Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tiga harimau mati dalam waktu relatif berdekatan di Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo.
Berdasarkan penelusuran aktivis satwa dan pantauan Tempo, didapati hewan-hewan di Kebun Binatang Medan dalam kondisi mengenaskan.
Kebun binatang ini dikelola Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan, badan usaha milik Pemerintah Kota Medan.
Pemandangan di Kebun Binatang Medan atau Medan Zoon itu memilukan. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) hanya punya ruang gerak satu meter akibat rantai besi yang mengikat kakinya. Sepanjang siang pada Ahad, 14 Januari 2024, itu, dia hanya berdiri tanpa akses ke makanan dan air. Lima meter di depannya, tukang pisang menggelar dagangan. Kalau ada pengunjung yang beli pisang, dia bisa makan. Kalau tidak, dia cuma bisa memandangi buah kesukaannya itu dari jauh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah kemuramannya, seorang pria menampar pipi gajah itu. Mungkin supaya dia tak melulu lesu. Seorang pengunjung yang merasa kasihan mengabadikan kejadian itu. Melihat sedang dibidik kamera telepon seluler, pria yang disebut-sebut sebagai pawang itu mengambil sebatang singkong. Si gajah langsung menyantapnya dengan lahap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Enggak tega nengok binatang diperlakukan kasar begitu. Kasihan," kata Lavendher, pengunjung tersebut, kepada Tempo. "Sudah makanannya tak ada, cuma bisa mengharapkan belas kasihan pengunjung. Diperlakukan kasar pula."
Warga Jalan Amaliun, Kota Medan, ini datang setelah mendapat kabar kematian tiga harimau di Kebun Binatang Medan. Lavendher ingin melihat langsung kondisi sepuluh harimau lain yang ada di sana. "Kasihan kali nengoknya. Kurus, lemas. Bisa-enggak warga menggugat Pemerintah Kota Medan atau pengelola Medan Zoo ini," kata perempuan berkacamata itu.
Harimau Sumatera di Medan Zoo, Kota Medan, Sumatera Utara, 14 April 2024. TEMPO/Mei Leandha
Tempo menyaksikan seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sondaica) yang menempati kandang berukuran 21 x 5 meter sonder atap dan pohon. Tak terbayang penderitaan harimau itu saat matahari bersinar garang. "Tengoklah harimau itu, kayak tak sanggup lagi dia berdiri. Tak sanggup aku nengoknya," kata pengunjung perempuan yang menolak ditulis namanya itu.
Medan Zoo atau Kebun Binatang Medan mendapat sorotan setelah kematian Nurhaliza, harimau Sumatera betina berusia 9 tahun, pada 31 Desember 2023. Pemeriksaan menyatakan dia menderita pneumonia dan gangguan fungsi ginjal. Nurhaliza menyusul dua sahabatnya, yaitu Avatar, harimau Benggala yang mati di usia 19 tahun pada 15 November 2023; dan Erha, harimau Sumatera berusia 11 tahun, pada 6 November 2023. Taman margasatwa ini dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Kota Medan.
Pelaksana tugas Direksi PD Pembangunan, Bambang Hendarto, mengatakan, setelah kematian Erha, pengelola bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara memeriksa kesehatan seluruh penghuni Medan Zoo, wabilkhusus harimau. Hasilnya, enam harimau Sumatera menderita penyakit lama yang dalam kedokteran hewan disebut dengan "dubius infausta". Dubius berarti ragu-ragu dan infausta berarti tak dapat disembuhkan.
Bambang menyebutkan satu harimau Sumatera bernama Sorik, yang statusnya sama dengan Nurhaliza. "Kemungkinan besar sulit pulih," katanya. Dua teman Sorik sama-sama berstatus dubius infausta. Satu lainnya fausta, berpenyakit tapi masih bisa disembuhkan.
The Wildlife Whisperer of Sumatra, lembaga pemerhati satwa liar, menyoroti kematian berturut-turut tiga harimau penghuni Kebun Binatang Medan. Menurut mereka, Medan Zoo sudah tidak layak menjadi rumah satwa.
Arisa Mukharliza, juru kampanye The Wildlife Whisperer of Sumatra, mengakui faktor usia lanjut menjadi satu penyebab kematian. “Namun riwayat penyakit kronis menjadi alasan utama karena kebutuhan nutrisi tidak seimbang,” kata dia kepada Tempo.
Berdasarkan penelusuran tiga tahun belakangan, Wildlife Whisperer mendapati kandang harimau kerap relatif kecil, lembap, dan penuh tumpukan feses. Hal itu, Arisa melanjutkan, dapat memicu pneumonia dan gangguan pernapasan lain.
Setelah tiga kematian harimau berturut-turut itu, aktivis Wildlife Whisperer mengunjungi Kebun Binatang Medan pada Jumat, 12 Januari 2024. Mereka mendapati kondisi sepuluh harimau di sana memprihatinkan. "Badannya lemas, sulit bergerak, suaranya terdengar seperti sesak napas," kata Arisa.
Harimau Sumatera mati di Medan Zoo, Kota Medan, Sumatera Utara, November 2023. Istimewa
Kondisi kesehatan yang buruk juga dialami penghuni lain, misalnya orang utan dan gajah Sumatera yang obesitas. Dari kondisi tersebut, Arisa khawatir daftar kematian harimau, juga satwa lain, di Medan Zoo akan bertambah. Wildlife Whisperer pun meminta Bobby Nasution, Wali Kota Medan, turun tangan mengatasi permasalahan di perusahaan daerah tersebut.
Kesimpulan tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan sejumlah dokter hewan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara yang menyambangi Kebun Binatang Medan. Medan Zoo tidak punya dokter hewan setelah dokter hewan mereka hengkang pada November 2023.
