB juga menyerbu Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, sekitar 2 kilometer dari Semarang. Di sini tak hanya jalan beton yang rusak, bangunan puskesmas dan sekolah dasar pun sengsara. Sebagai ganti gedung SD bantuan pemerintah itu, dibangunlah sekolah versi rumah panggung. Untuk masuk kelas, para murid SD yang hanya memiliki tiga kelas itu harus lepas alas kaki.
Masuknya pun tak bisa serempak, dan terserak-serak. "Kelas satu dan dua masuknya bergantian, kelas lima belajar di balai desa, dan kelas enam menumpang di SD Bedono II," kata Sajimin, Kepala Desa Bedono. Dari 20 desa di Kecamatan Sayung, Bedono paling parah dilanda rob. Sekitar 20 tahun lalu desa yang memiliki tujuh dusun ini luasnya 750 kilometer persegi. Kini tinggal separuhnya. "Penduduknya juga banyak yang pindah ke tempat lain," kata Sajimin.
Jika rob muncul, dusun-dusun di situ tiba-tiba seperti menjauh. Jalan yang menghubungkan antar-dusun "hilang" tertutup rob. Tak ada kendaraan yang berani lewat, khawatir tersaruk ke luar jalan atau tersungkur ke bekas areal tambak penduduk. "Kalau bukan penduduk sini, lebih baik jalan kaki," kata Sajimin. Pada 2001, di Dusun Morosari pernah dibuat dam sepanjang 250 meter dengan lebar 3 meter dan tinggi 1 meter. Alih-alih mampu membendung rob, dam itu malah jebol. Tahun lalu dilakukan pula pembetonan sejumlah ruas jalan di desa itu. "Ya?, rusak juga," ujar Sajimin.
Eddie Djatmiko, Camat Sayung, kini harus berhadapan dengan tuntutan sejumlah warga Desa Bedono yang minta dipindahkan ke dusun lain. "Tidak mungkin, karena sudah tak ada lahan kosong lagi," ujarnya. Untuk relokasi, Eddie menyebut ongkos sosialnya terlalu tinggi. "Warga di sini kan biasa menjadi petani tambak," ujarnya. Maka, kata Eddie, jika kelak tak ada lagi alternatif lain mengatasi rob, ia akan mengajak warganya membuat rumah panggung dan menikmati rob. "Ya, seperti rumah panggung di Kampung Laut di Sulawesi," tuturnya.
Dian Yuliastuti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini