Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Meski Masuk Kemarau, BMKG: Dua Hari Ini Jabodetabek Berpotensi Hujan Sedang hingga Lebat

BMKG memprakirakan bahwa dalam dua hari ini ada potensi hujan sedang hingga lebat di wilayah Jabodetabek meski kemarau.

5 Agustus 2024 | 19.52 WIB

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengamati alat pengukur durasi penyinaran matahari (Campbell Stokes) di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengamati alat pengukur durasi penyinaran matahari (Campbell Stokes) di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Agustus diprakirakan sebagai bulan puncak musim kemarau. Namun itu bukan berarti tak ada kemungkinan terjadi hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG sebagian Pulau Jawa, termasuk Jakarta, akan dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan bahwa hujan ekstrem saat musim kemarau termasuk fenomena umum. Kondisi ini disebabkan oleh dinamika atmosfer yang sangat dinamis, mulai dari aktifnya gelombang Rossby Ekuator, kecepatan angin hingga kelembapan udara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hujan sedang hingga lebat di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) diprediksi masih dapat berpotensi hingga dua hari ke depan, mulai siang, sore hingga malam," kata Guswanto saat dihubungi Tempo, Senin 5 Agustus 2024.

Guswanto memastikan, ketika gelombang atmosfer sudah melewati wilayah Indonesia, maka kondisi cuaca akan kembali normal. "Normalnya, setelah gelombang atmosfer telah melewati Indonesia, intensitas curah hujan akan berkurang," kata dia.

Sebelumnya Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin pernah menjelaskan ihwal peningkatan curah hujan saat musim kemarau. Ia mencontohkan situasi di Kalimantan dan Sumatera.

Erma menyebut curah hujan yang meningkat saat musim kemarau secara ilmiah berkaitan dengan BSISO (Boreal Summer Intraseasonal Oscillation). Aktivitas ini merupakan kebalikan dari MJO (Madden Julian Oscillation). Ia menyebut BSISO mirip dengan MJO atau disebut MJO versi kemarau. Dampak dari BSISO, itu meningkatkan hujan ekstrem.

Hasil kajian periset BRIN, kata Erma, menunjukkan bahwa selama dekade terakhir aktivitas BSISO kategori ekstrem mengalami peningkatan dan dapat menghasilkan cuaca ekstrem di wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa bagian barat.

 

Alif Ilham Fajriadi

Bergabung dengan Tempo sejak November 2023. Lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini tertarik pada isu perkotaan, lingkungan, dan kriminalitas. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus