Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Pemutihan Karang Desak Respons Global

Pemutihan karang massal terjadi di Samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia. Mendesak pengurangan emisi pemicu pemanasan global.

18 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERISTIWA pemutihan karang secara global yang keempat, yang diumumkan minggu ini, merupakan peringatan mendesak bagi dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun pengumuman Badan Oseanografi dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) itu bukan hal yang tidak terduga, ini merupakan pemutihan massal global kedua dalam satu dekade belakangan. Hal ini menandai sebuah kenyataan baru bahwa kita dapat memperkirakan terjadinya peristiwa pemutihan terumbu karang yang lebih sering dan kian parah seiring dengan terus terpecahkannya rekor suhu laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siklus penurunan dan pemulihan terumbu karang merupakan hal normal, tapi masa pemulihan kini lebih singkat. Peristiwa tekanan seperti gelombang panas laut terjadi lebih cepat, sementara peringatannya lebih sedikit. Peristiwa ini juga makin meluas.

Suhu permukaan laut global saat ini masih berada di atas rata-rata jangka panjang.

Saat belahan bumi selatan memasuki musim dingin, lautan tropis di belahan bumi utara memasuki musim panas. Panas akan mulai terakumulasi tahun ini dari dasar yang lebih tinggi. Terumbu karang kemungkinan besar mengalami tekanan panas lebih awal yang lebih besar dibanding pada tahun-tahun sebelumnya.

Pemutihan karang di Moore Reef di pusat Great Barrier Reef, 27 Februari 2024. Reuters/RahmatFrank/AIMS

Apa yang Terjadi pada Musim Panas Lalu?

Pemutihan massal yang meluas merupakan hal baru bagi terumbu karang. Peristiwa pemutihan global pertama terjadi pada 1998.

Peristiwa pemutihan massal global "disebut" ketika pemutihan karang yang signifikan terkonfirmasi terjadi di Samudra Atlantik, Hindia, dan Pasifik.

Peristiwa yang terjadi saat ini akan menjadi salah satu yang paling parah. Hal ini dimulai ketika tekanan panas yang parah terakumulasi pada musim panas di belahan bumi utara pada 2023. Hal ini berlanjut hingga musim panas di belahan bumi selatan pada 2023-2024.

Di masa lalu, suhu musim panas di Great Barrier Reef mencapai puncak sekitar Februari. Kini suhu laut menjadi lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama. Kami melihat nilai maksimum di atas nilai historis hingga April.

Di Great Barrier Reef, sebagian besar wilayah terkena tekanan panas yang memecahkan rekor selama musim panas (Desember hingga Maret). Pemutihan lazim terjadi pada tiga perempat terumbu karang yang disurvei di perairan dangkal.

Meskipun masih terlalu dini untuk mengetahui dampak penuhnya, hal ini akan menjadi salah satu peristiwa pemutihan massal paling serius dan ekstensif yang tercatat di Great Barrier Reef.

Mengapa Terumbu Karang Begitu Penting?

Terumbu karang sangat penting bagi kesehatan laut. Terumbu karang juga menyediakan makanan, pendapatan, serta pelindungan pesisir dari badai dan banjir bagi sekitar 500 juta orang. Kawasan ini mencakup kurang dari 1 persen dasar laut, tapi mendukung setidaknya 25 persen spesies laut.

Seperti halnya kawasan kutub, terumbu karang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca memanaskan lautan.

Bisakah Terumbu Karang Pulih dari Peristiwa Ini?

Peristiwa global ini masih berlangsung. Dampak penuhnya tidak akan diketahui dalam beberapa waktu ke depan.

Beberapa kematian karang terjadi secara langsung. Beberapa koloni bisa pulih, sementara yang lain mati setelah panas laut mereda. Perbedaan lokal dan spesifik spesies yang kompleks merupakan ciri khas respons karang terhadap tekanan panas dan pemulihannya setelah suatu peristiwa.

Pemutihan terjadi ketika karang yang mengalami tekanan berat mengeluarkan alga simbiosis yang hidup di jaringannya sehingga menyebabkan karang menjadi putih seluruhnya. Meski tidak mati, karang melemah karena pemutihan. Karang yang bertahan hidup lebih rentan terhadap penyakit. Pemutihan juga dapat mengganggu kemampuan reproduksi mereka.

Data selama lebih dari 40 tahun yang dianalisis Jaringan Pemantauan Terumbu Karang Global (GCRMN) Australian Institute of Marine Science, Australia, menunjukkan tren penurunan jumlah karang pada terumbu pada 2009-2018. Hilangnya karang ini mencerminkan dampak kumulatif dari peristiwa pemutihan karang sebelumnya dan tekanan lokal, seperti polusi, pembangunan pesisir yang destruktif, dan penangkapan ikan yang berlebihan.

Setelah peristiwa pemutihan yang menghancurkan selama bertahun-tahun pada 2014-2017, beberapa terumbu karang mendapat kembali sebagian tutupan karang yang hilang selama periode gangguan rendah. Sebagian besar peningkatan tersebut berasal dari pertumbuhan karang "tabular" yang cepat, yang dapat mengubah komposisi spesies terumbu.

Kesempatan Belajar Lebih Banyak tentang Penyelamatan Terumbu Karang

Pemantauan jangka panjang mengidentifikasi kawasan terumbu karang yang pulih secara alami setelah gangguan dan kawasan yang tidak pulih secara alami. Informasi ini membantu pengelola terumbu karang dan ilmuwan mengetahui di mana mereka harus memfokuskan upaya membantu pelindungan serta pemulihan terumbu karang.

Saat ini informasi mengenai hal tersebut masih jarang. Memantau terumbu karang di dunia merupakan sebuah tantangan. Total luas terumbu karang perairan dangkal secara global diperkirakan mencapai 249.713 kilometer persegi. Banyak terumbu karang berada di lokasi terpencil.

Inovasi pemantauan terbaru akan meningkatkan akses terhadap data berkualitas dalam jangka menengah.

Meskipun peristiwa pemutihan karang massal memberikan dampak buruk bagi penelitian, hal ini memberikan peluang unik bagi penelitian untuk mengambil tindakan. Di Australia dan seluruh dunia, para ilmuwan sedang mempelajari karang mana yang paling toleran terhadap panas, apakah karang beradaptasi terhadap gelombang panas laut, mengapa pemulihan karang berbeda-beda, serta bagaimana menggunakan pengetahuan ini untuk melakukan intervensi guna meningkatkan ketahanan terumbu.

Ilmu pengetahuan yang memungkinkan tindakan yang mencerminkan kondisi lokal—baik biofisik maupun sosio-ekonomi—akan memungkinkan intervensi menjadi lebih relevan secara lokal.

Pengambilan sampel karang yang telah ditanam pada Desember 2022 yang kini telah memutih sepenuhnya di Miami, Flordia, Amerika Serikat, 14 Juli 2023. REUTERS/Maria Alejandra Cardona

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Seberapa cepat dunia bertindak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global akan menentukan fungsi dan jasa terumbu karang, spesies laut, serta ekosistem mana yang dapat dipertahankan.

Pendekatan multicabang untuk melindungi dan memulihkan terumbu karang telah memandu banyak strategi pengelolaan, rencana, dan seruan untuk bertindak di seluruh dunia. Hal ini sebagian besar terfokus pada tindakan serta solusi lokal dan regional. Di Australia, terdapat investasi yang signifikan dalam pengelolaan kualitas air serta penelitian dan pengembangan teknik restorasi terumbu karang.

Sains memainkan peran penting di sini. Ide itu murah, tapi implementasinya sulit dan mahal. Kolaborasi global yang efektif dapat menemukan solusi yang lebih hemat biaya untuk meningkatkan ketahanan terumbu karang.

Mengatasi faktor-faktor lokal yang mempengaruhi kesehatan terumbu karang tetap penting. Begitu pula dengan inovasi untuk melindungi dan memulihkan terumbu karang. Namun tindakan segera untuk mengurangi dampak perubahan iklim global sangat penting bagi kesehatan laut dan masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut.


Artikel ini ditulis oleh Britta Schaffelke, Manajer Kemitraan Internasional dan Koordinator Jaringan Pemantauan Terumbu Karang Global (GCRMN), Australian Institute of Marine Science, Australia; David Wachenfeld, Direktur Program Penelitian Ekologi dan Pemantauan Terumbu Karang, Australian Institute of Marine Science, Australia; dan Selina Stead, CEO Australian Institute of Marine Science, Australia, dan profesor tata kelola kelautan dan ilmu lingkungan Newcastle University, Inggris. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di The Conversation Australia dan diterjemahkan oleh Avit Hidayat dari Tempo.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Avit Hidayat

Avit Hidayat

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo sejak 2015 dan sehari-hari bekerja di Desk Nasional Koran Tempo. Ia banyak terlibat dalam penelitian dan peliputan yang berkaitan dengan ekonomi-politik di bidang sumber daya alam serta isu-isu kemanusiaan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus