Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sisi Positif Perjanjian Paris tanpa Amerika

Trump menyatakan AS keluar dari Perjanjian Paris. Akan ada dampak buruk, tapi mungkin justru baik bagi mitigasi perubahan iklim.

4 Februari 2025 | 00.00 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbicara tentang peran AS dalam Perjanjian Paris, di Gedung Putih, Washington, AS, 1 Juni 2017. Reuters/Kevin Lamarque
material-symbols:fullscreenPerbesar
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbicara tentang peran AS dalam Perjanjian Paris, di Gedung Putih, Washington, AS, 1 Juni 2017. Reuters/Kevin Lamarque

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Donald Trump kembali membawa Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris.

  • Menengok lagi Perjanjian Paris dan masa ketika Donald Trump mengambil keputusan serupa sebelumnya.

  • Keputusan Trump ada kemungkinan menimbulkan persoalan, tapi bisa jadi justru baik untuk aksi mitigasi krisis iklim.

PADA hari pertamanya kembali menjabat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan pemberitahuan resmi bahwa negaranya keluar dari Perjanjian Paris—perjanjian global penting dalam upaya mengendalikan perubahan iklim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebelum menandatangani perintah tersebut, Trump menyampaikan alasannya kepada para pendukungnya yang bersorak-sorai dengan menggambarkan perjanjian global itu sebagai tipuan yang tidak adil dan sepihak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tentu saja ini bukan pertama kalinya Trump menarik Amerika dari Perjanjian Paris—ia pernah melakukannya pada 2017 di masa jabatan pertamanya.

Di satu sisi, langkah Trump itu merupakan pukulan telak bagi upaya aksi iklim global. Amerika merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedua di dunia setelah Cina. Negara ini sangat penting bagi upaya global untuk mencegah perubahan iklim.

Namun, mengingat penyangkalan Trump terhadap perubahan iklim, sebenarnya lebih baik Amerika tidak ikut serta dalam perundingan iklim internasional saat ia berkuasa. Dengan begitu, seluruh dunia dapat melanjutkan pekerjaan tanpa pengaruh Trump yang merusak.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang mengumumkan penarikan AS dari Perjanjian Paris, yang baru saja ditandatanganinya dalam parade pelantikannya sebagai presiden AS, di Washington, AS, 20 Januari 2025. Reuters/Amanda Perobelli

Penyegaran Singkat tentang Perjanjian Paris

Ditandatangani oleh 196 negara pada 2015, Perjanjian Paris merupakan traktat global pertama yang komprehensif untuk memerangi perubahan iklim. Sasaran utamanya adalah menahan peningkatan suhu global lebih dari 2 derajat Celsius di atas tingkat suhu pada masa pra-industri serta berupaya membatasi peningkatan hingga 1,5 derajat Celsius.

Para ilmuwan menyatakan pemenuhan target 1,5 derajat Celsius dengan lebih ambisius sangat penting karena peningkatan suhu yang melampaui ambang batas tersebut berisiko menimbulkan dampak perubahan iklim yang dahsyat, seperti kekeringan serta gelombang panas yang terjadi lebih sering dan parah.

Berdasarkan perjanjian tersebut, setiap negara harus membuat rencana nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca guna membantu mencapai target suhu global. Rencana ini dikenal sebagai kontribusi yang ditentukan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC).

Apa Arti Penarikan Diri Trump?

Di bawah kepemimpinan terakhir Trump, Amerika Serikat hanya keluar dari Perjanjian Paris selama empat bulan karena butuh waktu lama agar penarikan diri tersebut berlaku. Presiden Joe Biden bergabung kembali dalam perjanjian tersebut pada awal 2021.

Kali ini penarikan diri Amerika akan menjadi resmi lebih cepat—setelah satu tahun. Kemudian Negeri Abang Sam akan bergabung dengan Iran, Libya, dan Yaman sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tidak menjadi bagian dalam perjanjian tersebut.

Amerika dapat tetap menjadi bagian dalam Perjanjian Paris hingga Januari 2026. Artinya, Amerika dapat mencoba bernegosiasi dalam konferensi perubahan iklim atau COP30 di Brasil tahun ini.

COP30 merupakan acara besar. Di sanalah setiap negara akan menyampaikan kontribusi nasional baru yang telah ditetapkan. Penarikan diri Amerika berarti negara ini tidak mungkin membawa kontribusi baru dalam pertemuan tersebut—jika memang hadir.

Jika Amerika muncul, kehadirannya berpotensi mengganggu stabilitas negosiasi. Karena itu, menyingkirkan negosiator yang didukung Trump dari perundingan iklim ke depan merupakan cara terbaik.

Jika Amerika tetap berada di bawah Trump, para negosiatornya, misalnya, dapat berupaya melemahkan kesepakatan apa pun yang dicapai dalam pertemuan COP mendatang. Kita melihat taktik semacam itu dilakukan Arab Saudi dalam COP29 di Baku, Azerbaijan. Negara penghasil minyak itu berulang kali mengganggu perundingan dan, dalam satu contoh, berupaya mengubah teks penting dalam perjanjian tanpa konsultasi penuh.

Dengan tidak adanya Amerika, pihak-pihak lain dalam Perjanjian Paris memiliki peluang lebih baik untuk memajukan negosiasi iklim.

Pada tahap ini, tampaknya negara-negara lain tidak bersiap mengikuti Trump keluar dari Perjanjian Paris. Hal ini terjadi meskipun ada kontroversi dalam pembicaraan COP29, ketika Presiden Argentina Javier Milei memerintahkan negosiatornya mundur hanya beberapa hari setelahnya. Milei sebelumnya menggambarkan keadaan darurat iklim sebagai kebohongan sosialis.

Pada tahap ini, Trump belum menarik diri dari konvensi induk Perjanjian Paris, Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Jadi, setelah menarik diri dari kesepakatan Paris, Amerika masih dapat menghadiri pertemuan COP, tapi hanya sebagai pengamat.

Maju Terus dan ke Atas

Tentu saja ada dampak buruk penarikan diri Amerika Serikat dari Perjanjian Paris.

Dengan keluar dari Perjanjian Paris, Amerika tidak lagi diharuskan memberikan informasi terbaru tahunan tentang emisi gas rumah kacanya. Kurangnya transparansi ini mempersulit bagaimana dunia melacak pengurangan emisi secara keseluruhan.

Di bawah kepemimpinan Biden, Amerika memberikan kontribusi berupa dana untuk membantu negara-negara berkembang mengadopsi energi bersih dan mengatasi perubahan iklim—meskipun hasilnya kurang dari yang dijanjikan. Trump diperkirakan memangkas dana ini. Hal itu akan membuat negara-negara yang rentan berada dalam posisi yang lebih genting.

Meskipun terakhir kali Amerika secara teknis hanya keluar dari Perjanjian Paris dalam waktu singkat, proses tersebut tidak stabil. Hal itu melemahkan solidaritas internasional yang belum pernah terjadi dan mengirim pesan yang merusak tentang pentingnya aksi iklim.

Penarikan diri terbaru Trump merupakan pukulan serupa terhadap moral. Hal ini sangat menyakitkan bagi warga Amerika yang berjuang untuk aksi iklim dan mereka yang berupaya melawan dampaknya yang menghancurkan—yang terbaru adalah kebakaran yang tak terbayangkan di Los Angeles.

Kebakaran di Pacific Palisades, Los Angeles, California, 7 Januari 2025. Reuters/Daniel Cole

Namun penarikan diri Trump dapat dengan mudah dibatalkan oleh Presiden Amerika yang baru. Kita dapat berharap pihak-pihak lain dalam Perjanjian Paris, seperti Cina dan Uni Eropa, terus memainkan peran kepemimpinan dan akan mengisi kekosongan tersebut.

Terlebih, seperti yang telah dicatat banyak pihak, Trump tidak dapat menggagalkan aksi iklim global. Investasi pada energi bersih kini lebih besar daripada investasi pada bahan bakar fosil. Ketika Trump terakhir kali menarik diri dari Perjanjian Paris, banyak pemerintah negara bagian dan lokal Amerika terus maju dengan kebijakan iklim. Kita pun dapat mengharapkan hal yang sama kali ini.

Selain itu, sebagian besar dunia masih berupaya mengurangi emisi.

Jadi, secara keseluruhan, keluarnya Amerika Serikat dari Perjanjian Paris mungkin merupakan pilihan terbaik dari sekumpulan pilihan buruk. Hal ini meredam upaya Donald Trump untuk mengganggu stabilitas aksi iklim internasional sehingga pihak lain dapat mengambil alih.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Artikel ini dipublikasikan pertama kali dalam bahasa Inggris di The Conversation bertajuk "Trump has withdrawn the US from the Paris Agreement. Here’s why that’s not such a bad thing", yang diterjemahkan oleh Avit Hidayat dari Tempo.

Rebekkah Markey-Towler

Rebekkah Markey-Towler

Rebekkah sedang menempuh pendidikan doktornya di Sekolah Hukum Melbourne dan merupakan Peneliti untuk Melbourne Climate Futures, Universitas Melbourne.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus