Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus memantau perkembangan dari gempa yang terjadi pada hari Selasa, 25 April 2023, pukul 03.00.57 WIB, di wilayah pantai barat Sumatra. Gempa tersebut memiliki magnitudo 7,3 yang diperbaharui menjadi 6,9.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BMKG mencatat 10 gempa susulan setelah adanya gempa utama. “Hingga pukul 05.45 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 10 aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar M5,0,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada konferensi pers Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, gempa utama di segmen Mentawai Siberut tidak langsung terjadi begitu saja, namun ada getaran beberapa hari sebelumnya. Hal yang menjadi pertanyaan, mengenai kemungkinan gempa memicu segmen di sekitarnya.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, hal tersebut mungkin terjadi, namun dengan syarat dan ketentuan. Ia menjelaskan adanya teori tentang picuan, artinya jika ada gempa besar, terjadi perubahan stress positif, sehingga menimbulkan gangguan medan tegangan yang ada di sebelahnya. “Itu bisa terjadi jika segmen bersebelahan dengan yang posisinya sudah matang dan labil sehingga itu bisa terpicu,” jelasnya.
Ia memberi contoh kasus yang pernah terjadi pada gempa Lombok 2018. “Segmen gempa memicu segmen kanan kirinya,” kata Daryono. Namun, ia menambahkah bahwa harus dipastikan segmen yang ada didekatnya itu sedang matang maksimum dan labil, sehingga ketika mendapatkan motion maka ia akan melepaskan energi.
Kondisi yang terjadi pada zona Megathrust saat ini adalah segmen di sebelahnya belum maksimum medan tegangannya. Sedangkan di sebelah utara terdapat segmen Simeulue yang sudah rilis pada tahun 2004 dengan magnitudo 8,5 yang kemudian dikenal dengan tsunami Aceh.
Potensi Maksimal Belum Keluar
Daryono menjelaskan bahwa segmen Mentawai Siberut sudah mengalami kekosongan gempa sejak tahun 1700-an. "Catatan sejarah di zona ini, gempa terakhir yang pernah terjadi pada 10 Februari 1797 dengan berkekuatan magnitudo 8,5 di masa itu,” jelasnya.
Ia mengatakan dampak dari tsunami saat itu lebih dari 300 orang meninggal dunia. “Artinya kita sudah lebih dari 300 tahun tidak terjadi gempa besar, sehingga wajar kalau para ahli menjadikan ini sebagai zona the big one yang menjadi perhatian para ahli,” jelasnya. Diharapkan gempa yang terjadi signifikan, tetapi tidak destruktif dan tidak menimbulkan tsunami besar.
Daryono mengajak warga untuk memahami bahwa zona megathrust di barat Sumatra adalah zona yang aktif dan memiliki potensi gempa besar. Menurutnya, pemerintah, warga dan instansi terkait harus membangun sistem mitigasi.
Ia mengajak berbagai pihak menyiapkan berbagai hal yang terkait dengan infrastruktur dan kapasitas masyarakat, juga BPBD yang merespons info dan kewaspadaan termasuk persiapan informasi, penyebarluasan peringatan dini dan koordinasi di daerah untuk menghadapi ancaman gempa yang dapat datang kapan pun.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.