Kondisi satwa yang nelangsa tersebut merupakan buntut dari kesulitan anggaran. Kepada sejumlah media, Pernius Harefa, Manajer Medan Zoo, mengatakan pemasukan mereka semata dari tiket masuk Rp 20 ribu per pengunjung—yang kini kian sepi. Tak ada anggaran dari Pemerintah Kota Medan. Untuk pakan hewan, sejak Desember tahun lalu, mereka mengandalkan bantuan BBKSDA yang hanya bertahan hingga Februari 2024. Pernius mengaku sampai harus menyisihkan gaji—yang kerap dicicil—untuk membeli alat kebersihan.
Kemarin, Pernius Harefa tidak berada di lokasi. Dihubungi via ponselnya, soal pemasukan dari pengunjung, dia hanya menjawab singkat. "Belum ada laporan soal pengunjung ini. Nanti, ya," kata Pernius.
Anggota Dewan Pengawas PD Pembangunan Kota Medan, Agus Suryono, mengakui kesulitan finansial yang membekap Medan Zoo karena minimnya pemasukan tiket. Kebun Binatang yang buka pada 2005 ini mulai ditinggalkan pengunjung sejak pandemi Covid-19, saat masih belum break-even point. Namun, dia melanjutkan, Pemerintah Kota Medan tidak bisa serta-merta mengucurkan anggaran karena Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2021 yang menyebutkan aset PUD Pembangunan merupakan wewenang penuh dari PUD. “Kalau Pemkot mau kasih anggaran, harus lewat mekanisme perda,” ujarnya.
Menanggapi kondisi sulit di Kebun Binatang Medan, Agus mengatakan, Pemerintah Kota tengah menggodok beberapa opsi, termasuk penutupan sementara. Meski demikian, Agus menampik tudingan yang menyebutkan Nurhaliza dkk mati karena kelaparan dan kurang gizi. “Keperluan pangan satwa aman, kok,” kata dia. Menurut Agus, tiga harimau penghuni taman margasatwa itu mati akibat usia tua dan sudah lama menderita sakit.
Soal ketiadaan dokter hewan di kebun binatang seluas 30 hektare itu, Dewan Pengawas PUD telah meminta Dinas Pertahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Medan menempatkan dokter hewan di Medan Zoo. Mereka juga akan memperbaiki kondisi kandang seperti rekomendasi BBKSDA.
Orang utan memakan sedotan plastik di Medan Zoo, Kota Medan, Sumatera Utara, 14 April 2024. TEMPO/Mei Leandha
Janji Raffi Ahmad dan Bobby Nasution
Wali Kota Medan Bobby Nasution mengakui persoalan yang menimpa Kebun Binatang Medan. Dia mengatakan ada rencana kerja sama pengelolaan dengan Raffi Ahmad, selebritas sekaligus pengusaha, dan Taman Safari Indonesia, tapi belum terlaksana.
"Kami terus mendorong agar Raffi bisa menepati janji agar tahun ini bisa dibangun," kata menantu Presiden Joko Widodo itu. Seperti disaksikan Tempo di lokasi, pada 17 Mei 2022, Raffi—lewat perusahaannya, RANS Entertainment—menjanjikan revitalisasi Medan Zoo lewat kerja sama business-to-business (B-to-B), human service organization (HSO), dan build operate transfer (BOT).
Wildlife Whisperer menyatakan kondisi ini sulit dibenahi selama Kebun Binatang Medan berstatus sebagai unit bisnis atau badan usaha milik daerah. "Berkaca pada kondisi sekarang, sama halnya Pemerintah Kota Medan melakukan eksploitasi satwa," ujar Arisa.
Senada, Anita Panggabean, pendiri Toba Animal Friends Sumatra, mengatakan kondisi mengenaskan juga dialami penghuni lain di Kebun Binatang Medan. Misalnya kandang orang utan yang tidak dilengkapi pohon tempat berayun. Anita menilai Medan Zoo tak layak menjadi lembaga konservasi satwa. "Lebih baik satwa di sana didistribusikan ke lembaga konservasi lain yang memadai," katanya.
Kebun Binatang di Bawah Pemerintah Kota
Pemerintah Kota Medan menjadi antitesis pada saat banyak pemerintah kabupaten/kota sukses mengelola kebun binatang. Lihat saja Surabaya. Setelah Kebun Binatang Surabaya mendapat sorotan negatif hingga mancanegara akibat banyaknya hewan yang mati, Wali Kota Tri Rismaharini—sekarang menjabat Menteri Sosial—mengambil alih kepemilikannya dari swasta pada 2013. Hasilnya, kebun binatang yang berdiri sejak 1916 itu menjadi satu ikon Kota Pahlawan.
Begitu juga Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan—lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Bukittinggi. Kebun binatang ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1930-an dan menjadi kebun binatang pertama di Sumatera. Sejak masa kemerdekaan, pengelolaannya dijalankan oleh pemerintah daerah. Taman margasatwa ini dipugar total dan menjadi percontohan revitalisasi kebun binatang se-Indonesia pada 2020-2022 dengan anggaran sekitar Rp 105 miliar dari pemerintah pusat.
Tahun ini, Pemerintah Kota Bukittinggi menganggarkan Rp 2 miliar untuk gaji pegawai, pakan satwa, listrik dan air, serta Internet. "Anggaran berbeda setiap tahun, sesuai dengan kebutuhan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi Rofie Hendra kepada Tempo. "Semua petugas di kebun binatang adalah pegawai pemerintah kota, kecuali petugas kebersihan."
JIHAN RISTIYANTI | MEI LEANDHA (MEDAN) | FACHRI HAMZAH (BUKITTINGGI) | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo